• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Mengenal Bahasa Tuna Rasa

Memilih bahasa dengan kalimat-kalimat kasar, beracun, tidak sopan ketika dilepaskan dapat berdampak makin memperbesar ketidakbahagiaan berjamaah. Membelah dalam masyarakat dan makin sulit dirajut.

Listia Listia
18/05/2021
in Pernak-pernik
0
Bahasa

Bahasa

470
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Anak jaman now menyebut bahasa tuna rasa sebagai kata-kata beracun (toxic), orang jaman dulu menyebut ‘penyakit lisan’, dua hal yang dulu perlu dihindari dalam tradisi menjaga keadaban publik saat berkomunikasi. Akar sikap beradab adalah pengendalian diri, buah dari kesadaran yang terjaga.

Dalam pendekatan psikologis, setiap susunan kata dan bahasa yang dapat dipahami, baik lisan maupun tulisan,  dapat berdampak ketika mendapat intensi, oleh siapa pun. Jangankan kata-kata, pilihan warna saja memiliki dampak bagi yang melihat.

Pilihan kata bahasa yang mengandung kemarahan, kebencian atau kata tidak sopan, memberi dampak suasana hati dan kondisi pikiran tertentu bagi  pendengar atau pembacanya. Meski untuk humor, perlu kepekaan rasa bahasa pada diksinya.  Demikian sebaliknya kalimat-kalimat yang manis dan menyejukkan, berdampak menggembirakan, mendamaikan dan menumbuhkan optimisme pembaca atau pendengarnya.

Segi yang terdampak selanjutnya dari kata-kata bahasa adalah relasi, dalam konteks sempit maupun luas. Sesungguhnya semua orang dalam keadaan biasa, paham tentang ini.

Mengapa ada banyak orang memilih menggunakan kalimat tak sopan, kasar atau atah beracun? Dan banyak yang meikmati bahasa tanpa rasa itu. Lihatlah bukan hanya dalam perdebatan-perdebatan di dunia maya, bahkan saat ada orang meninggal.

Baca Juga:

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

Kalau sadar memilih kata, apakah berarti mereka tidak mengerti dampaknya? sungguhkah mereka memilih yang beracun? Mosok sih, atau jangan-jangan itu ekspresi bawah sadar? Menggunakan bahasa dengan kalimat beracun tanpa sadar karena itulah yang dapat mewadahi kemarahan, ketegangan, kekecewaan atau kegundahan yang ada di bawah sadar pengguna kata, yang belum tentu terkait dengan pihak-pihak yang disinggung dalam kalimat. Kata-kata tidak sopan, penuh kebencian atau menghina sebagai pelampiasan dari kondisi batin tertentu, mengeluarkan kata-kata demikian memuncukan rasa lega. Dampak dari kata-kata bagi pihak lain tidak masuk dalam perhatian.

Andai demikian, mengutip beberapa kawan, apakah situasi ini menggambarkan  masyarakat kita dalam keadaan tidak baik-baik saja? Terlebih yang bicara kasar diantaranya juga ada dari kalangan berpendidikan tinggi, padahal mereka juga  mengaku cinta Pancasila (yang ada sila kemanusiaan yang adil dan beradabnya), pada mereka juga mengaku Islam moderat.

Memilih bahasa dengan kalimat-kalimat kasar, beracun, tidak sopan ketika dilepaskan dapat berdampak makin memperbesar ketidakbahagiaan berjamaah. Membelah dalam masyarakat dan makin sulit dirajut.

Itu pertanyaan ya.

Menyadari kata-kata yang kita ucapkan, menyadari selalu dalam relasi dengan yang lain, menyadari diri, yang memampukan pengendalian diri, adalah fondasi keadaban.

Puisi jelang lebaran tahun lalu :

Pulanglah

Marahmu adalah lemahmu

Bencimu, kecewamu, lubang-lubang batinmu, akan patahkan langkah sejarah pohon hidupmu

Sadari pikiran

Sadari kata-kata

Pulanglah ke hatimu

…..

Rasanya berita hasil survei tentang netizen Indonesia yang paling tidak sopan se Asia Tenggara layak diunggah lagi. Semoga setelah puasa, netizen Indonesia diksinya makin cakep dan manis. []

Tags: BahasaIndonesiaIslam Moderatmedia sosialnetizentoleransi
Listia

Listia

Pegiat pendidikan di Perkumpulan Pendidikan Interreligus (Pappirus)

Terkait Posts

Tubuh Perempuan

Mengebiri Tubuh Perempuan

9 Juli 2025
Pengalaman Biologis Perempuan

Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

9 Juli 2025
Perjanjian Pernikahan

Perjanjian Pernikahan

8 Juli 2025
Kemanusiaan sebagai

Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

8 Juli 2025
Kodrat Perempuan

Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

8 Juli 2025
relasi laki-laki dan perempuan yang

Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

8 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nikah Massal

    Menimbang Kebijakan Nikah Massal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?
  • Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang
  • Perjanjian Pernikahan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID