• Login
  • Register
Minggu, 22 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Training for Youth Leaders Tolerance and Peace: Belajar Toleransi lewat Game

Esensinya adalah bagaimana kita belajar untuk belajar toleransi pada berbagai metode menjaga kepemilikan, menghargai perbedaan dan juga saling membantu kelompok yang tengah kesulitan.

Fuji Ainnayah Fuji Ainnayah
24/06/2024
in Personal
0
Training For Youth Leaders Tolerance and Peace

Training For Youth Leaders Tolerance and Peace

966
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada tanggal 30 Mei hingga tanggal 1 Bulan Juni ini, Fahmina Institut bekerjan sama dengan INFID menyelenggarakan kegiatan Training For Youth Leaders Tolerance and Peace. Kegiatan ini diikuti oleh empat puluh peserta dari berbagai komunitas di Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning).

Empat puluh peserta training  ini berasal dari berbagai komunitas di Ciayumajakuning, diantaranya berasal dari Jemaat Muslim Ahmadiyah Indonesia, Pemuda Katolik, Kominutas Gereja, GusDurian Cirebon, IPPNU, Mubadalah.Id, Sanggar Galih Pawentar,  SUPI ISIF dan lain sebagainya.

Di awal pembukaan, Ibu Aditiana Dewi Eridani dari INFID menyampaikan bahwa salah satu tujuan Training For Youth Leaders Tolerance and Peace diselenggarakan adalah untuk mempertemukan anak-anak muda dari berbagai ragam agama dan keyakinan di Ciayumajakuning untuk sama-sama memperdalam pengetahuan tentang perdamaian dan toleransi.

Hal ini berangkat dari keresahan INFID dan Fahmina Institute yang melihat realitas bahwa saat ini gerakan tren intoleransi beragama telah merambah ke ruang yang lebih luas, yaitu media digital.

Banyak pihak yang memanfaatkan peluang ini untuk memunculkan asumsi-asumsi minim data melalui hoaks, ujaran kebencian, dan mis/disinformasi berbasis agama.

Baca Juga:

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

Belajar dari Kehidupan Rumah Tangga Nabi: Menyelesaikan Konflik Tanpa Kekerasan

Merawat Toleransi, Menghidupkan Pancasila

Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

Hal ini juga didukung oleh data hasil riset yang dilakukan oleh Kata Data Insight Center (KIC) yang menunjukan bahwa konten agama menempati posisi ke-3 sebagai konten yang banyak mengandung hoaks secara berturut-turut dari dari tahun 2021-2022.

Fenomena ini tentu menjadi kekhawatiran bersama, mengingat faktor-faktor tersebut dapat melemahkan resiliensi masyarakat terhadap gejolak radikalisme yang sewaktu-waktu dapat menjadi bom waktu perpecahan konflik horizontal dan vertikal.

Belajar Toleransi lewat Game

Dari penjelasan Ibu Aditiana Dewi Eridani ini, aku jadi paham bahwa anak-anak muda memang penting banget untuk terus dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan penguatan gerakan perdamaian dan toleransi.

Tentu saja pendekatan yang dilakukan pada anak muda dan generasi sebelumnya harus berbeda. Sebab, seperti yang di sampaikan di atas, anak muda hidup dalam dunia ruang. Dunia nyata dan maya. Otomatis kreatifitas menjadi salah satu daya tarik bagi anak muda.

Karena itu, aku sangat mengapresiasi konsep dan metode yang Fahmina Institute dan INFID gunakan selama kegiatan Training For Youth Leaders Tolerance and Peace.

Selama ikut kegiatan, semua peserta mendapatkan modul yang menarik dan mudah kita pahami. Di sisi lain, panitia juga melibatkan peserta dalam beberapa games yang bukan hanya untuk happy-happy tapi juga untuk belajar toleransi.

Tiga Game

Dari game yang aku dapatkan selama ikut kegiatan, ada tiga permainan tentang belajar toleransi yang membuat aku gagal move on.

Pertama, icebreaker. Di hari pertama aku dan teman-teman peserta diajak untuk saling berkenalan. Namun perkenalannya bukan hanya sekedar memperkenalkan diri, tetapi menggunakan menggunakan game icebreaker.

Di sesi ini diminta untuk berpasangan dengan teman baru, lalu mencari tahu nama, usia, suku, agama, hobby dan musisi favorit dari pasangannya. Tujuan game ini adalah untuk mengenal teman baru dengan lebih mendalam, menghilangkan kecanggungan pada awal pertemuan, memperkuat hubungan sosial diantara peserta, menciptakan ruang aman, dan inklusif selama kegiatan.

Game icebreaker menurutku sangat menarik, karena mengenal seseorang dengan baik bisa mengantarkan kita pada sikap tidak mudah berprasangka buruk pada orang lain sekaligus menciptakan ruang aman. Dengan begitu, kita akan mampu menciptakan relasi yang toleran dan menghargai segala bentuk perbedaan.

Game Peran Pemimpin

Kedua, game peran pemimpin. Permainan ini merupakan cara yang efektif untuk melatih pemimpin muda dalam menghadapi tantangan, membuat keputusan, dan mempromosikan nilai-nilai perdamaian, toleransi, dan keadilan.

Dalam game ini fasilitator membagikan kartu peran dan kartu kasus. Setiap kelompok panitia beri satu kasus yang berbeda, dan enam peran yang sama. Misalnya kelompokku mendapat kasus tentang non Muslim yang tertangkap atas dugaan penistaan agama karena ia mengeluh pengeras suara adzan.

Di kelompokku, setiap orang punya peran masing-masing untuk merespon kasus ini. Ada yang berperan menjadi Pemda, tokoh agama, tokoh masyarakat, konten kreator, aktivis perdamaian.

Dari peran-peran ini kita bisa melihat mayoritas masyarakat Indonesia dalam merespon isu-isu toleran ini. Misalnya ada tokoh agama yang membiarkan bahkan mendukung gerakan intoleran tersebut. Namun di sisi lain, ada juga peran lain yang justru berjuang membela kelompok-kelompok yang didiskriminasi.

Permainan peran ini tidak hanya memperkuat keterampilan kepemimpinan dan pengambilan keputusan. Tetapi juga sangat membantu ketika mereka memahami berbagai situasi sosial dan politik. Serta nilai-nilai yang mendasari keberhasilan dalam membangun masyarakat yang damai dan toleran.

Permainan Peace Baker

Di hari ketiga kegiatan, kami juga diajak untuk ikut memainkan game peace baker. Permainan peace baker merupakan permainan yang dapat kita kembangkan untuk mempromosikan kolaborasi, pemecahan konflik, dan negosiasi. Serta pemahaman lintas budaya di antara peserta.

Dalam game ini kita belajar untuk mempertahankan hak milik kita, berupa toko kue. Tapi di sisi lain, kita juga belajar untuk saling membantu toko-toko kue yang lain supaya tidak bangkrut dan tidak gulung tikar.

Konteks game ini memang soal bisnis, namun esensinya adalah bagaimana kita belajar untuk belajar toleransi pada berbagai metode menjaga kepemilikan, menghargai perbedaan dan juga saling membantu kelompok yang tengah kesulitan. Dan ini bukan hanya pada yang sama agama dan keyakinan saja. Tapi pada berbagai latarbelakang agama, keyakinan, jenis kelamin dan yang lainnya.

Dari tiga game di atas, pada intinya nilai yang mau fasilitator sampaikan pada aku dan teman peserta adalah belajar toleransi bisa dengan metode apa saja, salah satunya lewat game. Jadi pendekatannya tidak harus selalu kaku seperti seminar, workshop, tapi bisa dengan bermain-main.

Menurutku metode ini sangat cocok bagi anak-anak muda, terutama Gen Z yang sangat suka dengan dunia kreatifitas dan game. []

Tags: belajarGametoleransiTraining for Youth Leaders Tolerance and Peace
Fuji Ainnayah

Fuji Ainnayah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Teman Disabilitas

Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas

21 Juni 2025
Jangan Bermindset Korban

Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

21 Juni 2025
Lelaki Patriarki

Lelaki Patriarki : Bukan Tidak Bisa tapi Engga Mau!

19 Juni 2025
Kesalehan Perempuan

Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras

16 Juni 2025
Pesantren Disabilitas

Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

16 Juni 2025
Catcalling

Mari Berani Bersuara Melawan Catcalling di Ruang Publik

15 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fiqh Al Usrah

    Fiqh Al Usrah: Menemukan Sepotong Puzzle yang Hilang dalam Kajian Fiqh Kontemporer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stereotipe Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Relasi Timbal Balik dalam Hubungan Intim Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Urgensi Ijtihad Fikih yang Berpihak Kepada Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas
  • Urgensi Ijtihad Fikih yang Berpihak Kepada Perempuan
  • Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan
  • Relasi Hubungan Seksual yang Adil bagi Suami Istri
  • Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID