• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Pemimpin yang Adil dan Jujur

Sejumlah pejabat negara yang korupsi dan bertindak otoriter harus dipecat

Redaksi Redaksi
20/10/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Pemimpin Adil

Pemimpin Adil

601
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai pemimpin yang adil dan jujur. Kaum muslimin sering menyebutnya “Khalifah Rasyidin yang kelima”. Yakni, pemimpin kelima yang memperoleh petunjuk Tuhan, sesudah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Dikisahkan bahwa ia sendiri sesungguhnya sangat tidak berhasrat untuk memangku jabatan terhormat ini. Ia lebih suka menjadi manusia biasa.

Tetapi, ia terpaksa menerimanya, lantaran desakan banyak keluarganya. Menurut mereka, tak ada yang lebih baik untuk memimpin kerajaan besar ini selain dia.

Ia pun dilantik menjadi Khalifah, menggantikan Sulaiman bin Abdul Malik. Ia tak suka disebut “khalif” Ia lebih suka disebut Amir al-Mukminin yang bermakna pelayan orang-orang beriman, sebagaimana pendahulunya, Umar bin al-Khattab.

Beberapa hari setelah ia menjabat sebagai Khalifah, ia mengambil langkah-langkah politik yang berani kebijakan pertamanya yang penting dan kontroversi antara lain:

Sejumlah pejabat negara yang korupsi dan bertindak otoriter harus ia pecat. Salah seorang di antara mereka adalah Syuraik bin Ardha. Kepadanya Umar dengan tegas mengatakan:

Baca Juga:

Relasi Hubungan Seksual yang Adil bagi Suami Istri

Membangun Rumah Tangga dengan Relasi yang Adil dan Setara

Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

“Kamu sekarang aku berhentikan dari jabatanmu. Sudah lama aku melihat, kamu sering menganiaya rakyat, menghukum mereka dengan dipanggang di bawah terik matahari. Kamu juga suka mencambuk mereka dan membuat mereka kelaparan. Sementara kamu duduk nyaman di dalam kemah dengan memakai baju sutera mewah.”

Umar juga menolak kekerasan. Jarrah bin Abdullah, Gubernur Khurasan (Iran dan Afganistan) mengirim surat kepadanya. Isinya:

“Moral masyarakat Khurasan benar-benar telah rusak. Mereka hanya bisa menjadi masyarakat yang baik dengan cara dihukum tembak atau dicambuk. Hukuman seperti inilah yang dapat menimbulkan efek jera. Saya berharap tuan mengizinkan saya melakukannya.”

Kemudian, Umar membalas surat itu dengan mengatakan, “Aku telah menerima suratmu. Kamu telah melakukan kebohongan dan tindakan yang keliru. Perbaikan terhadap mereka bukan dengan menindak mereka melalui cara-cara kekerasan seperti yang kamu harapkan itu, tetapi dengan menegakkan keadilan dan kebenaran. Lakukan itu! Salam.” []

Tags: adilJujurpemimpin
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Boys Don’t Cry

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

2 Juli 2025
Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID