• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Nabi Mengapresiasi Perempuan Bekerja untuk Keluarga

Ilham Maulana Ilham Maulana
11/10/2022
in Kolom
0
Nabi Mengapresiasi Perempuan Bekerja untuk Keluarga

Nabi Mengapresiasi Perempuan Bekerja untuk Keluarga

60
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id- Nabi Muhammad adalah teladan umat manusia. Akhlak dan budi pekertinya mulia. Ini senantiasa memuliakan perempuan, termasuk perempuan pekerja. Dalam sejarah, Nabi mengapresiasi Perempuan bekerja untuk keluarga. 

Tak sedikit orang yang merasa alergi jika mendengar ada perempuan bekerja atau bahkan tentang kepemimpinan perempuan dalam keluarga. Mungkin aneh bagi mereka yang keluarganya tanpa kendala. Tapi dalam beberapa kasus di keluarga lain, hal itu menjadi lumrah dan biasa saja.

Saya sendiri mengetahui ada salah seorang tetangga di kampung, yakni keluarga Bapak Saefudin dan Ibu Gita. Keluarga ini dipimpin oleh istri dikarenakan sang suami berhenti bekerja setelah perusahaannya bangkrut.

Pada usia yang sudah tak muda lagi dan ijazah sekolah seadanya, Pak Saefudin susah mencari pekerjaan. Akhirnya, istrinya yang bekerja dan suaminya mengurus pekerjaan domestik rumah tangga.

Ada lagi tetangga saya yang lain, Ibu Wati. Dia bekerja sebagai tukang parkir di sebuah pasar tradisional. Suaminya terkena stroke sejak 4 tahun lalu. Sejak saat itu, setiap hari Ibu Wati rajin berangkat ke pasar tradisional mulai dari Subuh hingga matahari terbenam.

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

Ada juga Ibu Tia yang berprofesi sebagai guru SD. Suaminya meninggal dunia karena tenggelam di laut. Dia berjuang sendirian membesarkan anak semata wayangnya sejak 3 tahun lalu. Tantangan terbesar Ibu Tia adalah ketika sang anak mulai besar dan bertanya ihwal sang ayah.

Dari beberapa cerita di atas sudah cukup membuktikan bahwa perempuan punya potensi yang sama dengan laki-laki dalam memimpin keluarga. Hal ini berkebalikan dengan asumsi masyarakat bahwa perempuan itu lemah dan kurang dalam segala hal.

Anggapan bahwa pemimpin keluarga itu harus bisa melindungi, membimbing dan menafkahi ternyata juga bisa dilakukan oleh Ibu Gita, Ibu Wati dan Ibu Tia dan beberapa ibu hebat lainnya di Indonesia.

Ternyata, kepemimpinan perempuan dalam rumah tangga tak terjadi sekarang saja. Bahkan hal itu sudah dicontohkan dalam rumah tangga Nabi SAW.

Istri nabi, Khadijah binti Khuwailid RA adalah seorang pengusaha kaya yang mengurus rumah tangganya seorang diri. Sebelum akhirnya pada umur 40 tahun dipinang Nabi.

Selama beberapa tahun sebelum menikah dengan Nabi, Khodijah binti Khuwailid RA telah bekerja keras menafkahi dirinya sendiri.

Keuletannya dalam bekerja tidak berhenti setelah dia menikah. Khadijah meneruskan usahanya dan penghasilannya itu menjadi salah satu penopang perjuangan Nabi. Ketika Khadijah wafat, salah satu penopang Nabi itu hilang, Nabi pun amat merasa kehilangan.

Selain Khadijah, ada juga seorang perempuan di zaman nabi yang menjadi pemimpin keluarga dan menjadi tulang punggung keluarga. Perempuan ini menafkahi suami dan anak-anaknya.

Dari Ritah, istri Abdullah bin Mas’ud RA, ia pernah mendatangi Nabi SAW dan bertutur “Wahai Rasul, saya perempuan pekerja, saya jual hasil pekerjaan saya. Saya melakukan ini semua, karena saya, suami saya, maupun anak saya, tidak memiliki harta apapun”.

Ia juga bertanya mengenai nafkah yang dia berikan kepada suami dan anaknya.“Kamu memeroleh pahala dari apa yang kamu nafkahkan pada mereka”, sabda Nabi SAW (Thabaqat Ibn’ Sa’d).

Jika Khadijah RA melakukan bisnis dagang, maka Ritah binti Abdullah RA mengelola industri kecil di rumahnya. Ritah sendiri yang berbicara kepada Rasulullah SAW bahwa dia yang bekerja dan yang memberi nafkah kepada anak-anak mereka. Nabi SAW memberkatinya.

Sebagaimana amal-amal baik yang lain, kerja dan nafkah perempuan kepada laki-laki juga memeroleh pahala.

Jadi, perempuan yang bekerja dan perempuan yang memberi nafkah keluarga adalah bukan anomali dalam sejarah Islam. Memang tidak mainstream, tetapi sama sekali tidak dilarang dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.

Pendek kata, kewajiban memberikan nafkah bukan berdasar pada jenis kelamin, tetapi kemampuan dan kapasitas, sebagaimana kewajiban-kewajiban yang lain dalam Islam.

Demikian penjelasan Nabi mengapresiasi perempuan bekerja untuk keluarga. Sudah seyogianya kita meneladani sikap Nabi yang mengapresiasi perempuan bekerja. (Baca juga: Sudahkah Kita Merdeka sebagai Perempuan Bekerja? )

[]

Tags: islamkeluargakhadijahnabipemimpin keluargaperempuan
Ilham Maulana

Ilham Maulana

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version