Mubadalah.id- Di antara teladan dari Siti Khadijah adalah ia tetap mandiri dan mencari nafkah sebagai seorang perempuan. Ini merupakan sebuah kebanggaan dan bentuk kemandirian perempuan.
“Sungguh bangga jika perempuan bisa membantu suaminya mencari nafkah, meskipun tidak banyak”.
Itulah kira-kira testimony yang disampaikan oleh salah satu anggota Sekolah Perempuan Gemblengan Wonosobo. Saat ditanya kenapa mereka mengusulkan materi tentang ekonomi kreatif?. Jawabanya sederhana, mereka ingin agar dapat meringankan beban suaminya dalam mencari nafkah. Namun jika kita ajak diskusi lebih jauh, sebenarnya tidak hanya ingin meringankan beban suaminya namun ingin mengekspresikan dirinya di ruang-ruang publik. Minimal bia berkumpul di komunitasnya.
Di tengah masyarakat yang masih kuat budaya patriarkhinya, terkadang sebagian masyarakat masih mempersoalkan perempuan yang bekerja. Karena merasa yang laki-laki sudah bekerja maka dia tidak diperbolehkan bekerja
Di tengah masyarakat yang masih kuat budaya patriarkhinya, terkadang sebagian masyarakat masih mempersoalkan perempuan yang bekerja. Karena merasa yang laki-laki sudah bekerja maka dia tidak diperbolehkan bekerja. Apalagi ditambah dengan argumen bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan. Akhirnya yang melekat di kepala masyarakat adalah perempuan tidak boleh bekerja. Padahal jika kita mau meneladani istri Rasulullah Saw, Siti Khadijah, beliau merupakan perempuan yang luar biasa dalam berbisnis. Beliau adalah saudagar yang kaya raya, mengelola bisnis antar negara, yang menggunakan kekayaanya untuk mendukung dakwah Rasulullah Saw.
Selain itu, diakui atau tidak diakui bahwa Siti Khadijah lah yang mengajari Nabi Muhammad untuk mengelola bisnisnya. Atas tindakanya ini Siti Khadijah menjadi perempuan yang istimewa di mata Nabi Muhammad Saw. Dari cerita Siti Khadijah ini bisa diambil pelajaran jika di dalam Islam tidak ada larangan bagi perempuan untuk bekerja. Bahkan didalam al-Qur’an sendiri sering disebutkan agar laki-laki dan perempuan beramal baik untuk mendapatkan balasanya. Bekerja merupakan bagian dari beramal untuk menuju bekal beribadah. Sebagaimana yang dilakukan Khadijah, bekerja dan kaya raya, lalu menggunakan kekayaanya untuk amal dakwah Islam.
Karir perempuan, dan juga laki-laki, di luar rumah, merupakan bagian dari amal shalih yang dapat apreisasi dari Allah Swt.
“Barang Siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka telah kerjakan.” (QS. An-Nahl (16:97).
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah ra juga ada kisah mengenai perempuan yang bekerja. Ia bercerita bahwa bibinya dicerai dan keluar rumah untuk memetik kurma. Di jalan, ia dihardik seseorang karena keluar rumah pada saat iddah. Kemudian ia mendatangi Rasulullah dan menceritakan kejadian yang menimpanya. “Ya, silahkan keluar petiklah kurmamu itu. Dengan demikian kamu bisa bersedekah atau berbuat baik (kepada orang dengan kurmamu itu)”. (Sahih Muslim, no. 3794).