• Login
  • Register
Senin, 18 Januari 2021
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Mandiri 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Ngaji

    Lingkar Ngaji KGI Diikuti 564 Peserta

    Wajah

    Suami Siram Air Keras ke Wajah Istri

    Jilbab

    Jilbab dan Penanda Kesalehan Muslimah

    Doa

    Doa untuk Para Korban Sriwijaya Air SJ 182

    Nasib Perempuan

    Mempertanyakan Ulang Nasib Perempuan

    Survei

    Tahun Baru dan Survei Seksualitas

    Kekerasan Seksual

    PP Kebiri untuk Pelaku Kekerasan Seksual Ditolak, Kenapa?

    Hak Perempuan

    Jalan Buntu Hak Perempuan di Sudan

    Tahun Baru

    Makna Tahun Baru dan Praktik Relasi Kesalingan

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Anak

    Metode Profetik Pendidikan Anak ala Rasulullah

    Sampah

    Pentingnya SDM yang Mumpuni untuk Mengolah Sampah

    Dipoligami

    Memang Ada Perempuan yang Mau Dipoligami?

    Menikah

    Benarkah Menikah Tolok Ukur Kesempurnaan Perempuan?

    Kekerasan

    Upaya Menundukkan Kekerasan terhadap Perempuan

    Feminisme

    Feminisme Memang dari Barat, Lalu Apa?

    Single Mom

    Single Mom adalah Ibu yang Hebat!

    Menulis

    Menulis Pengalaman Perempuan

    Laki-Laki

    Laki-Laki Adalah Sumberdaya Penghapusan Kekerasan Seksual

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Cantik

    Makna Cantik Perempuan di Empat Suku

    Lian Gogali

    Lian Gogali dan Cita-Cita Memelihara Perdamaian

    Perempuan Mandiri

    Drakor Run On: Hilangkan Stigma Perempuan Mandiri

    Sastra

    Spirit Perempuan dalam Sastra dan Politik

    Nabi

    Nabi tak Pernah Mencaci-Maki

    Perempuan Pahlawan

    Wonder Woman 1984: Perempuan Pahlawan Menghancurkan Kejahatan

    Jalan Kehidupan

    Cinta sebagai Jalan Kehidupan Manusia

    Habibi

    Habibi, Rambutan dan Kurma

    Sahabat Nabi

    Asmara Sahabat Nabi yang Mengundang Malapetaka

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Ibn Katsir

    Teks Mubadalah dalam Tafsir Ibn Katsir

    Perempuan Memakai Parfum

    Perempuan Memakai Parfum dalam Perspektif Mubadalah

    sujud istri pada suami perspektif mubadalah

    Jika dibolehkan, Suamipun Harusnya Sujud pada Istri

    Bagaimana Hukum Penggunaan Harta Suami oleh Istri?

    Ayat Nusyuz yang Tersembunyi

    kesalingan

    “Mainstreaming Mubadalah” dalam Kaidah Fiqh Isu-isu Keluarga

    Mengelola Dinamika Berkeluarga

    Islam dalam Pandangan Buya Husein

    Membuka Lembaran Tafsiran Indah, yang Berpihak pada Kaum Mustad’afin (Tamat)

  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Ngaji

    Lingkar Ngaji KGI Diikuti 564 Peserta

    Wajah

    Suami Siram Air Keras ke Wajah Istri

    Jilbab

    Jilbab dan Penanda Kesalehan Muslimah

    Doa

    Doa untuk Para Korban Sriwijaya Air SJ 182

    Nasib Perempuan

    Mempertanyakan Ulang Nasib Perempuan

    Survei

    Tahun Baru dan Survei Seksualitas

    Kekerasan Seksual

    PP Kebiri untuk Pelaku Kekerasan Seksual Ditolak, Kenapa?

    Hak Perempuan

    Jalan Buntu Hak Perempuan di Sudan

    Tahun Baru

    Makna Tahun Baru dan Praktik Relasi Kesalingan

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Anak

    Metode Profetik Pendidikan Anak ala Rasulullah

    Sampah

    Pentingnya SDM yang Mumpuni untuk Mengolah Sampah

    Dipoligami

    Memang Ada Perempuan yang Mau Dipoligami?

    Menikah

    Benarkah Menikah Tolok Ukur Kesempurnaan Perempuan?

    Kekerasan

    Upaya Menundukkan Kekerasan terhadap Perempuan

    Feminisme

    Feminisme Memang dari Barat, Lalu Apa?

    Single Mom

    Single Mom adalah Ibu yang Hebat!

    Menulis

    Menulis Pengalaman Perempuan

    Laki-Laki

    Laki-Laki Adalah Sumberdaya Penghapusan Kekerasan Seksual

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Cantik

    Makna Cantik Perempuan di Empat Suku

    Lian Gogali

    Lian Gogali dan Cita-Cita Memelihara Perdamaian

    Perempuan Mandiri

    Drakor Run On: Hilangkan Stigma Perempuan Mandiri

    Sastra

    Spirit Perempuan dalam Sastra dan Politik

    Nabi

    Nabi tak Pernah Mencaci-Maki

    Perempuan Pahlawan

    Wonder Woman 1984: Perempuan Pahlawan Menghancurkan Kejahatan

    Jalan Kehidupan

    Cinta sebagai Jalan Kehidupan Manusia

    Habibi

    Habibi, Rambutan dan Kurma

    Sahabat Nabi

    Asmara Sahabat Nabi yang Mengundang Malapetaka

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Ibn Katsir

    Teks Mubadalah dalam Tafsir Ibn Katsir

    Perempuan Memakai Parfum

    Perempuan Memakai Parfum dalam Perspektif Mubadalah

    sujud istri pada suami perspektif mubadalah

    Jika dibolehkan, Suamipun Harusnya Sujud pada Istri

    Bagaimana Hukum Penggunaan Harta Suami oleh Istri?

    Ayat Nusyuz yang Tersembunyi

    kesalingan

    “Mainstreaming Mubadalah” dalam Kaidah Fiqh Isu-isu Keluarga

    Mengelola Dinamika Berkeluarga

    Islam dalam Pandangan Buya Husein

    Membuka Lembaran Tafsiran Indah, yang Berpihak pada Kaum Mustad’afin (Tamat)

  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Mitos Kesempurnaan Perempuan dan Standar Feminitas

Padahal setiap perempuan ingin bahagia. Tapi mitos kesempurnaan perempuan dan standar feminitas yang ada justru tidak membuat perempuan bahagia. Apakah jika perempuan telah memenuhi tuntutan masyarakat, lantas akan otomatis bahagia dan sejahtera?

Wanda Roxanne Ratu Pricillia Wanda Roxanne Ratu Pricillia
09/01/2021
in Kolom, Personal
0
Mitos Kesempurnaan

Mitos Kesempurnaan

0
SHARES
134
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Mubadalah.id – Minggu lalu saya menuliskan tentang tantangan menjadi perempuan lajang. Ternyata cukup banyak perempuan yang merasa terwakilkan dengan tulisan saya tersebut. Mereka juga membagikan pengalamannya seputar mitos kesempurnaan perempuan yang selama ini membebani mereka.

Ada perempuan yang mengatakan bahwa dia pernah dibilang tidak sempurna karena belum menikah di usia 23 tahun. Orang yang mengatakan itu adalah gurunya sendiri. Mitos kesempurnaan seperti ini hanya akan menjadi beban bagi perempuan lajang, terutama sebagai murid. Tekanan sosial ini akan memengaruhi perempuan dalam memandang dirinya sendiri.

Saya mengingat kembali saat saya berusia 23 tahun. Saat itu saya masih sibuk kuliah, magang, menjalin berteman, mengenali diri sendiri, traveling, mencoba hal-hal baru, dst. Menikah bukanlah satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan perempuan lajang dewasa awal. Lantas ketika perempuan ini menikah di usia 23 tahun, apakah dia otomatis sempurna?

Tentu tidak. Akan muncul mitos kesempurnaan perempuan yang lainnya. Saya pernah mendengar ada yang mengatakan bahwa perempuan itu akan sempurna jika sudah melahirkan anak. Namun setelah melahirkan anak, mereka akan dikomentari perutnya yang buncit dan tubuhnya yang gendut pasca melahirkan.

Ada seorang Ibu dalam cerita haloibu di Instargam yang mengalami hal itu. “Loh berangkat perut buncit pulang juga tetap buncit. Bayinya kemana? Habis lahiran apa habis pup?”, kata tetangganya. Padahal Ibu ini baru pulang isolasi di Rumah sakit, melahirkan, dan dirawat di rumah sakit selama 10 hari. Baru saja melahirkan dan pulang dari rumah sakit, tapi sudah diharapkan perutnya rata kembali.

Baca Juga:

Makna Cantik Perempuan di Empat Suku

Pentingnya SDM yang Mumpuni untuk Mengolah Sampah

Memang Ada Perempuan yang Mau Dipoligami?

Benarkah Menikah Tolok Ukur Kesempurnaan Perempuan?

Ester Lianawanti dalam buku Ada Serigala Betina Dalam Diri Setiap Perempuan, mengatakan bahwa masyarakat menetapkan definisi perempuan, standar ideal feminitas yang harus dipenuhi perempuan. Termasuk karakter-karakter fisik dan psikologis, yang di dalamnya adalah sikap dan perilaku yang harus dimiliki dan ditampilkan seorang perempuan.

Ester menambahkan, disadari atau tidak, perempuan berusaha mengikuti standar ini untuk menjadi perempuan “normal” sesuai dengan standar feminitas yang telah ditentukan. Standar feminitas ini menuntut kesempurnaan perempuan sesuai standar ideal masyarakat yang tidak realistis.

Penampilan fisik adalah standar feminitas yang paling menonjol. Untuk dianggap feminim, perempuan harus cantik, memiliki tubuh yang langsing, memakai pakaian yang feminism, hingga cara berbicara yang pelan dan lembut.

Dengan standar feminitas seperti itu, perempuan akan rela diet dan olahraga keras agar tubuhnya menjadi langsing. Agar bisa dibilang cantik, perempuan rela mengabiskan waktu dan biaya untuk membeli produk pemutih kulit. Atau rela tersiksa dengan alat dan operasi untuk mengubah bentuk tubuh mereka.

Selain itu, perempuan juga dituntut menjadi perempuan yang aktif, bukan hanya menjadi perempuan domestik. Peran ibu rumah tangga kadang menggali stigma. Menjadi Ibu rumah tangga dianggap “rendah” bagi sebagian orang, apalagi jika perempuan ini memiliki pendidikan yang tinggi.

Namun jika ada perempuan memilih bekerja dan menitipkan anaknya, dia akan dianggap menelantarkan anaknya. Dia dianggap tidak menjadi Ibu yang baik, atau juga mendapatkan label “half time mother”. Perempuan jadi serba salah menjalani multiperan.

Kemudian ada istilah super mom yang dijadikan standar feminitas dan kesempurnaan perempuan yang sudah menikah. Jika perempuan bekerja, maka dia sebaiknya juga melakukan tugas domestik. Menjadi perempuan serba bisa, namun tetap dapat merawat kecantikannya. Harus tetap langsing meski memiliki anak dan bekerja.

Lalu bagaimana dengan perempuan lajang yang tak kunjung menikah di usia 25 tahun? Bagaiamana dengan perempuan yang sudah menikah tapi tidak dapat memiliki anak kandung? Tentu saja mereka bukan wanita yang sempurna. Hidupnya dianggap tidak lengkap dan tidak bahagia.

Mitos kesempurnaan perempuan dan standar feminitas yang tidak masuk akal ini dapat menganggu kondisi psikologis sebagian perempuan. Kata Ester, pada umumnya mitos kesempurnaan perempuan dapat membawa perempuan dalam jebakan harga diri yang rendah.

Ketidakmampuan perempuan dalam memenuhi standar ideal feminitas yang ditetapkan masyarakat dapat berpotensi menurunkan harga diri perempuan. Selain itu juga dapat membuat perempuan memandang rendah dirinya sendiri dan orang lain.

Tidak sedikit perempuan lajang yang memutuskan menikah padahal belum siap dan tidak yakin dengan pria tersebut. Pertanyaan “Kapan nikah?” juga semakin mendorong keputusan tersebut untuk segera menikah, terutama bagi perempuan yang sudah memiliki calon. Hal ini dapat memungkinkan pernikahan yang dilakukan hanya karena tuntutan orangtua dan masyarakat.

Padahal setiap perempuan ingin bahagia. Tapi mitos kesempurnaan perempuan dan standar feminitas yang ada justru tidak membuat perempuan bahagia. Apakah jika perempuan telah memenuhi tuntutan masyarakat, lantas akan otomatis bahagia dan sejahtera?

Menurut konsep kesejahteraan psikologis Carol D. Ryff, manusia dapat dikatakan sejahtera jika dapat menerima diri, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, menguasai lingkungan dan terus bertumbuh secara personal.

Apakah perempuan yang sudah memenuhi standar feminitas dan dapat disebut sempurna, dapat melakukan keenam hal ini? []

Tags: ibu rumah tanggaPeran Perempuanperempuanperempuan bekerjaSelf Love
Wanda Roxanne Ratu Pricillia

Wanda Roxanne Ratu Pricillia

Wanda Roxanne Ratu Pricillia adalah alumni Psikologi Universitas Airlangga dan Mahasiswa Kajian Gender Universitas Indonesia. Tertarik pada kajian psikologi, gender, bencana alam dan perdamaian. Sekarang bergabung dengan komunitas Puan Menulis.

Terkait Posts

Anak

Metode Profetik Pendidikan Anak ala Rasulullah

16 Januari 2021
Sampah

Pentingnya SDM yang Mumpuni untuk Mengolah Sampah

16 Januari 2021
Dipoligami

Memang Ada Perempuan yang Mau Dipoligami?

16 Januari 2021
Menikah

Benarkah Menikah Tolok Ukur Kesempurnaan Perempuan?

15 Januari 2021
Kekerasan

Upaya Menundukkan Kekerasan terhadap Perempuan

15 Januari 2021
Feminisme

Feminisme Memang dari Barat, Lalu Apa?

15 Januari 2021
No Result
View All Result
qiraah mubadalah shop

TERPOPULER

  • Jodoh

    Apa Kita Perlu Pura-pura Bodoh untuk Mendapatkan Jodoh?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan Dalam Pacaran: Menghambat Perkembangan Remaja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jilbab dan Penanda Kesalehan Muslimah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spiritualitas Baru dan Kesadaran Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Feminisme Memang dari Barat, Lalu Apa?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • My Lecturer Husband: Perjodohan yang Mengingkari Realitas
  • Makna Cantik Perempuan di Empat Suku
  • Metode Profetik Pendidikan Anak ala Rasulullah
  • Pentingnya SDM yang Mumpuni untuk Mengolah Sampah
  • Lingkar Ngaji KGI Diikuti 564 Peserta

Komentar Terbaru

    072842
    Views Today : 1288
    Server Time : 2021-01-17
    • Tentang
    • Redaksi
    • Kontributor
    Kontak kami:
    redaksi@mubadalah.id

    © 2020 MUBADALAH.ID

    No Result
    View All Result
    • Home
    • Aktual
    • Kolom
      • Keluarga
      • Personal
      • Publik
    • Khazanah
      • Hikmah
      • Hukum Syariat
      • Pernak-pernik
      • Sastra
    • Rujukan
      • Ayat Quran
      • Hadits
      • Metodologi
      • Mubapedia
    • Tokoh
    • Login
    • Sign Up

    © 2020 MUBADALAH.ID

    Selamat Datang!

    Login to your account below

    Forgotten Password? Sign Up

    Create New Account!

    Fill the forms bellow to register

    All fields are required. Log In

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In

    Add New Playlist