• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Nasehat Jalaluddin Rumi, Cara Relasi Sesama Manusia

Melalui puisi-puisinya Rumi menyampaikan bahwa pemahaman atas dunia hanya mungkin didapat lewat cinta

Nursehan Nursehan
26/02/2024
in Personal
0
Relasi Sesama Manusia

Relasi Sesama Manusia

721
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id-Manusia merupakan makhluk sosial yang setiap harinya selalu berinteraksi, berkomunikasi serta membangun relasi dan koneksi antar sesama. Oleh karena itu harus mempelajari bagaimana cara membangun relasi dengan baik dan benar. Jalaluddin Rumi memberikan nasehat tentang cara relasi terhadap sesama manusia.

Siapa Jalaluddin Rumi?

Seorang penyair sufi Persia dan ulama besar yang lahir di Balkh, Persia Raya (30 September 1207 – 17 December 1273). Jalaluddin Rumi atau Jalaluddin Muhammad Balkhi. Ia mempunyai nama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad bin Husin Al Khatihbi Al Bakri. Kata Rumi di belakang adalah julukan baginya yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di Konya yang dulu dikenal dengan sebutan Rum.

Jalaluddin Rumi merupakan keturunan Abu Bakar bernama Bahauddin Walad, Ayah Rumi juga seorang cendekia yang saleh, berpandangan ke depan, dan seorang guru yang terkenal di Balkh. Sedangkan ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm.

Selama tujuh abad terakhir, orang-orang Iran, Tajik, Turki, Yunani, Pashtun, orang-orang Islam di Asia Tengah, serta orang-orang Islam di Subbenua India telah menikmati karya-karyanya. Jalaluddin Rumi memiliki kekayaan dalam kalam.

Kumpulan puisi Rumi yang terkenal bernama al-Matsnawi al-Maknawi konon adalah sebuah revolusi terhadap Ilmu Kalam yang kehilangan semangat dan kekuatannya. Isinya juga mengkritik langkah dan arahan filsafat yang cenderung melampaui batas, mengebiri perasaan dan mengkultuskan rasio.

Baca Juga:

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

Dunia mengakui, bahwa puisi Rumi memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan para sufi penyair lainnya. Melalui puisi-puisinya Rumi menyampaikan bahwa pemahaman atas dunia hanya mungkin didapat lewat cinta, bukan semata-mata lewat kerja fisik.

Dalam puisinya Rumi juga menyampaikan bahwa Tuhan, sebagai satu-satunya tujuan, tidak ada yang menyamai

7 Nasehat Jalaluddin Rumi Tentang Cara Relasi Terhadap Sesama Manusia

Jalaluddin terkenal karena berbagai puisi yang sangat indah. Salah satu karyanya, yaitu Kitab Masnawi (Mathnawi), yang ia susun di Konya, dianggap sebagai salah satu puisi terbaik dalam bahasa Persia. Bahkan kerap disebut dengan Qur’an dalam bahasa Persia. Terdapat banyak nasehat, petuah bijak ia tuangkan dalam karyanya. Beberapa nasehat Jalaluddin Rumi tentang cara relasi terhadap sesama manusia antara lain:

Pertama, jadilah sungai dalam hal kedermawanan dan menolong orang lain. Sungai? Yup ibarat sungai dengan air jernih yang mengalir memberi manfaat tiada henti. Tanpa mengharapkan imbalan.

Kedua, menjadi matahari dalam hal kasih sayang dan berkah. Lah kok matahari? Alasan rumi adalah karena matahari menyinari tanpa memilih siapa yang akan kena sinar dan kehangatannya. Tidak boleh pamrih kepada siapa saja meski tidak mengucapkan terima kasih

Ketiga, Dalam memaafkan jadilah seperti malam. Bagaikan malam saat kita terlelap sudah tidak mengingat apapun. Melupakan dendam sedikitpun dalam membalas perbuatan mereka.

Keempat, jadilah seperti mayat ketika kamu dalam keadaan marah dan murka. Tersulutnya amarah dan angkara murka, mencoba diam jangan melakukan apapun. Agar tidak menimbulkan kesalahan dan penyesalan yang datang kemudian.

Kelima, menjadi seperti bumi dalam hal kesederhanaan dan kerendahan hati. Rumi memberikan nasehat dalam menempatkan diri di bawah dan meninggikan yang lain dalam relasi itulah bumi. Mencontohkan mengenai kesederhanaan dan kerendahan hati.

Keenam, toleransi dalam hal ini kamu bisa mencontoh laut dalam melakukan relasi. Rumi mengibaratkan laut yang selalu sigap dalam menampung seluruh air sungai dari penjuru muka bumi.

Ketujuh, janganlah melihat keluar. Lihatlah kedalam diri, jadilah engkau apa adanya. Jangan terlalu banyak citra, bermainlah peran sebagai dirimu yang apa adanya.

Menerapkan nasehat dari Jalaluddin Rumi dalam kehidupan sehari-hari, mampu menciptakan kehidupan yang damai antar sesama. Tidak ada yang saling mendominasi dalam sebuah relasi. saling bukan si paling, merangkul dalam keharmonisan. []

Tags: Jalaluddin RumimanusiaNasehat JalaluddinPrinsip RelasiPuisi cintaPuisi RumiRelasi
Nursehan

Nursehan

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Tambang

    Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID