• Login
  • Register
Senin, 2 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Nyai Khoiriyah Hasyim: Pelopor Pendidikan Bagi kaum Perempuan

Memiliki ilmu yang mendalam membuat Nyai Khoiriyah Hasyim mampu membaca realitas kehidupan perempuan secara kritis

Emma Nur Halizza Emma Nur Halizza
15/04/2025
in Figur
0
Nyai Khoiriyah Hasyim

Nyai Khoiriyah Hasyim

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Nyai Khoiriyah Hasyim merupakan putri dari Kiai Hasyim Asy’ari dan Nyai Nafiqah. Dia lahir di Tebuireng, Jombang, pada tahun 1908 M. Besar dalam lingkungan keluarga ulama pesantren.

Nyai Khoiriyah Hasyim, seorang perempuan Nusantara yang berpengaruh, membuka lebih luas gerbang pengetahuan bagi perempuan di Makkah pada masanya melalui progresivitas pemikiran dan gerakannya. Dengan kiprah keulamaannya, ia membawa perubahan signifikan dalam dunia pendidikan dan keagamaan bagi perempuan.

Di era itu, Nyai Khoriyah Hasyim berjuang melawan pandangan masyarakat yang menganggap pendidikan bagi perempuan tidak penting. Masyarakat masih menganut pandangan patriarkis yang menempatkan perempuan sebagai “konco wingking” (teman di belakang), bukan “konco samping” (teman di sebelah/sejajar), sehingga perempuan hanya identik dengan tugas-tugas domestik seperti dapur, sumur, dan kasur.

Pada zaman Nyai Khoiriyah Hasyim anggapan di masyarakat adalah perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi. Toh, nantinya ia juga akan ikut suami. Maka masyarakat bepadangan buat apa perempuan berpendidikan tinggi.

Namun, Nyai Khoiriyah Hasyim mampu membuktikan bahwa melalui pendidikan, perempuan juga bisa maju. Semua pandangan yang meremehkan perempuan ia patahkan lewat sepak terjangnya di dunia pendidikan. Dengan pendidikan yang memadai, menurutnya, perempuan juga bisa berprestasi seperti kaum adam.

Baca Juga:

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

Rahasia Mahasiswa Pejuang Skripsi yang Tetap Waras

Kartini: Role Model Perempuan Hebat Masa Kini

Kartini: Menjawab Dilema Perempuan Berpendidikan Tinggi

Adanya pemikiran dan komitmen gerakan kesetaraan pendidikan, menjadikan Nyai Khoiriyah tampil sebagai ulama perempuan yang memperjuangkan ruang-ruang pendidikan yang layak bagi perempuan

Perempuan Pertama Pengasuh Pesantren

Nyai Khairiyah Hasyim  memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk menyerap ilmu dari Kiai Hasyim Asy’ari dan Nyai Nafiqah. Sehingga, dirinya pun tumbuh menjadi sosok ulama perempuan dengan keilmuan Islam yang mendalam.

Memiliki ilmu yang mendalam membuat Nyai Khoiriyah Hasyim mampu membaca realitas kehidupan perempuan secara kritis. Dalam hal ini, Nyai Koiriyah Hasyim sadar betul bahwa dalam masyarakat masih ada saja kesenjangan pendidikan bagi perempuan.

Adanya pemikiran dan komitmen gerakan kesetaraan pendidikan, menjadikan Nyai Khoiriyah tampil sebagai ulama perempuan yang memperjuangkan ruang-ruang pendidikan yang layak bagi perempuan.

Mendirikan Sekolah Perempuan Pertama di Makkah

Pada masa Nyai Khoiriyah ke Makkah, kondisi pendidikan bagi perempuan di Arab Saudi belum berjalan baik. Berbeda dengan pendidikan bagi laki-laki yang telah ada lembaganya, seperti Shaulatiyah dan Darul Ulum, pendidikan bagi perempuan masih berjalan seadanya tanpa ada lembaga yang sistematis.

Hal ini tentu membawa kerisauan tersendiri di hati Nyai Khoiriyah. Sebab, baginya perempuan juga berhak atas pendidikan yang baik. Sehingga, pada 1942 M, Nyai Khoiriyah mendirikan madrasah khusus perempuan yang berlokasi di Syamiah

Di Makkah, Nyai Khairiyah Hasyim juga tidak bisa lepas dari dunia pendidikan. Pada waktu itu, ia sangat prihatin dengan kondisi pendidikan perempuan di sana. ”Belum ada sekolah perempuan saat itu di Makkah. Banyak yang tidak bisa baca tulis bahkan tidak bisa berhitung sederhana.

Sebuah madrasah khusus perempuan pertama di Makkah akhirnya dibuka. Madrasah itu diberi nama Madrasah Banat, yang merupakan bagian dari Madrasah Darul Ulum tempat suaminya mengajar.

Nyai Khoiriyah hasyim  memimpin madrasah yang didirikannya selama hampir satu dekade. Setelah suaminya, Kiai Abdul Muhaimin al-Lasemi, meninggal pada 1956 M, Nyai Khoiriyah Hasyim  memutuskan untuk kembali ke Indonesia pada 1957 M.

Dengan tekad yang kuat, ia melanjutkan kiprahnya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Nyai Khoiriyah  Hasyim kembali mengambil alih kepemimpinan Pesantren Seblak, Jombang, yang telah dirintisnya bersama Kiai Maksum Ali.[]

Tags: kaum PerempuanNyai Khoiriyah HasyimPelopor PendidikanPendidikan PerempuanPerempuan di Sejarah islam
Emma Nur Halizza

Emma Nur Halizza

Terkait Posts

Hj. Biyati Ahwarumi

Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

23 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Teknologi Asistif

    Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab Menurut Pandangan Ahli Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan
  • Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis
  • Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?
  • Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar
  • Jilbab Menurut Ahli Tafsir

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID