• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Menjadi Pemenang di Hari Kemenangan

Nadia Ayu Fadhilah Nadia Ayu Fadhilah
28/05/2020
in Aktual
0
(sumber foto m.medcom.id)

(sumber foto m.medcom.id)

25
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Hari Raya Idul Fitri 1441 H telah tiba. Tidak bisa dipungkiri, hari tesebut merupakan hari yang membahagiakan bagi seluruh umat Islam. Maka, tidak heran apabila para muslim merayakannya dengan suka cita, mulai dari merapihkan rumah, menggunakan baju terbaik, hingga menyiapkan makanan terlezat.

Idul Fitri juga dikenal sebagai hari kemenangan. Istilah ini digunakan sebagai bentuk kemenangan umat Islam yang telah berhasil melaksanakan puasa selama satu bulan. Hari kemenangan juga dimaknai dengan terlahirnya kembali fitrah manusia yang berjiwa suci dan dapat memerangi hawa nafsunya.

Namun, makna hari kemenangan tidak bisa dibatasi dengan berhasilnya puasa selama sebulan saja. Karena, ada kemenangan hakiki yang harus benar-benar diraih oleh umat Islam.

Lalu, apa kemenangan hakiki itu? Dan bagaimana cara mendapatkannya?

Menurut Quraish Syihab, kemenangan hakiki adalah kemenangan yang mengantar kepada diraihnya nilai-nilai spiritual, yang tidak bisa dipisahkan dari fitrah dalam arti kesucian. Dalam hal ini, nila-nilai spiritual mencakup tiga unsur pokok, yaitu: Keindahan, Kebenaran, dan Kebaikan.

Baca Juga:

Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

Perjanjian Pernikahan

Seorang pemenang di hari Idul Fitri akan berbuat yang indah, benar dan baik. Upaya mengekspresikan keindahan dapat melahirkan seni, mencari yang benar menghasilkan ilmu, dan melakukan yang baik membuahkan budi pekerti.

Orang yang benar-benar menjadi pemenang akan mempertahankan nilai-nilai spiritual, baik selama bulan suci Ramadhan, maupun setelahnya. Karena, hawa nafsu untuk melanggar nilai spiritual tidak hanya ada pada bulan saat Ramadhan saja. Melainkan, di setiap waktu sepanjang hidup manusia. Jadi, tidak bisa dibenarkan apabila kita merasa menang setelah berhasil melalui Ramadhan, namun kembali melakukan maksiat setelah Ramadhan selesai.

Selain itu, orang yang mendapatkan kemenangan hakiki juga akan memiliki perspektif hidup yang lebih positif. Ia akan selalu mencari sisi baik, benar dan indah terhadap berbagai hal. Dengan perspektif seperti itu, ia akan berusaha untuk menghindari shuudzon (berprasangka buruk) dan mencari kesalahan orang lain. Sehingga, di Hari Raya Idul Fitri, seorang pemenang dapat memaafkan saudaranya dengan hati lapang.

Maka dari itu, mari kita menjadi pemenang dengan cara mempertahankan nilai-nilai spiritual dan kebaikan dalam hidup kita. Jangan lupa untuk memaafkan saudara sesama muslim. Selamat lebaran. []

Nadia Ayu Fadhilah

Nadia Ayu Fadhilah

Terkait Posts

Marzuki Wahid

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

6 Juli 2025
Samia

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

6 Juli 2025
Ulama Perempuan

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan ISIF

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

5 Juli 2025
kekerasan seksual terhadap anak

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

18 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nikah Massal

    Menimbang Kebijakan Nikah Massal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?
  • Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang
  • Perjanjian Pernikahan
  • Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID