• Login
  • Register
Rabu, 29 Juni 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Perempuan Generasi Sandwich; Meniti Karier atau Menjaga Orang Tua?

Ada banyak pilihan yang bisa dipertimbangkan untuk menghasilkan kesepakatan yang maslahah. Melalui komunikasi yang baik dan saling kompromi, keputusan yang diambil akan lebih adil dan tidak berat sebelah

Yuyun Khairun Nisa Yuyun Khairun Nisa
04/06/2022
in Keluarga
0
Perempuan Generasi Sandwich; Meniti Karier atau Menjaga Orang Tua?

Perempuan Generasi Sandwich; Meniti Karier atau Menjaga Orang Tua?

360
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Apakah kamu anak perempuan bungsu? Jika iya, sama sepertiku. Tapi, apakah kamu juga mengalami situasi yang sama? Situasi dilematis antara pergi ke perantauan untuk meniti karir atau menjaga orang tua yang sudah sepuh di rumah. Ya, dilema anak perempuan generasi sandwich selalu dihadapkan pada pilihan meniti karier atau menjaga orang tua.

Tugas menjaga orang tua di usia senja seringkali dilimpahkan pada anak perempuan, terlebih anak perempuan bungsu. Karena perempuan dianggap lebih mampu mengurus pekerjaan domestik, mereka diposisikan untuk berada di rumah. Seakan dilema anak perempuan tak cukup hanya satu.

Sekalipun memiliki anak banyak dan semuanya perempuan, anak perempuan bungsu acap kali dibebankan tugas untuk menjaga orang tua yang sudah lanjut usia. Bahkan, perihal pasangan juga ditentukan, yang berasal dari daerah terdekat agar bisa merawat orang tua meskipun sudah berkeluarga.

Tak hanya itu, keinginan untuk melanjutkan studi di luar kota atau luar negeri juga harus surut dengan dalih memberatkan orang tua. Situasi seperti ini semakin membuat dilema anak perempuan bertambah berat.

Daftar Isi

  • Dilema Perempuan Generasi Sandwich dan 3 Pandangan yang Perlu Diluruskan

Dilema Perempuan Generasi Sandwich dan 3 Pandangan yang Perlu Diluruskan

Terkait perempuan generasi sandwich, alih-alih mengambil banyak kesempatan di usia muda untuk meningkatkan kapasitas diri, ruang gerak anak perempuan justru dibatasi. Jadi, apakah harus berpasrah saja atau memperjuangkan mimpi? Sebelum menjawab keresahan dilema anak perempuan generasi sandwich ini, ada beberapa pandangan yang perlu diluruskan.

Baca Juga:

Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna

6 Pola Pendidikan Anak Sesuai Ajaran Islam

3 Jenis dan Karakteristik Teman Bermain Bagi Anak

Mengenal 4 Kondisi Paling Penting untuk Anak

Pertama, menjaga orang tua adalah kewajiban setiap anak, laki-laki maupun perempuan. Baik anak sulung, tengah, bungsu atau tunggal.

Kedua, pekerjaan domestik bukan hanya diperuntukkan bagi perempuan, melainkan untuk semua gender. Memasak, mencuci, bersih-bersih, dan sebagainya merupakan skill menjalani kehidupan bagi semua orang. Ketika laki-laki atau perempuan tidak bisa memasak, mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuhnya untuk mendapat energi lewat makanan. Ketika laki-laki atau perempuan tidak bisa mencuci atau bersih-bersih, mereka tidak mampu menciptakan lingkungan yang nyaman dan wangi.

Sekalipun lebih memilih membeli makanan atau mencuci baju dengan jasa laundry, mereka tidak mampu menghemat pengeluaran. Artinya, kemampuan melakukan pekerjaan domestik sangat penting dimiliki oleh setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin.

Ketiga, setiap hubungan manusia antar sesamanya memiliki hak dan kewajiban yang perlu dipahami, termasuk hubungan orang tua dan anak. Orang tua berkewajiban untuk membesarkan anak dengan kasih sayang sejak dalam kandungan hingga tumbuh dewasa, lantas mereka mempunyai hak untuk dihormati, salah satunya dengan mentaati perintahnya.

Sedangkan anak memiliki kewajiban menghormati orang tua dan haknya memperoleh kasih sayang dari mereka. Tentunya, dua kewajiban ini harus dilaksanakan dengan baik agar hak-haknya pun terpenuhi.

Apabila orang tua ingin dihormati, mereka harus memberikan kasih sayang kepada anak. Sebaliknya, kasih sayang orang tua akan tercurahkan apabila anak menghormati orang tua. Hubungan yang baik dan setara adalah yang bersifat resiprokal, timbal balik. Dengan praktik ini diharapkan mengurangi perasaan dilematis anak perempuan.

Relasi orang tua dan anak yang mana terdiri dari orang yang lebih tua dan orang yang lebih muda, sebenarnya amat rentan mengalami ketimpangan. Orang tua merasa memiliki kendali penuh atas anak, tapi bisa jadi anak yang memiliki kekuatan lebih besar daripada orang tua. Faktornya bisa karena karakter atau cara mendidik anak.

Karakter orang tua yang pemarah membuat anak takut untuk melanggar perintahnya, sehingga ia mengorbankan kemerdekaan dirinya sendiri. Atau, cara mendidik anak dengan memanjakan dan menuruti segala keinginannya, membentuk karakter anak menjadi tidak berpendirian dan tidak memiliki batasan. Oleh sebab itu, penting sekali membuka ruang komunikasi antara orang tua dan anak agar hubungan yang baik dapat terwujud.

Definisi kasih sayang orang tua tidak hanya sebatas memberikan nafkah lahir kepada anak, tetapi juga memberikan kebebasan kepada anak untuk menentukan jalan hidupnya. Menghormati orang tua juga bisa dengan cara menjadi individu yang kreatif dan prestatif dalam bidang yang ditekuni.

Ketika anak berprestasi, orang tua akan bangga dan senang, dan itu merupakan salah satu cara menghormati orang tua. Dari keberhasilan anak, dapat mengharumkan nama baik keluarga besar, khususnya orang tua.

Pemahaman atas memberikan kasih sayang – disayangi dan menghormati – dihormati ini perlu dibicarakan lebih mendalam antara orang tua dan anak. Mereka harus saling berkompromi, sehingga menghasilkan keputusan yang tidak membebankan salah satu pihak.

Keterlibatan anggota keluarga yang lain juga sangat penting, misalnya seluruh anak bergantian merawat orang tua. Jadi, setiap anak memiliki kewajiban yang sama untuk birrul walidain, berbakti kepada orang tua, serta memiliki kesempatan yang sama untuk eksplorasi diri meraih mimpi.

Jika anak tunggal, maka keputusan terbaik ialah yang disepakati bersama antara orang tua dan anak. Misalnya, diperbolehkan mengambil pekerjaan di luar kota dengan syarat setiap 3 bulan sekali pulang ke rumah. Atau, orang tua ikut anak tinggal di kota tempat ia bekerja.

Ada banyak pilihan yang bisa dipertimbangkan untuk menghasilkan kesepakatan yang maslahah. Melalui komunikasi yang baik dan saling kompromi, keputusan yang diambil akan lebih adil dan tidak berat sebelah. Dengan tanpa memberatkan salah satu pihak, khususnya anak perempuan. Sehingga tidak akan ada lagi dilema anak perempuan generasi sandwich.

Demikian penjelasan terkait dilema perempuan generasi sandwich, antara meniti karier atau menjaga orang tua. Semoga bermanfaat. []

 

Tags: anakDilemakariermenjagaorang tuaperempuan
Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa

Penulis adalah alumni Bapenpori Al-Istiqomah tahun 2017 asal Karangampel-Indramayu. Ia merupakan mahasiswi program studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Saat ini ia tergabung dalam komunitas Puan Menulis dan Peace Leader Indonesia

Terkait Posts

Nikah Muda

Ingin Nikah Muda? Jangan Gegabah Sebelum Memenuhi Syarat Berikut Ini!

28 Juni 2022
Pendidikan Islam

Pentingnya Memberikan Dasar Pendidikan Islam bagi Anak-anak

25 Juni 2022
emosi anak

Mengenal 6 Ciri Khas Emosi Anak

25 Juni 2022
Saling berbuat baik

Pasangan Suami Istri Diminta untuk Saling Berbuat Baik

25 Juni 2022
kekerasan fisik pada anak

Memahami 4 Macam Kekerasan Fisik pada Anak Akibat Kelalaian Orang Tua

24 Juni 2022
Perempuan Bekerja

Laki-laki Penganguran Bukan Salah Perempuan Bekerja

24 Juni 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • istri taat suami tidak kunjungi ayah yang sakit

    Kisah Istri Taat Suami tidak Kunjungi Ayah yang Sakit sampai Wafat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Deklarasi Kemanusiaan Universal Rasulullah Saw saat Wukuf di Arafah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dampak Negatif Skincare terhadap Ekosistem Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fikih Haji Perempuan: Sebuah Pengalaman Pribadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Eksistensi Manusia Menurut Islam dalam Kitab Fannut Ta’amul an Nabawi Ma’a Ghair Al Muslimin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna
  • 6 Pola Pendidikan Anak Sesuai Ajaran Islam
  • Melihat Relasi Gender Melalui Kacamata Budaya Nusantara
  • Doa Kemalaman di Perjalanan
  • Fikih Haji Perempuan: Sebuah Pengalaman Pribadi

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist