• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Pasangan Seharusnya Saling Menerima, Bukan Menjatuhkan!

Sistem reproduksi laki-laki dan perempuan sangatlah berbeda, termasuk proses menjadi ibu adalah ikhtiar panjang menuju sebutan ibu. Lalu menjadi seorang bapak? Bagaimana fase yang harus dijalani? Tidak serumit perempuan!

Muallifah Muallifah
06/10/2021
in Keluarga, Rekomendasi
0
Pasangan

Pasangan

209
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ramai beberapa waktu lalu, ketika sebuah cuitan dari seorang perempuan yang mengalami body shaming, dari suaminya sendiri dengan kalimat begitu menjijikkan karena persoalan tubuh yang terlihat gendut, serta wajah tidak terawat pasca memiliki anak.

Kronologi cerita semacam itu mendapat banyak kecaman dari para netizen. Perasaan geram tentu menjadi salah satu munculnya tulisan ini, sebab spesies pasangan semacam ini pada kenyatannya terus ada dan berkembang biak dalam kehidupan relasi sosial sesama pasangan, ia adalah pasangan toxic, dan tidak tahu diri.

Seharusnya dalam relasi pernikahan, pengucapan kalimat “qobiltu nikahahu” tidak hanya bermakna sebagai sah secara agama tentang relasi yang akan dijalankan seumur hidup untuk membangun bahtera rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Lebih dari itu, kalimat tersebut berarti penerimaan atas segala hal yang akan terjadi pada seluk beluk rumah tangga. Baik dari penerimaan fisik antar pasangan, hingga sifat dan sikap yang ada.

Maka problem yang terjadi pada masyarakat kita, dalam budaya patriarki khususnya, perempuan dituntut untuk sempurna. Dalam konteks perempuan shalihah, misalnya representasi perempuan shalihah, tidak banyak menuntut, patuh terhadap suami, diam di rumah, memakai jilbab panjang, serta melakukan pekerjaan rumah dengan baik serta merawat anak-anak.

Ada pula yang merepresentasikan perempuan dengan sangat sempurna, misalnya ketika menjadi perempuan karir, ia juga dituntut menjadi ibu yang baik dan merawat anak-anaknya, penampilan yang modis, dan mandiri secara finansial. Bahkan pasca perempuan melahirkan kemudian berubah segala bentuk tubuh, wajah serta perbedaan yang cukup mencolok dan tidak enak dilihat selayaknya seorang gadis, hal tersebut adalah masalah.

Baca Juga:

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

Padahal fakta semacam ini adalah konsekuensi logis dari melahirkan, sibuk merawat anak. Pun ketika ada seorang suami menuntut kecantikan sang istri tetap sama seperti sebelum melahirkan, maka segala kebutuhan untuk membeli produk kecantikan, merawat tubuhnya harus dipenuhi secara maksimal. Jika hal ini tidak dilakukan, akan tetapi seorang suami menuntut sang istri tetap cantik, inilah ciri pasangan tidak tahu diri!

Dengan fakta demikian, menjadi perempuan seolah-olah problematika yang begitu kompleks. Perempuan dituntut untuk sempurna tanpa cacat. Sedangkan laki-laki tugasnya hanya menuntut dan meminta kewajiban seorang istri terpenuhi dengan baik dan sempurna.

Body shaming mematikan mental

Terkesan biasa, bahkan menjadi hal lumrah pada budaya kita ketika mengawali percakapan dengan komentar bentuk tubuh, dan sejenisnya. Alih-alih seharusnya sebuah pertemuan diawali dengan kesan yang begitu mengharukan berubah, bahkan beberapa yang lain merasa tidak nyaman.

Hal ini karena seperti yang kita ketahui bersama, setiap orang memiliki tingkat kepercayaan diri yang berbeda, termasuk soal penerimaan diri atas tubuh yang dimiliki. Bagaimana jika komentar tubuh ini justru dari orang terdekat, khususnya suami? Justru sangat menyakitkan. Pikiran kita pasti melambung jauh, dan berakhir pada kesimpulan bahwa, ternyata selama ini orang yang menemani kita hanya melihat kekurangan dan berbagai sisi fisik buruk yang terdapat dalam tubuh.

Padahal kerelaan seorang perempuan dari cantik, berubah drastis setelah memiliki anak merupakan pengorbanan yang cukup besar menjadi seorang ibu, di samping rasa sakit yang harus diderita selama mengandung, serta sakit pada saat melahirkan hingga menjadi ibu sepanjang hidupnya.

Apakah salah ketika suami menggugat kecantikan seorang istri? Tentu tidak! Namun, apakah finansial sebanding dengan tuntutan kesempurnaan fisik istrinya? Kesadaran semacam ini harus dimiliki oleh seorang suami, ketika menuntut lebih kepada perempuan. Sebab sistem reproduksi laki-laki dan perempuan sangatlah berbeda, termasuk proses menjadi ibu adalah ikhtiar panjang menuju sebutan ibu. Lalu menjadi seorang bapak? Bagaimana fase yang harus dijalani? Tidak serumit perempuan!

Dalam konteks ini, ketika menjadi seorang ibu dengan segudang beban dan tanggung jawab dalam merawat anak, serta pengelolaan keuangan keluarga yang terus membengkak dengan tambahan kebutuhan anak, seharusnya seorang suami harus tahu diri bahwa pemasukan untuk keluarga harus semakin meningkat.

Apalagi jika menginginkan istri yang sama penampilan dan fisiknya seperti sebelum melahirkan, justru harus memberikan finansial yang cukup tinggi. Jika hal ini tidak dilakukan oleh seorang suami, kiranya kita harus cukup bijak sebagai perempuan, dalam menangani tipe laki-laki tidak tahu diri semacam ini. []

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags: Body Shamingistrikeluargapasanganperkawinansuami
Muallifah

Muallifah

Penulis asal Sampang, sedang menyelesaikan studi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tinggal di Yogyakarta

Terkait Posts

Gerakan KUPI

Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

4 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Beda Keyakinan

    Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID