• Login
  • Register
Minggu, 11 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Mengenal Sufi Rabi’ah Al-Adawiyah

Rabi'ah al-Adawiyah bertaubat dengan sungguh-sungguh dan menjalani ritual dan kehidupan spiritualitas, seperti shalat, tahajud, berdoa memohon ampunan Allah (Istighfar), membaca al-Qur'an dan selalu mengingat kematian. Begitulah Rabi'ah menjalani hari-harinya sampai wafatnya

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
07/11/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Rabi'ah al-Adawiyah

Rabi'ah al-Adawiyah

616
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Rabi’ah binti Ismail al-Adawiyah, al-Qaisiyah Bashriyah atau yang biasa dipanggil “Umm al-Khair” (Ibu Kebaikan).

Rabi’ah al-Adawiyah dikenal sebagai salah seorang perempuan sufi, ahli ibadah, spiritualis dan asketis (zahidah).

Rabi’ah lahir dan tumbuh dalam keluarga miskin. Ketika kemudian ayahnya meninggal dunia, dan dia masih dalam usia muda, di Basrah, ibu kota Irak, terjadi krisis pangan.

Rabi’ah dan saudara-saudara perempuannya berpisah untuk mencari kehidupan di kota itu masing-masing.

Dalam keadaan mereka menderita seperti itu ada seorang pengusaha sukses menangkap Rabi’ah kemudian menjualnya kepada seseorang yang sedang mencari pekerja di rumahnya.

Baca Juga:

Perempuan Bekerja, Mengapa Tidak?

Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah

Perempuan Bukan Fitnah: Membongkar Paradoks Antara Tafsir Keagamaan dan Realitas Sosial

Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama

Tak ada jalan baginya kecuali menerima nasib sebagai budak tuannya. Di rumah itu Rabi’ah setiap hari berpuasa dan rajin shalat. Ia juga aktif bangun malam untuk tahajud.

Dikisahkan kemudian, bahwa tuannya memerdekakan Rabi’ah al-Adawiyah. Ia kemudian mencari kehidupan lain daripada menjadi budak. Ia kemudian menjadi penyanyi dan penari dalam sebuah diskotik (rumah hiburan).

Meski pun demikian ia dalam waktu kosong selalu hadir mengikuti pengajian di masjid Basrah. Di sana ia bertemu dengan seorang sufi besar Rabah bin Amr al-Qaisi yang kemudian memberikan pelajaran keagamaan yang sangat mempengaruhi hidupnya.

Rabi’ah al-Adawiyah bertaubat dengan sungguh-sungguh dan menjalani ritual dan kehidupan spiritualitas, seperti shalat, tahajud, berdoa memohon ampunan Allah (Istighfar), membaca al-Qur’an dan selalu mengingat kematian. Begitulah Rabi’ah menjalani hari-harinya sampai wafatnya.

Rabi’ah al-Adawiyah meninggal dunia pada tahun 185 H dalam usia 80 tahun. Demikian disebutkan oleh ibn Khalikan dalam bukunya “Wafayat al-A’yan”, dan didukung oleh Louis Masignon dengan argumentasinya yang cukup kuat.

Rabi’ah al-Adawiyah meninggalkan sejumlah pesan-pesan sufistik, kata-kata bijak dan bait-bait puisi yang berisi cinta Platonik dan kerinduan kepada Tuhan, serta filsafat Wahdah al-Wujud (Unity of Being). []

Tags: KH Husein MuhammadmengenalperempuanRabi’ah al-‘AdawiyahSufi
KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

Islam

Islam Hadir untuk Gagasan Kemanusiaan

11 Mei 2025
Menyusui

Menyusui adalah Pekerjaan Mulia

10 Mei 2025
Bekerja adalah

Bekerja adalah Ibadah

10 Mei 2025
Mengapa Bekerja

Perempuan Bekerja, Mengapa Tidak?

10 Mei 2025
perempuan di ruang domestik

Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama

9 Mei 2025
PRT

Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?

9 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pekerja Rumah Tangga

    Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada Cinta bagi Arivia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Hadir untuk Gagasan Kemanusiaan
  • Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?
  • Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga
  • Tidak Ada Cinta bagi Arivia
  • Menyusui adalah Pekerjaan Mulia

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version