• Login
  • Register
Sabtu, 1 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Perbedaan Awal Bulan Ramadan Kerap Terjadi, Begini Cara Menyikapi

Dalam menyikapi perbedaan ini, sebenarnya kita tak perlu repot membahas keabsahan dan kebenarannya atau tidak. Ru’yah dan hilal ini tidak dilakukan sendiri, banyak lembaga dan pihak-pihak ahli yang telah melakukannya

Vevi Alfi Maghfiroh Vevi Alfi Maghfiroh
25/04/2020
in Featured, Hukum Syariat
0
99
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Melalui siaran televisi tentang sidang isbat yang dilakukan Kementerian Agama, akhirnya pemerintah menetapkan awal bulan Ramadan tahun ini jatuh pada hari Jum’at 24 April 2020. Penentuan awal bulan Ramadan menjadi fenomena menarik tentang keberagaman umat muslim Indonesia.

Penentuan awal bulan kalender hijriyah menjadi sangat penting dilakukan terutama pada bulan-bulan yang berkaitan dengan ibadah umat muslim, seperti bulan Ramadan yang di dalamnya terdapat perintah puasa satu bulan penuh, bulan Syawal dalam rangka merayakan Hari Raya Idul Fitri, serta bulan Dzulhijah yang terkait dengan ibadah haji dan perayaan Hari Raya Idul Adha.

Perbedaan penentuan awal bulan qamariyah terjadi karena adanya perbedaan kriteria dan metode yang digunakan dalam penentuan awal bulan tersebut. Dua organisasi masyarakat terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah kerap berbeda di beberapa tahun silam.

Namun beberapa tahun terakhir selalu sama dalam menentukan awal Ramadan. Meski demikian tidak menutup kemungkinan golongan ormas kecil lainnya masih tetap berbeda dengan yang sudah ditentukan  oleh pemerintah.

Dalam kajian ilmu falak, ada tiga alternatif metode yang digunakan dalam menentukan awal suatu bulan qamariyah, yaitu hisab, ru’yah, dan istikmal. Hisab adalah menghitung berdasarkan teori dan rumus-rumus tertentu yang sudah dibakukan sedemikian rupa, sehingga diyakini bahwa awal bulan atas dasar penghitungan teoritik itu sama dengan kenyataan alam.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan
  • Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran
  • Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan
  • Hikmah Walimah Pernikahan Dalam Islam

Baca Juga:

Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran

Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

Hikmah Walimah Pernikahan Dalam Islam

Adapun ru’yah diartikan sebagai melihat hilal (bulan tanggal pertama), penetapan awal bulan Ramadan didasarkan pada ada atau tidaknya hilal yang bisa dilihat mata baik langsung maupun dengan alat bantu. Sedangkan istikmal adalah menggenapkan jumlah hari dalam satu bulan sampai tiga puluh hari sebelum memulai bulan baru. Perbedaan penentuan awal bulan Ramadan dan Syawal tersebut berpangkal pada ketidaksamaan hasil yang diperoleh melalui metode-metode tersebut, khususnya ru’yah dan hisab.

Dalam kitab Bughyah Al-Mustarsyidin (hlm 108) menyebutkan kebanyakan ulama salaf (jumhur as-salaf) berpendapat bahwa penetapan awal Ramadan dan Syawal hanya boleh dengan cara ru’yah, jika ru’yah tidak bisa dilakukan karena terhalang mendung, maka digunakanlah metode istikmal. Maka dalam hal ini, istikmal dapat dikatakan sebagai metode lanjutan ketika ru’yah tidak bisa dilakukan.

Metode dan prosedur ini mengikuti langsung hadist shahih riwayat Bukhari dan Muslim ‘Berpuasalah karena melihat hilal (awal Ramadan) dan berbukalah karena terlihat bulan (awal syawal)’. Pendapat yang hanya mengakui ru’yah dan kemudian istikmal jika diperlukan sebagai metode penetapan puasa dan Idul Fitri diikuti oleh seluruh Imam Madzhab Empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali). Namun kalangan Syafi’i juga masih mengakomodasi metode hisab dan memperbolehkannya sebagai dasar para ahli hisab (al-munajjimun) yang mempercayai kebenarannya.

Di Indonesia, metode ru’yatul hilal ini digunakan oleh Nahdlatul Ulama, adapun metode hisab hanya digunakan sebagai metode pendamping dan alat bantu untuk memperkirakan secara teoritik apakah ru’yah dapat dilakukan atau tidak. Sedangkan Muhammadiyah menjadikan metode wujudul hilal sebagai dasar penetapan awal bulan Ramadan sekaligus penentuan bulan baru sudah masuk atau belum.

Beberapa Negara Muslim, seperti Indonesia, Brunei Darussalam, dan Malaysia menggunakan metode imkanur rukyat, yakni kriteria penentuan awal bulan Hijriyah yang ditetapkan berdasarkan Musyawarah Menteri Agama dan yang terkait agar dipakai secara resmi sebagai penentuan awal bulan Hijriyah pada kalender resmi Pemerintah. Imkanur rukyat tersebut dimaksudkan untuk menjembatani metode rukyat dan metode hisab.

Meski demikian perbedaan penetapan awal bulan juga kerap berubah dari tanggal yang telah ditentukan kalender karena faktor alam, sehingga pemerintah Indonesia secara tradisi pada petang hari pertama sejak terjadinya ijtimak melalui Badan Hisab Rukyat (BHR) melakukan kegiatan rukyat (pengamatan visibilitas hilal), dan dilanjutkan dengan Sidang Itsbat penetapan awal bulan kalender baru.

Dalam menyikapi perbedaan ini, sebenarnya kita tak perlu repot membahas keabsahan dan kebenarannya atau tidak. Ru’yah dan hilal ini tidak dilakukan sendiri, banyak lembaga dan pihak-pihak ahli yang telah melakukannya. Yang perlu kita lakukan hanya mengikuti informasi proses ru’yah yang dilakukan lembaga ahli di Negara dan Wilayah kita tinggal. Hal ini karena hasil ru’yah tidak berlaku dalam skala global.

Dalam perbedaan-perbedaan tersebut, kita tak perlu ambil pusing dan cukup mengikuti apa yang ditetapkan pemerintah sebagai bentuk pengamalan surat An-Nisa ayat 59. Hai Orang-Orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasulnya, dan ulil amri di antara kamu. Selama ketaatan tersebut tidak dalam perkara maksiat.

Namun jika ada segolongan lain yang berbeda, maka sikap saling menghormati dan saling menghargai perbedaan juga menjadi hal yang harus dilakukan oleh umat Islam. Karena berbeda adalah sunatullah dan rahmat bagi seluruh alam. Wallahu a’lam. []

Tags: Bulan PuasaislamKalender Hijriyahramadan
Vevi Alfi Maghfiroh

Vevi Alfi Maghfiroh

Mahasiswa Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Terkait Posts

Pernikahan tanpa Wali

Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali

3 Februari 2023
Hukum Aborsi

Fatwa KUPI (Bukan) Soal Hukum Aborsi

29 Desember 2022
Belenggu Patriarki dalam Narasi Kepahlawanan Tiga Srikandi Aceh

Belenggu Patriarki dalam Narasi Kepahlawanan Tiga Srikandi Aceh

20 Desember 2022
Khitan Perempuan

OIAA-Cairo: Mengharamkan Khitan Perempuan Sesuai Syari’ah Islam

19 Desember 2022
Khitan Perempuan

Ulama Dunia Desak Hentikan Khitan Perempuan

13 Desember 2022
Gus Dur Menurut Mba Alissa

Gus Dur Menurut Mba Alissa

12 Desember 2022
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Melestarikan Tradisi Nyadran

    Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadis Relasi Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan
  • Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist