• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Mengapa Selalu Ada Kata ‘Terlalu’ untuk Perempuan ‘Wajar’ untuk Laki-laki?

Mulai hari ini, mari hapus kata “terlalu” untuk perempuan dan kata “wajar” untuk laki-laki. Hal ini akan menghambat kemajuan peradaban manusia.

Siti Rohmah Siti Rohmah
05/06/2021
in Personal
0
Perempuan

Perempuan

261
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kehidupan kita di Indonesia khususnya di daerah pedesaan, namun tidak menutup kemungkinan juga terjadi di masyarakat perkotaan, dimana masyarakat melabelkan kata terlalu pada perempuan dan wajar pada laki-laki. Misalnya ketika perempuan semangat belajar dan melanjutkan kuliah pascasarjana bahkan doktoral, tidak sedikit yang mengatakan bahwa menjadi perempuan jangan terlalu sibuk mengejar pendidikan, nanti laki-laki tidak ada yang mau.

Padahal jika mengikuti akal dan logika yang sebenarnya, laki-laki yang baik seharusnya akan mencari dan memilih perempuan berpendidikan untuk keberlangsungan rumah tangga yang dilandasi iman, taqwa, dan ilmu pengetahuan.

Bukankah dalam Islam sendiri menuntut ilmu merupakan hal wajib bagi manusia saat dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Dan salah satu bentuk menuntut ilmu adalah melalui pendidikan, baik pendidikan formal (sekolah atau kuliah) maupun pendidikan nonformal, seperti pendidikan pesantren. Persoalan menuntut ilmu tertuang dalam Q.S. Al-Mujadalah ayat 11,

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dari ayat tersebut Allah telah memerintahkan hambanya untuk menuntut ilmu dan dengan hal tersebut Allah akan menaikkan atau meninggikan derajat manusia yang menuntut ilmu dibandingkan dengan yang tidak menuntut ilmu, selain dalam Al-qur’an kewajiban menuntut ilmu juga tertuang dalam hadist, “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699).

Baca Juga:

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

Dengan ayat Al-quran dan hadist tersebut, sudah jelas bahwa Allah mewajibkan hambanya untuk semangat menuntut ilmu. Lantas mengapa kita sebagai manusia melabelkan “terlalu” pada perempuan-perempuan yang semangat menuntut ilmu, mengejar karir, dan pendidikan? Padahal dengan kita mempunyai pasangan, anak, saudara perempuan yang berilmu, maka bukan tidak mungkin akan tercipta generasi-generasi penerus bangsa yang cerdas. Dengan kecerdasannya pasti akan membawa perubahan sosial, salah satunya untuk kesejahteraan keluarga.

Label “terlalu” juga seringkali diterapkan pada perempuan yang mempunyai banyak kriteria dalam memilih pasangan yang menyebabkannya menunda pernikahan karena belum menemukan pasangan yang pas. Hal tersebut tidak jarang menjadi buah bibir masyarakat yang mengatakan perempuan tersebut dicap sebagai perempuan yang “teralu” pemilih.

Padahal bukan kah dalam berbelanja sepatu saja kita harus memilih? Mulai dari model yang kita sukai, ukuran yang pas, bahan yang awet dan nyaman, dan harga yang sesuai dengan isi dompet. Tentu saja hal tersebut dilakukan untuk hanya membeli sebuah barang saja, apalagi dalam memilih pasangan. Sudah pasti kita menginginkan pasangan yang mempunyai visi dan misi yang sama dalam menjalin rumah tangga, harapannya agar dapat mewujudkan ketenteraman dan kedamaian sehingga bisa tercipta pernikahan yang sakinah, mawadah, dan rahmah.

Label “terlalu” yang diterapkan pada perempuan tentunya sangat merugikan, karena dapat menghambat proses keberlangsungan dan kemajuan hidup para perempuan, terutama dalam hal karir dan pendidikan. Dengan adanya stereotype tersebut, membuat beberapa perempuan enggan untuk maju karena dihantui oleh berbagai keraguan.

Lain halnya dengan kata “wajar” yang ditetapkan masyarakat pada laki-laki. Misalkan ketika laki-laki yang sudah menikah memilih untuk poligami karena sang istri tak kunjung hamil padahal sang istri tidak ridho dimadu. Lantas masyarakat tetap memandang perilaku laki-laki tersebut dengan ungkapan “wajar”, meskipun hal tersebut membawa mudharat pada sang istri dan membuatnya terluka.

Lebih dari itu, ketika laki-laki yang telah berumah tangga dan enggan untuk membantu mengerjakan pekerjaan domestik padahal sang istri kelelahan, ungkapan “wajar” juga tetap berlaku hanya karena laki-laki sudah bekerja mencari nafkah untuk keberlangsungan keluarga. Padahal uang tidak akan menjadi nutrisi yang bisa dikonsumsi keluarga jika sang istri tidak mengelolanya. Oleh karena itu mulai dari hari ini dan dari diri kita sendiri, mari hapus kata “terlalu” untuk perempuan dan kata “wajar” untuk laki-laki. Bagaimana pun hal tersebut tentu akan menghambat kemajuan peradaban manusia. []

 

Tags: GenderkeadilanKesetaraanlaki-lakimanusiaperempuan
Siti Rohmah

Siti Rohmah

Penulis merupakan alumni Aqidah Filsafat UIN Bandung sekaligus Mahasiswi Pascasarjana Studi Agama-Agama UIN Bandung

Terkait Posts

Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

26 Juni 2025
Menemani Laki-laki dari Nol

Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

25 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID