• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Menghidupkan Spirit Kartini dalam Memperjuangkan Pendidikan Perempuan

Oleh karena itu, di Hari Kartini bukan hanya sekedar peringatan sejarah. Tetapi juga dapat menjadi momentum untuk terus mendorong perempuan agar terus memiliki pendidikan yang tinggi

Rinrin Rianti Rinrin Rianti
24/04/2024
in Featured, Publik
0
Pendidikan Kartini

Pendidikan Kartini

768
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada tanggal 21 April 2024 lalu, baru saja kita memperingati Hari Raden Ajeng (RA) Kartini. Peringatan ini kurang lebih untuk mengenang dan membangkitkan kembali spirit Kartini dalam memperjuangkan pendidikan dan hak-hak perempuan di Indonesia.

Bagi Kartini, hak pendidikan perempuan merupakan kunci utama untuk mereka bisa berdaya dan membebaskannya dari belenggu kebodohan dan tradisi yang masih membatasi ruang gerak para perempuan.

Melalui surat-suratnya, Kartini juga kerap menyuarakan pemikiran dan aspirasinya mengenai kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan dalam bidang pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial.

Berkat perjuangan Kartini, perempuan kini telah memiliki akses yang lebih luas terhadap pendidikan, dapat berpartisipasi dalam berbagai bidang pekerjaan, dan memiliki peran yang semakin penting dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi.

Meski telah banyak kemajuan, namun tidak sedikit perempuan yang masih menghadapi berbagai tantangan dan hambatan yang harus ia hadapi oleh perempuan masa kini. Salah satunya adalah masalah pendidikan bagi perempuan di pedesaan.

Baca Juga:

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) BPS 2022, jenis ijazah tertinggi yang dimiliki sebagian besar perempuan di pedesaan adalah lulusan SD (31,28%), sementara perempuan di perkotaan sebagian besar adalah lulusan SMA/SMK (33,36%).

Ditambah lagi, ada sebanyak 7,35% perempuan usia 15 tahun ke atas di pedesaan yang buta huruf. Sedangkan di perkotaan hanya sepertiganya, yaitu 2,83%.

Data ini menjadi fakta dan PR kita bersama bahwa persoalan pendidikan bagi perempuan di pedesaan hingga saat ini belum bisa diselesaikan. Meskipun Kartini telah memulai pendidikan di pedesaan tapi tetap persoalan ini belum terselesaikan.

Menghidupkan Kartini-Kartini

Oleh sebab itu, kita membutuhkan kembali Kartini – Kartini yang membangkitkan semangat pendidikan di pedesaan. Karena bagaimana pun, perempuan di pedesaan juga memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan.

Bahkan di dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad Saw sangat mendorong agar perempuan memiliki pendidikan yang tinggi. Dalam Hadis Nabi Saw bersabda:

“Wahai Rasulallah, para lak-laki telah jauh menguasai pelajaran darimu, bisakah engkau peruntukkan waktu klusus untuk kami perempuan, untuk mengajarkan apa yang kamu terima dari Allah? Nabi merespon: “Ya, berkumpullah pada hari ini dan di tempat ini”. Kemudian para perempuan berkumpul di tempat yang telah ditentukan dan belajar dari Rasulullah tentang apa yang diterima dari Allah SWT. (Riwayat Bukhari dan Muslim, lihat: Ibn al-Atsir, juz X, hal. 359, nomor hadis: 7340).

Teks-teks hadis ini setidaknya mengisyaratkan bahwa perempuan memiliki hak yang sama terhadap pendidikan. Dengan demikian, semestinya tidak ada lagi alasan menelantarkan pendidikan perempuan. Hak pendidikan bagi perempuan, berarti juga hak untuk mendidik dan mengajar.

Oleh karena itu, di Hari Kartini bukan hanya sekedar peringatan sejarah. Tetapi juga dapat menjadi momentum untuk terus mendorong perempuan agar terus memiliki pendidikan yang tinggi.

Termasuk semangat dan cita-cita Kartini harus terus kita hidupkan dan wujudkan dalam tindakan nyata. Sehingga perempuan dapat sepenuhnya menikmati hak pendidikan yang sama dengan laki-laki. Bahkan perempuan juga memiliki berbagai kesempatan dalam segala aspek kehidupan. []

Tags: kartiniMemperjuangkanMenghidupkanpendidikanperempuanSpirit
Rinrin Rianti

Rinrin Rianti

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID