• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Menjadi Ibu yang Bahagia: Kunci Keberhasilan Parenting

Tidak sedikit ibu muda yang mengabaikan ilmu parenting, karena merasa susah menjalankannya dalam realitas kehidupan nyata

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
26/12/2023
in Keluarga
0
Ibu yang Bahagia

Ibu yang Bahagia

967
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Menurut KBBI, bahagia merupakan suatu keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan). Definisi lain menyebut bahagia sebagai suatu keberuntungan. Selain menjadi tujuan hidup, bahagia juga sebagai kunci dalam menjalani kehidupan. Menjadi ibu yang bahagia adalah dambaan setiap perempuan sekaligus keberuntungan bagi setiap anak.

Dewasa ini, banyak sekali ilmu parenting yang bermunculan dalam jagad dunia maya. Bagus kok, namun jika porsinya berlebihan maka tidak menutup kemungkinan dapat membuat ibu muda, bahkan calon ibu berlaku intervensi kepada buah hatinya. Alih-alih mendidik justru memaksa anak agar sesuai keinginan orang tuanya.

Realitas sosial dalam menanggapi ilmu parenting

Bahkan tidak sedikit ibu muda yang mengabaikan ilmu parenting karena merasa susah menjalankannya dalam realitas kehidupan nyata. Kunci keberhasilan parenting hanya satu, berbagi peran dengan pasangan, dan jadilah ibu yang bahagia.

Ibu yang bahagia adalah ia yang menerima dan menghargai setiap proses tumbuh kembang anaknya. Tidak perlu membanding-bandingkan dengan anak lainnya. Sudah barang tentu akan berbeda. Alih-alih memacu semangat anak justru menjadi toxic parenting yang dapat menurunkan rasa percaya diri dan self concept anak.

Berhentilah untuk menuntut anak. Lakukanlah yang terbaik untuk anak tanpa meminta balasan apapun. Kadang, orang tua memaksa anaknya untuk menjadi hebat. Namun, apakah kita sudah menjadi orang tua yang hebat?

Baca Juga:

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

Fiqhul Usrah: Menanamkan Akhlak Mulia untuk Membangun Keluarga Samawa

Support system sangat penting bagi seorang ibu

Lingkungan yang positif dan membangun serta kehadiran suami secara lahir maupun batin adalah stimulus terbaik agar seorang istri (sebagai ibu dan calon ibu) mampu menjadi ibu yang bahagia. Lingkungan yang kurang mendukung bagi ibu baru pasti akan kesulitan beradaptasi.

Secara pengalaman memang belum banyak, namun secara perasaan jutru lebih sensitif. Maka tidak heran jika diminta untuk ini dan itu ibu baru akan melakukannya dengan setengah hati.

Menjadi ibu tidaklah mudah, ia akan melalui fase baby blues hingga menghadapi anak yang mulai tantrum (ledakan kemarahan) di setiap level pertumbuhannya. Dalam melalui fase tersebut, seorang ibu perlu dukungan orang-orang di sekitarnya.

Selain unsur eksternal, Seorang ibu juga harus bertanggung jawab atas internal dirinya. Maksudnya, untuk menjadi ibu yang bahagia ia tidak bisa bergantung sepenuhnya kepada orang lain. Siapapun, khususnya seorang ibu harus bahagia dengan prinsip dan self concept positif yang terbangun dalam dirinya.

Tips untuk menjadi ibu yang bahagia

Selain support system, ibu yang bahagia adalah ia yang bersedia berlatih mengelola stress. Saat emosi sang ibu baik dan stabil maka dalam mengasuh anak akan lebih optimal. Anak adalah peniru ulung, jika ibunya mendidik dengan penuh rasa bahagia, ia juga akan tumbuh dengan bahagia. Beberapa penelitian menyebutkan, anak yang tumbuh dengan bahagia dapat memiliki emosi yang positif.

Selanjutnya, menjaga pola hidup sehat. Tubuh yang sehat akan nyaman melakukan apapun, termasuk tugas pengasuhan akan lebih optimal.

Jika seorang ibu sakit maka seisi rumah akan merasa kurang baik-baik saja, betul adanya bahwa ibu adalah jantungnya rumah tangga. Meski lantas tak menjadikannya sebagai beban ganda, dan eksploitasi berlebihan. Untuk menjaga tubuh agar tetap fit, rutinlah berolah raga, menjaga pola makan teratur, dan istirahat yang cukup.

Terakhir, sempatkan untuk me time yaitu melakukan kegiatan yang disukai. Tidak perlu lama atau terlalu sering, yang penting cukup bagi seorang ibu agar merasa refresh. Bisa dengan menonton film, pergi ke salon, makan makanan favorit, atau hal-hal lainnya yang dapat mengisi energi kembali.

Menjadi ibu yang bahagia sangat berpengaruh besar bagi tumbuh kembang anak. Anak akan merasa bahagia jika setiap perkembangan dalam kondisi yang membahagiakan bersama orang yang tersayang. Energi positif ibu yang bahagia dapat mengalir ke anak sehingga anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berperilaku baik dan dapat mengontrol emosi hingga dewasa nanti. []

Tags: Hak anakIbu yang Bahagiakeluargaorang tuaparenting
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Sakinah

Apa itu Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah?

26 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Marital Rape

    Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID