Mubadalah.id – Reaktualisasi dan pemaknaan kembali sakinah, mawaddah wa rahmah (Samara) menjadi hal yang sangat penting agar keluarga muslim modern terus bergerak maju dengan cepat dan selamat di atas rel ajaran agama yang tepat.
Jika kita kembali ke nilai-nilai luhur al-Qur’an, reaktualisasi Samara akan mudah kita lakukan. Syaratnya satu, kita bersedia berubah dari pola pikir dan kebiasaan lama yang tak lagi relevan. Bahkan menjadi ancaman serius bagi keluarga zaman sekarang.
Dalam al-Qur’an kita tidak dapatkan satu pun ayat yang membebankan semua tugas rumah tangga sebagai kewajiban istri.
Rasulullah saw adalah contoh nyata. Menurut kesaksian Aisyah ra, beliau jika di rumah selalu membantu pekerjaan rumah tangga. Saat tiba waktu shalat, beliau shalat.
Kemudian, apa yang dilakukan Rasulullah adalah contoh ideal keluarga muslim sepanjang zaman. Istri dan suami saling membantu mengerjakan tugas-tugas rumah tangga dalam keadaan selalu ingat kepada Allah.
Tugas rumah tangga adalah amal shaleh. Bahkan pasutri yang saling tolong-menolong melakukannya adalah mukmin yang mengamalkan perintah Allah dalam surat al-Maidah ayat 2 yang artinya: “… dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.”
Kerja sama pasutri dalam melakukan amal shaleh, termasuk dalam rumah, tak hanya berpahala di hadapan Allah, melainkan juga menjadikan penyebab turunnya rahmat Allah (QS. at-Taubah ayat 71).
Dengan rahmat Allah, kerja sama pasutri dalam rumah tangga akan menjadi pengikat kebersamaan dan perekat cinta dan kasih sayang. Bukankah ini nilai luhur yang selalu relevan dengan fitrah manusia dan usaha membangun ketahanan keluarga? []