Mubadalah.id – Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai pemimpin yang adil dan jujur. Kaum muslimin sering menyebutnya “Khalifah Rasyidin yang kelima”. Yakni, pemimpin kelima yang memperoleh petunjuk Tuhan, sesudah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Dikisahkan bahwa ia sendiri sesungguhnya sangat tidak berhasrat untuk memangku jabatan terhormat ini. Ia lebih suka menjadi manusia biasa.
Tetapi, ia terpaksa menerimanya, lantaran desakan banyak keluarganya. Menurut mereka, tak ada yang lebih baik untuk memimpin kerajaan besar ini selain dia.
Ia pun dilantik menjadi Khalifah, menggantikan Sulaiman bin Abdul Malik. Ia tak suka disebut “khalif” Ia lebih suka disebut Amir al-Mukminin yang bermakna pelayan orang-orang beriman, sebagaimana pendahulunya, Umar bin al-Khattab.
Beberapa hari setelah ia menjabat sebagai Khalifah, ia mengambil langkah-langkah politik yang berani kebijakan pertamanya yang penting dan kontroversi antara lain:
Sejumlah pejabat negara yang korupsi dan bertindak otoriter harus ia pecat. Salah seorang di antara mereka adalah Syuraik bin Ardha. Kepadanya Umar dengan tegas mengatakan:
“Kamu sekarang aku berhentikan dari jabatanmu. Sudah lama aku melihat, kamu sering menganiaya rakyat, menghukum mereka dengan dipanggang di bawah terik matahari. Kamu juga suka mencambuk mereka dan membuat mereka kelaparan. Sementara kamu duduk nyaman di dalam kemah dengan memakai baju sutera mewah.”
Umar juga menolak kekerasan. Jarrah bin Abdullah, Gubernur Khurasan (Iran dan Afganistan) mengirim surat kepadanya. Isinya:
“Moral masyarakat Khurasan benar-benar telah rusak. Mereka hanya bisa menjadi masyarakat yang baik dengan cara dihukum tembak atau dicambuk. Hukuman seperti inilah yang dapat menimbulkan efek jera. Saya berharap tuan mengizinkan saya melakukannya.”
Kemudian, Umar membalas surat itu dengan mengatakan, “Aku telah menerima suratmu. Kamu telah melakukan kebohongan dan tindakan yang keliru. Perbaikan terhadap mereka bukan dengan menindak mereka melalui cara-cara kekerasan seperti yang kamu harapkan itu, tetapi dengan menegakkan keadilan dan kebenaran. Lakukan itu! Salam.” []