Mubadalah.id – Saya bisa memperoleh multimanfaat dari acara Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II, karena banyak sekali manfaat yang saya dapatkan. Yakni dari banyak sisi, tidak hanya dari sisi sosial, intelektual saja tapi dari sisi spiritual yang melahirkan keadilan dan kemaslahatan seluas-luasnya.
Alhamdulillah sejak mendengar akan ada KUPI dari Ibu Nyai Badriyah Fayumi waktu sowan di Ponpes Mahasina sebelum saya menikah, ingin sekali hadir. Tapi pada KUPI I berhalangan hadir karena belum memungkinkan. Maka meniatkan diri ketika KUPI II diusahakan hadir. Alhamdulillah Allah mengabulkan bisa hadir acara KUPI II di Jepara bersama suami dan anak-anak.
Rasa ragu hadir acara KUPI II sempat menghampiri. Karena, alasan anak yang masih kecil dan acaranya berlangsung lama ketika mengikuti semuanya. Sempat ragu juga antara jarak serta transportasinya yang menurut saya tidak mudah, apalagi membawa dua anak yang masih kecil-kecil.
Alhamdulillah setelah musyawarah bersama suami dan bertanya pada Ibu Nyai Siti Rofiah mendapatkan pencerahan untuk tetap hadir KUPI II, dengan memilih yang di Jepara secara offline untuk di semarang secara online. Dengan pertimbangan kalau yang acara di semarang kurang lebih acaranya seperti acara seminar pada umumnya dan ketika acara yang di Jepara acaranya ada halaqoh-halaqoh yang beda dari acara pada umumnya.
Pengalaman Naik Travel Pertama kali Bersama Keluarga
Sementara itu terkait transportasi sempat bingung juga. Alhamdulillah dibantu Tante Fatimah dengan pengalaman sering berpergian jauh membawa anak tetap bahagia, aman, damai, sentosa. Setelah berkabar sama Tante Fatimah kalau akan ada acara di Jepara, Tante Fatimah langsung satset tanya mau naik apa dll.
Dan ketika tahu saya belum tahu mau naik apa, langsung Tante Fatimah dengan cepat membantu mencarikan transportasi yang ramah membawa anak-anak ketika perjalanan. Akhirnya memutuskan naik travel, anak-anak senang sekali. Naik travel pengalaman perdana bagi kami sekeluarga, Alhamdulillah nyaman dan menyenangkan.
Dari rangkaian acara KUPI, banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan dari mengikuti acara KUPI II di Jepara dan di Semarang diantaranya:
Pertama. Dalam melihat, memahami diri sendiri. Selama mengikuti acara KUPI II di Jepara dan mengikuti KUPI di Semarang secara online saya mendapatkan inspirasi dari para guru-guru idola saya seperti Ibu Nyai Badriyah Fayumi, Ibu Nyai Nur Rofiah, Buya Husein dan Bpk Yaitu Faqih Abdul Kodir serta para Ibu Nyai dan para Kyai lainnya.
Belajar dari Para Guru
Saya melihat para guru-guru idola tersebut dalam memahami diri sendiri sungguh luar biasa. Dengan tanggung jawab yang tak terbatas serta jadwal padat merayap sangat bijak sekali dalam menyikapi setiap kejadian yang ada.
Paham betul apa saja yang menjadi kebutuhan dan apa saja yang harus kita lakukan untuk menjadi pribadi yang semakin baik setiap detik dan harinya. Apa saja yang harus diasah, dikurangi dan diperbaiki serta dipertahankan dalam diri sendiri agar hidup semakin berarti.
Semakin sadar akan kewajiban dan semakin sadar untuk tidak menuntut orang lain dalam kebaikan dengan cara yang kurang baik. Selalu memberikan keteladanan dengan cara elegan, penuh kesadaran, ketulusan serta dengan rasa senang.
Kedua. Dalam hubungan dengan suami istri. Harapan besar dari mengikuti KUPI II bisa mengikuti jejak para guru-guru idola yang sangat menginspirasi dalam relasi keluarga. Dari segi ikhtiar menjaga kekompakan, kesalingan, keterbukaan, kejujuran serta keharmonisan.
Saya rasa para guru-guru idola juga mendapatkan ujian dalam keluarga, tapi bisa melewati setiap ujian dengan penuh kebijaksanaan sehingga melahirkan keluarga yang samaraba yang menjadi sumber anugrah bagi anggota keluarga serta para santri, dan masyarakat pada umumnya.
Tiga. Dalam hubungan dengan anak. Saya mendapatkan inspirasi dari guru-guru idola untuk melibatkan anak dalam aktivitas positif, serta lebih banyak memberikan keteladanan. Maka harapan saya, dengan bekal yang saya dapatkan dari acara Kongres Ulama Perempuan Indonesia ini, kami harus tambah baik dalam mendidik anak.
Bukan lagi menuntut tapi saling belajar memberikan teladan yang baik bagi anggota keluarga. Orang tua pada anak dan anak pada orang tua, harus saling membahagiakan, menjadi sumber anugrah bagi diri dan keluarga.
Belajar Memanusiakan Manusia
Empat. Pada hubungan dengan keluarga. Saya tertantang untuk belajar bijaksana, mengedepankan musyawarah jika ada permasalahan dan saling memahami perbedaan yang ada dengan cara makruf untuk mewujudkan kemaslahatan bersama. Seperti yang diajarkan para guru-guru idola, karena perbedaan adalah keniscayaan, dan kebijaksanaan adalah pilihan.
Lima. Pada hubungan sosial di masyarakat atau organisasi,serta tempat kerja harus menciptakan lingkungan yang sehat, yang aman, nyaman bagi siapapun. Belajar lagi agar memiliki kesadaran semakin peka, peduli serta aktif dalam kebaikan. Lebih ramah pada siapapun dan tidak menuntut serta mengharapkan balasan yang sama.
Semakin sadar untuk belajar memanusiakan manusia, siapapun itu. Dan tidak merendahkan orang dengan status sosialnya serta tidak menghormati orang karena kesuksesan dunia yang dicapainya.
Belajar untuk menerapkan selalu berusaha menjaga berpikir positif, bertindak positif dalam kesempatan yang ada. Tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang belum tentu kebenarannya yang akan mengganggu semangat, kesehatan jiwa dan raga.
Semoga kita semua, dimudahkan untuk berbuat baik sebanyak-banyaknya seperti yang diteladankan oleh guru-guru kita tercinta. Memberikan rasa aman, nyaman pada siapapun dan di manapun. Serta kita semoga dimudahkan menegakkan keadilan dan menjunjung tinggi kemaslahatan seluas-luasnya. Amin. []