Mubadalah.id – Kelahiran Nabi Muhamamd Saw di Kota Mekkah pada awal sepertiga akhir abad keenam Masehi. Mekkah pada saat itu jantung dari seluruh jazirah Arab.
Mekkah menjadi pusat agama, budaya, bisnis, hingga rumah Allah Swt, yaitu Ka’bah, yang Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as bangun menjadi tujuan ziarah seluruh masyarakat Arab pada saat itu.
Berbagai sumber sejarah dan biografi mencatat riwayat-riwayat mengenai kejadian ajaib yang mengiringi kelahiran Nabi Muhammad Saw. Di antaranya yang diriwayatkan oleh para perempuan yang menyaksikan kelahiran baginda Nabi Saw.
Saksi pertama dan utama kelahiran Nabi, adalah sosok perempuan Ibunda Nabi Saw sendiri, Aminah bint Wahb. Sang Ibunda pernah bercerita kepada teman-temanya, bahwa pada saat kehamilan seperti ada ilham yang datang dan menyatakan:
“Kamu sekarang mengandung seseorang yang akan menjadi pemimpin umat ini. Apabila lahir nanti, maka ucapkan: “Aku berdoa semoga dia (anaku) dilindungi dari kedengkian orang yang hasud”, dan berilah ia nama Muhammad”.
Sang Ibunda juga bercerita bahwa pada saat kehamilan membesar, ia sering melihat cahaya dari rumahnya yang begitu benderang sehingga bisa melihat istana-istana di Irak dan Syria.
Perempuan, selain Ibunda, yang menyaksikan kelahiran Nabi Muhammad Saw adalah Fathimah bint Abdullah ats-Tsaqafiyah.
Sebagaimana diceritakan anaknya, Utsman bin Abu al-‘Ash ra, bahwa ibunya bercerita:
“Pada saat Aminah bint Wahb melahirkan Nabi Muhammad Saw, pada malam hari, tidak ada rumah yang aku lihat, kecuali terimbas cahaya yang memancar dari rumahnya. Bintang-bintang seperti mendekat dan seakan mau jatuh ke atas kepalaku.”
Sementara orang yang pertama kali menyampaikan kabar tentang kelahiran Nabi Saw kepada sang kakek, Abdul Muthallib, adalah juga perempuan. Yaitu bibi dari Abdullah bin Wahb dan saudara perempuan dari Wahb bin Zam’ah.
Pada saat itu, Abdul Muthallib sedang duduk di atas batu, dan begitu bergembira bergegas menemui sang cucu. (Faqih)
(Sumber: Ishmat Karkar, al-Mar’ah fi al-‘Ahd an-Nabawi, hal. 25-28).