• Login
  • Register
Rabu, 22 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Menjadikan Buku Sebagai Jembatan Dialog Antar Zaman

Buku tidak dikenalkan sebagai satuan sumber pengetahuan yang kaku. Membaca buku A, bukan berarti secara membabi buta bahwa si pembaca harus percaya, manut, dan membenarkan secara seratus persen kandungan di dalamnya

Thoah Jafar Thoah Jafar
07/12/2021
in Pernak-pernik
0
Qadha Puasa, dan Praktik Kesalingan dalam Fikih Mubadalah

Qadha Puasa, dan Praktik Kesalingan dalam Fikih Mubadalah

106
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Zaman boleh bergerak, tren bisa berganti. Tetapi soal komunikasi orang tua dan anak, pantang terputus. Orang tua, memang dibebankan amanat untuk mengawal dan menunjukkan hal-hal yang baik, begitu sebaliknya, sang anak tetap punya tanggung jawab hormat dan berbakti.

Komunikasi orang tua anak makin menarik ditemui dalam beberapa dekade belakangan ini. Anak-anak yang menyandang predikat gen Z, yang konon berkarakter kritis, tak gampang puas, dan selalu haus dengan aneka ragam bidang pengetahuan dan keilmuan mesti secara bijak dihadapi orang tua dengan hasil tempa pengalaman yang cenderung manual dan terbatas.

Orang tua lahir dari pendidikan yang berkiblat lurus pada kurikulum lantaran ketiadaan informasi lain yang diterima pada zamannya, sehingga harus secara arif mendampingi anak-anak yang memang ditakdirkan lahir di tengah banjir informasi. Perkaranya, maukah dua generasi itu untuk saling rela menyejajarkan diri dalam berdialog? Ya, meski dengan risiko ada yang harus ikhlas merendah, juga ada pula yang harus mengejar ketertinggalan.

Tak perlu teori berkepanjangan, secara sadar atau tidak, hal itu sebenarnya sudah terjadi hari ini. Contohnya, seorang ibu bertanya kepada sang anak yang masih usia belasan tahun tentang cara aktivasi Instagram, atau perangkat teknologi terbaru lainnya. Pun sebaliknya, sang anak yang menodong ibunya tentang cerita-cerita di masa muda, alias pengalaman yang mestinya sudah lama dikubur dalam-dalam.

Pertautan dialog itulah yang kemudian membutuhkan pola komunikasi yang baik dan bijak. Jika tidak, keduanya akan semakin tidak nyambung, sulit kontrol, dan berjalan di masing-masing dunianya sendiri.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Self Diagnose, Parenting, dan Labelling: Penyebab Munculnya Generasi Strawberry
  • Pentingnya Kesalingan Membentuk Positive Vibes Keluarga
  • Rasa Kehilangan Ayah, Bully, dan Daddy Issues yang Dihadapi Anak Perempuan 
  • Toilet Training, Upaya Mendampingi Kebiasaan Baru Anak untuk Mandiri tanpa Pospak

Baca Juga:

Self Diagnose, Parenting, dan Labelling: Penyebab Munculnya Generasi Strawberry

Pentingnya Kesalingan Membentuk Positive Vibes Keluarga

Rasa Kehilangan Ayah, Bully, dan Daddy Issues yang Dihadapi Anak Perempuan 

Toilet Training, Upaya Mendampingi Kebiasaan Baru Anak untuk Mandiri tanpa Pospak

Buku sebagai jembatan

Selain sikap terbuka dan saling rela yang harus dimiliki para orang tua, teknik komunikasi juga bisa dibantu dengan keberadaan benda fisik yang memang sampai detik ini tetap dianggap sebagai sumber pengetahuan, sekaligus dengan peran yang belum tergeser zaman. Ialah buku bacaan, ia akan menjadi sebuah jembatan yang sangat baik jika digunakan secara benar sebagaimana fungsinya.

Ada beberapa argumen yang bisa dipakai untuk tetap meneguhkan peran buku sebagai sebuah jembatan yang strategis dalam seri komunikasi lintas zaman. Pertama, pergeseran fungsi sumber pengetahuan dalam buku hanya bergeser dalam soal pemakaian sarana alias medianya. Perpindahan dari buku konvensional ke e-book tetap mengarahkan tujuan bahwa penulisan buku memang untuk memuat segala bentuk informasi dan pengetahuan.

Kedua, peran keilmuan buku yang konon tersingkirkan dengan kekayaan aneka informasi melalui akses internet juga masih belum bisa dibuktikan secara utuh dan faktual. Sebab, apa yang tersaji dalam internet biasanya masih berupa potongan-potongan artikel tak runut dan utuh. Sedangkan buku, tetap menjadi sumber rujukan atas pijakan awal informasi-informasi pendek itu ditulis.

Ketiga, nilai pertanggung jawaban buku yang lebih besar bisa menjadi pengimbang atas derasnya arus informasi yang bisa diterima saat ini. Dengan penyertaan identitas dan proses penulisan yang jelas pada sebuah buku, pada akhirnya buku bisa menjadi sebuah bahan diskusi lintas zaman, bukan mengancam sebagai informasi liar maupun kabar hoaks.

Argumen ketiga inilah yang semakin mengesahkan bahwa sebuah buku bisa menjadi sebuah jembatan antar generasi. Buku bisa dijadikan sebagai meja dialog bagi orang tua dan anak. Syaratnya, tetap dimulai dengan tujuan yang baik, sebagaimana amanat QS. Al-Alaq ayat 1;

اِقۡرَاۡ بِاسۡمِ رَبِّكَ الَّذِىۡ خَلَقَ‌ۚ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.”

Fleksibilitas buku

Buku tidak dikenalkan sebagai satuan sumber pengetahuan yang kaku. Membaca buku A, bukan berarti secara membabi buta bahwa si pembaca harus percaya, manut, dan membenarkan secara seratus persen kandungan di dalamnya. Buku justru mengenalkan tradisi transfer keilmuan yang fleksibel. Ia boleh dijadikan rujukan, didebat, dikritisi, bahkan dimentahkan oleh argumen-argumen turunannya yang dianggap lebih kuat dan masuk akal.

Itu makanya, dalam kahazanah keilmuan di pesantren, buku atau dalam bentuk kitab kuning, tetap dijadikan rujukan utama. Sebab, dari buku itulah keleluasaan manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan semakin terbuka.

Orang-orang terdahulu, misalnya, mula-mula menuangkan keilmuannya dalam bentuk matan, alias kandungan bibit dan pokok. Lantas murid-muridnya menjabarkan lebih detail dalam bentuk syarh, dan mengembang lagi menjadi tausih. Muatan keilmuan dalam buku awal terus terjaga bahkan mengembang menjadi lebih terperinci sesuai kebutuhan zaman.

Belum lagi jika buku itu diterima oleh ulama-ulama bernalar kritis yang tinggi. Buku awal ia kritik dengan argumen-argumen yang kaya sehingga mampu menghadirkan banyak pilihan untuk dipersembahkan generasi berikutnya.

Yang terakhir, format penulisan buku yang cenderung terbuka menjadikan setiap pembacanya punya keleluasaan sekaligus terdidik untuk melakukan komparasi antar sumber, juga verifikasi. Sebab, penuturan buku yang selalu tertib dan lengkap dari pangkal ke ujung menjadikannya melampaui di atas cuplikan kabar-kabar, yang biasa ditemukan dalam cuplikan artikel-artikel di internet.

Dampak dari ketidak-utuhan itu, tentu seperti yang banyak diterima hari ini. Yakni, potensi adanya disinformasi, hoaks, bahkan kabar fitnah. Padahal, Allah Swt sudah mewanti-wanti kepekaaan nalar manusia tentang ancaman ini melalui QS. Al-Hujurat ayat 6;

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” []

Tags: anakbukukomunikasiorang tuaparenting
Thoah Jafar

Thoah Jafar

Pengasuh Ponpes KHAS Kempek Cirebon

Terkait Posts

Kerja Istri

Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

21 Maret 2023
sejarah perempuan

Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan

21 Maret 2023
Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil

Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui

21 Maret 2023
Perempuan Bekerja

Perempuan Juga Wajib Bekerja

21 Maret 2023
Prinsip Perkawinan

Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

21 Maret 2023
tujuan perkawinan

Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

20 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kerja Istri

    Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Juga Wajib Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami
  • Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas
  • Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan
  • Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui
  • Perempuan Juga Wajib Bekerja

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist