Mubadalah.id – Apa yang salah dengan perempuan karier? Memilih menjadi perempuan karier merupakan hak semua perempuan tanpa terkecuali. Baik berkarier di dalam rumah maupun di luar rumah. Namun kebanyakan orang memandang bahwa perempuan karier adalah perempuan yang kerja di luar rumah seperti kerja di perusahaan, padahal menjadi penulis atau berjualan online pun merupakan salah satu perwujudan dari perempuan yang berkarier.
Apa sih perempuan karier yang sesungguhnya? Perempuan karier adalah perempuan yang mempunyai kesibukan selain kesibukan rumah tangga, baik itu dilakukan di dalam rumah atau di luar rumah, baik itu yang bersifat bisnis atau sosial.
Pada masa sekarang ini perempuan karier selalu dilabelkan dengan perempuan yang sibuk menghasilkan uang banyak. Hal tersebut mungkin salah satunya, tetapi perempuan karier tidak hanya melulu mengejar kesuksesan materi. Perempuan memilih karier karena memiliki semangat dan dorongan untuk melangkah maju, untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, berjihad dan ingin menjadikan hidupnya lebih bermanfaat bukan hanya untuk dirinya dan keluarganya saja tetapi agar bisa bermanfaat juga untuk masyarakat banyak dan memotivasi perempuan-perempuan lainnya.
Kenyataan yang dialami oleh perempuan sekarang khususnya yang sudah berumah tangga , Ketika perempuan memilih untuk berkarier ia tidak pernah terlepas dari beban kerja ganda, di mana ketika seorang Ibu rumah tangga memilih untuk berkarier di luar rumah misalnya menjadi seorang sekretaris di sebuah Perusahaan.
Perempuan tetap mengalami hal-hal yang bias gender. Salah satunya adalah masih dibebani dengan pekerjaan-pekerjaan domestik seperti, sepulang kerja atau mengajar istri dihadapkan dengan pekerjaan-pekerjaan domestik seperti mencuci, memasak, mengurus keperluan anak dan membereskan rumah. Rasanya tidak adil ketika perempuan harus berjuang di ranah publik ia juga mendapatkan tekanan di wilayah domestik.
Hal tersebut tentunya menjadi tekanan bagi banyak Ibu rumah tangga yang menjadi perempuan karier mengapa demikian? Karena tidak sedikit masyarakat yang menilai ketika perempuan memiih untuk berkarier di luar rumah dan tidak mengerjakan pekerjaan domestik itu diidentikan dengan perempuan yang malas dan tidak sayang dengan keluarga, terlebih jika seorang perempuan yang telah berumah tangga lebih memilih menggunakan asisten rumah tangga untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah tangganya.
Padahal selain membuka perempuan lain untuk mendaptkan pekerjaan (Misalnya untuk ART) yang berpengaruh terhadap perekonomian keluarga lain (terpenuhi kebutuhan keluarganya) juga membantu menjaga kewarasan dan kesehatan mental istri, karena kesehatan mental istri pun harus diperhatikan.
Melihat fenomena yang terjadi sekarang terkait pemaknaan sosok ideal seorang istri melalui media sosial seperti quote di instagram, konten-konten di tiktok tidak terlepas dari pelabelan negatif misalnya, istri yang ideal adalah istri yang diam dirumah dan nurut pada suami. Tapi apakah dengan sikap tersebut bisa sepenuhnya membuat para istri bahagia? Misalnya ketika seorang istri dari pagi sampai tengah malam harus menyelesaikan pekerjaan domestik, mengurus anak tanpa bantuan orang lain dan tanpa digaji serta tanpa mendapatkan asuransi hal tersebut akan selalu mendapat anggapan bahwa istri tersebut tidak bekerja.
Padahal menjadi ibu rumah tangga merupakan pekerjaan yang paling sulit dan belum ada yang sanggup untuk membayarnya. Tentunya hal tersebut juga terjadi pada perempuan karier yang bisa jadi salah satu alasannya bekerja di luar rumah adalah untuk membantu perekonomian keluarga agar tercukupi kebutuhannya, bahkan bisa membantu berbagi pada orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita.
Betapa banyak beban yang diterima perempuan karier khususnya yang sudah berumah tangga, mengapa harus perempuan yang selalu dibebani dengan beban kerja ganda? Padahal rumah tangga dibangun oleh dua insan bukan oleh satu pihak saja, seharusnya hal-hal yang terjadi dalam rumah tangga harus dikompromikan agar tidak hanya satu pihak saja yang merasa dirugikan atau dimenangkan.
Bukankah Tuhan menciptakan perempuan dan laki-laki dari bahan penciptaan yang sama, dengan derajat yang sama, yang membedakan hanya ketaqwaannya saja? Jawabannya adalah hal tersebut berakar dari sistem atau budaya patriarkal yang mana dalam status sosial perempuan dipandang sebagai makhluk kedua dan laki-laki dianggap sebagai makhluk utama. []