• Login
  • Register
Minggu, 2 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Perempuan Pekerja Bukan Ancaman Bagi Laki-Laki

Menjadi perempuan pekerja berarti mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk meningkatkan kapasitas diri baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya.

Yuyun Khairun Nisa Yuyun Khairun Nisa
13/03/2021
in Keluarga
0
Perempuan Pekerja

Perempuan Pekerja

277
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Berangkat dari cerita seorang teman, ia justru mengalami kesulitan finansial setelah menikah lantaran suami melarangnya untuk bekerja. Sedangkan, pendapatannya sendiri belum bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Alasan suami melarangnya untuk bekerja adalah kekhawatiran dan perasaan terancam terhadap perempuan pekerja yang akan membangkang kepada pasangan karena merasa mampu dan memiliki kekuatan dari segi materi.

Padahal, tidak ada hukum Islam yang menjelaskan pelarangan istri untuk bekerja. Dalam buku 60 Hadis Hak-Hak Perempuan dalam Islam yang ditulis oleh Dr. Faqihudin Abdul Qadir, diriwayatkan oleh Ibn Sa’d dalam Thabaqatnya (Juz 1, hal.29, no. Hadis: 4239), Rasulullah pernah didatangi perempuan pekerja bernama Ritah, istri Abdullah bin Mas’ud, dan ia menanyakan bagaimana hukumnya istri mencari nafkah untuk suami dan anak? Lalu, Nabi SAW menjawab bahwa ia memperoleh pahala dari apa yang ia nafkahkan pada suami dan anaknya.

Maka, stigma buruk perempuan pekerja dalam suatu rumah tangga itu jelas tidak benar. Adapun pandangan mencari nafkah adalah kewajiban laki-laki, hal tersebut didasari oleh kebudayaan masa lalu yang mana kesempatan bekerja di luar rumah lebih terbuka lebar untuk laki-laki. Namun, sekarang keadaan sudah berbeda. Kesempatan bekerja terbuka lebar bagi keduanya. Kewajiban nafkah semestinya tidak lagi dibebankan kepada satu pihak, tetapi menjadi tanggung jawab bersama. Jadi kewajiban mencari nafkah bukan atas dasar jenis kelamin, melainkan kapasitas dan kemampuan individunya.

Banyak kasus rumah tangga yang berujung perceraian karena persoalan ekonomi. Dengan bersama perempuan pekerja, beban finansial akan ditanggung bersama dan terasa lebih mudah jika dipikul berdua daripada suami seorang diri. Maka, perempuan pekerja jelas bukan menjadi ancaman bagi laki-laki, tetapi mereka adalah solusi demi kesejahteraan dan kemaslahatan rumah tangga.

Pandangan tentang istri sholihah sering kali dipahami dengan mereka yang ranah wilayahnya hanya pada dapur, sumur, dan kasur. Karir terbaik seorang istri adalah bekerja di rumah, melayani suami dan mendidik anak. Padahal dengan menjadi perempuan pekerja, bukan berarti seorang istri tidak bisa menjadi ibu yang baik juga.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Kerja Sama dengan Suami Bisa Menjadi Resep Awet Muda Istri

Baca Juga:

Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

Kerja Sama dengan Suami Bisa Menjadi Resep Awet Muda Istri

Dalam beberapa kasus, sayangnya perempuan justru dituntut oleh pasangannya untuk memilih antara menjadi perempuan pekerja atau ibu rumah tangga. Keadaan seperti itu justru menjebak perempuan untuk menentukan pilihan yang ditawarkan pasangan. Padahal perempuan sangat bisa melakukan dua peran bersamaan, menjadi perempuan pekerja dan ibu bagi anak-anaknya. Jika bisa melakukan dua hal sekaligus, kenapa hanya memilih satu?

Selain itu, meskipun umumnya suami sering dianggap sebagai pencari nafkah, tetapi jika sudah menikah, istri tidak hanya sebagai pasangan satu rumah saja, ia juga bisa menjadi pasangan dalam memenuhi kebutuhan keluarga bersama-sama. Adapun ketakutan suami terhadap istri yang bekerja atau bahkan berpenghasilan lebih tinggi akan berkurang rasa hormatnya kepada suami, menurut psikolog Roslina Verauli tidak ada penelitian yang menunjukkan korelasi positif bahwa penghasilan istri yang lebih tinggi adalah penyebab rumah tangga yang berantakan.

Sikap suami sebagai pasangan yang baik adalah mendukung segala niat baik istri.  Jika suami mendukung penuh istri yang bekerja, mereka akan merasa dihormati karena ruang geraknya tidak dibatasi. Pada akhirnya, suami dan istri bisa saling menghormati satu sama lain dan menerapkan konsep kesalingan dalam bahtera rumah tangga.

Relasi pasangan yang baik adalah yang menganggap suami atau istri sebagai partner, bukan mengartikan kepala keluarga memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pada ibu rumah tangga. Juga, bukan berarti yang bisa mencari nafkah adalah yang lebih patut dihormati.

Menurut Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm dalam bukunya yang berjudul Nalar Kritis Muslimah, kriteria pasutri ideal salah satunya adalah tidak saling takut dan menghalangi potensi pasangannya. Suami atau istri harus saling mendukung dan memanfaatkan kapasitasnya demi kemaslahatan bersama yang seluas-luasnya.

Sikap supportif sangat diperlukan dalam relasi rumah tangga, baik laki-laki maupun perempuan hakikatnya sama-sama menjadi subjek penuh kehidupan. Bukan berarti suami sebagai kepala keluarga mempunyai power untuk mengontrol istri, tetapi dalam sistem Islam, keduanya memiliki kedudukan yang sama menjadi pemimpin di muka bumi dan berperan untuk melayani kemaslahatan makhluk. Begitulah konsep pemanusiaan perempuan.

Menjadi perempuan pekerja berarti mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk meningkatkan kapasitas diri baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya, terlebih dalam mendidik generasi yang baik, pasti membutuhkan keterampilan, pengalaman, dan wawasan luas yang diperoleh perempuan baik dari kegiatan di dalam maupun di luar rumah. []

Tags: Ibu Bekerjaibu rumah tanggakeluargaperempuan kepala keluargaPerempuan Pekerja
Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa, lahir di Karangampel-Indramayu, 16 Juli 1999. Lulusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Saat ini sedang bertumbuh bersama AMAN Indonesia mengelola media She Builds Peace Indonesia. Pun, tergabung dalam simpul AMAN, Puan Menulis (komunitas perempuan penulis), dan Peace Leader Indonesia (perkumpulan pemuda lintas iman). Selain kopi, buku, dan film, isu gender, perdamaian dan lingkungan jadi hal yang diminati. Yuk kenal lebih jauh lewat akun Instagram @uyunnisaaa

Terkait Posts

Anak Kehilangan Sosok Ayah

Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

2 April 2023
Kasus KDRT

Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

1 April 2023
Resep Awet Muda Istri

Kerja Sama dengan Suami Bisa Menjadi Resep Awet Muda Istri

31 Maret 2023
Mengasuh Anak Tugas Siapa

Mengasuh Anak Tugas Siapa?

29 Maret 2023
Kewajiban Orang Tua

Kewajiban Orang Tua Menjadi Teladan Ibadah bagi Anak

29 Maret 2023
Bapak Rumah Tangga

Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

28 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Kehilangan Sosok Ayah

    Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist