• Login
  • Register
Minggu, 13 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Perdebatan Pengucapan Selamat Natal Seharusnya Tidak Ada

Pengucapan hari raya agama non-muslim diperbolehkan sebagai wujud saling menghormati, sebagaimana umat agama lain yang mengucapkan berbagai hari besar di dalam agama Islam

Iqromah Zm Iqromah Zm
29/12/2021
in Publik
0
Menumbuhkan Rasa Cinta Tanah Air Sejak dari Keluarga

Menumbuhkan Rasa Cinta Tanah Air Sejak dari Keluarga

246
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Setiap 22 sampai 25 Desember, seperti biasa ada notif group Whatsapp SMA yang berisikan undangan atau ajakan untuk silaturahmi dalam rangka peringatan hari raya Natal. “selamat sore kawan-kawan, jangan lupa hadir di rumahku ya nanti di hari Natal” pesan yang dikirim kawan saya bernama Desti mengawali obrolan kami. Karena sedang di rantauan, saya belum bisa hadir. saya hanya bisa berkirim pesan bertuliskan harapan-harapan baik tentang Natal, dan permohonan maaf karena tidak bisa hadir.

Setiap hari raya keagamaan, kami saling berkunjung atau sekedar berkirim pesan ketika sedang berada di tempat yang berbeda. Tidak hanya itu, kami-pun sering sharing mengenai banyak hal, termasuk isu agama. Bagi saya, tidak ada yang salah dengan hal ini, selagi tidak mengurangi akidah kita sebagai muslim. Bukankah semakin banyak pengetahuan kita tentang sesuatu maka semakin dewasa kita dalam bersikap dan mengambil langkah?

Pada momen-momen seperti ini, tidak sedikit pula yang mengecam akan tindakan dalam penyampaian ungkapan selamat hari Natal atau pada hari raya agama lain yang pada akhirnya disangkutpautkan dengan siksaan Tuhan. Akan tetapi, saya tidak semerta-merta menyalahkan pendapat itu, karena pada dasarnya ada beberapa pendapat yang memperkuat argumen masing-masing. Saya mencoba menggambarkan dua alasan mengapa pengucapan selamat hari Natal diperbolehkan atau dilarang.

Pertama, alasan mengapa pengucapan hari raya dilarang karena berlandaskan pada hadits Nabi, barang siapa mengikuti suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut. Dalam hal ini, Menyerupai atau bertasyabuh dilarang oleh agama.

Pada Penelitian Aspandi yang berjudul Tinjauan Ulama Tentang Mengucapkan dan Menghadiri Natal menjelaskan bahwa terdapat pendapat ulama Wahabi dan Salafi yakni, Ibn  Taimiyyah , Ibn Qayyim dan para pengikutnya seperti syeikh ibn Baaz, seikh Ibn Utsaimin dan yang lainnya berpendapat bahwa mengucapkan selamat hari Natal haram karena sebagian dari syi’ar-syi’ar mereka.

Baca Juga:

Safari Natal 2024: Merayakan Natal dengan Penuh Suka Cita bersama Mereka yang Berbeda

Hadiah Natal dan Upaya Merajut Kerukunan Umat Beragama

Perayaan Natal di Palestina: Refleksi Pesan Natal tentang Kemanusiaan

Menghormati Perayaan Natal adalah Bagian dari Ibadah Sosial

Allah tidak meridhoi adanya kekufuran terhadap hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya dalam pengucapan hari Natal merekaa bertasyabbuh atau menyerupai. Bentuk tasyabbuh yang lain adalah ikut serta dalam hari raya tersebut dan mentransfer acara-acara mereka kenegeri-negeri Islam.

Ibn Utsaimin mengatakan bahwa mengucapkan selamat hari natal adalah haram. Pendapat tersebut didasarkan pada hasil ijma’ yang disebut oleh ibn al-Qayyim dalam Ahkam Ahl al-Dhimmah. Ibn Qayyim berpandangan bahwa pemberrian ucapan selamat hari raya kepada non muslim dan menghadirinya membenarkan atau menyariatkan penerimaan peribadatan orang non muslim.

Ibn Taymiyyah dalam Iqtida’ al-Sirat al-Mustaqim, Mukhalaf Ashab al-Jahim menyatakan bahwa, memberikan ucapan selamat pada perayaan non muslim pada hari besar agama mereka adalah dilarang, dan menurut Al-Utsaimin termasuk dosa besar. Baik di luar norma kesopanan atau dasar toleransi.

Kedua, yakni pendapat yang memperbolehkan mengucapkan selamat hari Natal, saya mengutip dari penelitian Juhra Muhammad Arib yang berjudul Ucapan selamat Natal Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah bahwa menurut jumhur ulama kontemporer seperti Syeikh Yusuf al-Qardawi yang berpendapat bahwa perubahan kondisi global-lah yang menjadikan berbeda pendapat.

Syeikh Yusuf al-Qardawi memperbolehkan dengan catatan bahwa orang non muslim tersebut cinta damai terhadap kaum muslim, terlebih jika ada hubungan kekerabatan. Beliau juga menjelaskan bahwa tidak ada hal yang menjadi halangan untuk mengucapkan selamat pada perayaan non-muslim. Tetapi jangan masuk pada ritual keagamaan mereka yang bertentangan dengan akidah Islam.

Lantas bagaimana dengan Al-Qur’an, dalam QS: An-Nisa ayat 86 yang artinya apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik darinya, atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. Dari ayat ini bisa dilihat bahwa pengucapan hari raya agama non-muslim diperbolehkan sebagai wujud saling menghormati, sebagaimana umat agama lain yang mengucapkan berbagai hari besar di dalam agama Islam.

Dalam penelitiannya, Muhammad Arib juga menjelaskan bahwa ulama tafsir Indonesaia Prof. DR.M.Quraish Shihab, MA berkata “saya menduga keras persoalan tentang boleh tidaknya muslim mengucapkan natal kepada umat Kristiani hanya di Indonesia saja, selama saya di Mesir saya kenal sekali dan sering membaca di koran Ulama-ulama sering berkunjung kepada pimpinan umat Kristiani dan mengucapkan “Selamat Natal.”

Beliau juga mengatakan bahwa ada ayat Al-Qur’an yang mengabadikan pengucapan selamat Natal yang pernah diucapkan Nabi Isa, tidak salah dan tidak keliru pula membacanya “selamat” kepada semua orang, dengan catatan memahami dan menghayati maksud dari Al-Qur’an demi kemurnian akidah.

Dari beberapa alasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mengucapkan selamat Natal atau tidak, itu hak personal masing-masing. Yang tidak dibenarkan yakni ketika saling menyalahkan apalagi sampai menghujat pendapat atau pilihan masing-masing. Selagi tidak mengurangi akidah kita sebagai muslim dan tidak menimbulkan perpecahan, maka silahkan untuk mengucakpannya, tetapi jika ragu-ragu dan merasa mengurangi keimanan maka tinggalkan. Wallahua’lam bisshawab. []

Tags: Kelahiran Isa al MasihNatalSelamat Natal
Iqromah Zm

Iqromah Zm

Mahasiswi STAI Sunan Pandanaran Yogyakarta, aktif di LPM Aksara

Terkait Posts

Mas Pelayaran

Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan

13 Juli 2025
Perempuan dan Pembangunan

Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

12 Juli 2025
Isu Disabilitas

Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

12 Juli 2025
Negara Inklusi

Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

11 Juli 2025
Kopi yang Terlambat

Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

10 Juli 2025
Humor Kepada Difabel

Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

10 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hak Perempuan

    Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Merebut Kembali Martabat Perempuan
  • Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan
  • Kala Kesalingan Mulai Memudar
  • Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba
  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID