Mubadalah.id – Salah satu teks hadits penting mengenai penghormatan perempuan, adalah teladan Nabi Muhammad Saw dalam memperlakukan sang putri, Siti Fatimah ra, seperti dalam riwayat Aisyah ra berikut ini:
عن عَائِشَة رضي الله عنها قالت: قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – لِفَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلاَمُ «مَرْحَبًا بِابْنَتِى». وَقَالَتْ أُمُّ هَانِئٍ رضي الله عنها جِئْتُ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ «مَرْحَبًا بِأُمِّ هَانِئٍ». رواه البخاري في صحيحه، رقم الحديث: كتاب الأدب، باب قَوْلِ الرَّجُلِ مَرْحَبًا.
Terjemahan:
Dari Aisha ra, berkata: Nabi Saw sering menyambut putrinya Fathimah ra (yang berkunjung): “Selamat datang putriku”. Ummi Hani juga berkata: Ketika saya mendatangi Nabi Saw, ia pasti menyongsong: “Selamat datang Ummi Hani”. (Sahih Bukhari, no. hadis: 3666).
Sumber Hadis:
Hadis ini diriwayatkan Imam Bukhari dalam Sahihnya (no. Hadis: 3666 dan 6358) Imam Muslim dalam Sahihnya (no. 6467 dan 6468), Imam Ibn Majah dalam Sunannya (no. Hadis: 1689) dan Imam Ahmad dalam Musnadnya (no. Hadis: 27056).
Penjelasan singkat:
Mungkin kisah ini terkesan biasa saja jika diceritakan sekarang. Tetapi pada masanya adalah sangat monumental. Dalam berbagai catatan Hadis, orang-orang Arab pada saat itu, tidak menganggap keberadaan perempuan, tidak mengajak mereka berbicara, apalagi melibatkannya dalam sebuah diskusi dalam keluarga sekalipun, tidak menyambutnya dengan suka cita, bahkan tidak sedikit dari mereka yang masih menganggap aneh kebiasaan Nabi Saw menunjukkan keceriaannya kepada para Sahabat, bagaimana bercengkerama dengan perempuan. Putrinya, istrinya, dan sahabat-sahabatnya yang perempuan. Menghormati perempuan dan menghargai mereka.
Dalam berbagai kisah yang dicatat kitab-kitab Hadis, Nabi Saw ketika bercengkerama, biasa membiarkan istrinya berbicara dengan suara lantang sekalipun. Sementara para sahabat, terutama ayah dari sang istri, menghardik dan menganggapnya tidak sopan. Nabi Saw malah tersenyum, dan sang istri malah memuji: “Nabi memang jauh lebih santun dibanding kalian semua”, dengan menunjuk kepada para sahabat tersebut. (Baca: Rasulullah Saw Meminta Umat Islam untuk Beribadah dengan Santun)
Secara umum, hadis di atas mengajak kita untuk menyambut kedatangan seseorang ke rumah kita dengan ceria dan suka cita. Laki-laki maupun perempuan. Menunjukan keceriaan adalah bentuk penghormatan dan perbuatan mulia.
Sama halnya dengan senyum, mengajak bicara, dan menjamu tamu yang datang. Keceriaan kita pasti akan menular pada sang tamu dan akan membuka jalan kebahagiaan, kepada kita sendiri dan orang lain. Senyum itu menular. Keceriaan juga akan menular. Jadi, biasakanlah ceria dan senyumlah.