• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Perempuan: Tuan Putri yang Harus Beradaptasi di Rumah Sendiri

Guna meminimalisir kegagalan dan konflik-konflik yang terjadi, tentu kerjasama antara suami istri menjadi sebuah keharusan

Indah Fatmawati Indah Fatmawati
09/02/2025
in Personal
0
Tuan Putri

Tuan Putri

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Bagaimana mempertemukan culture keluarga dan pola pikir yang berbeda pada akhirnya akan menjadi tantangan tersendiri bagi si tuan putri untuk beradaptasi bahkan di rumahnya sendiri.

Mubadalah.id – Siang ini tak begitu terik. Hawa dingin rasanya membuat saya malas untuk beraktifitas. Sayup-sayup terdengar suara perempuan dari luar rumah memanggil.

 “Tanteeee, sibuk gak te”? Teriak seorang perempuan yang ternyata adalah sahabat lamaku. Sambil mematikan laptop, saya bergegas berlari ke luar. Saya lihat ia menggendong anak bayinya yang membuatku makin semangat untuk segera menghampirinya.

Ia mencariku untuk sekedar menyapa dan mengobrol bersama karena kita sudah lama tidak berjumpa. Meskipun rumah kami berdekatan, namun kami jarang sekali bisa bersantai dan menghabiskan waktu bersama seperti saat kita masih muda dulu. Kesibukan masing-masing lah yang tentunya membuat kami seperti ini.

Obrolan Seputar Kehidupan

Waktu yang ada kami gunakan untuk saling menanyakan kabar satu sama lain. Saya ikut bahagia ketika melihat sahabatku bahagia menjalani rumah tangga bersama keluarga kecilnya.

Rasanya sangat sempurna melihat kehidupannya saat ini. Bejodoh dengan laki-laki dewasa, sudah punya rumah dan mendapatkan bonus segera dikarunia momongan seorang bayi perempuan yang lucu.

Baca Juga:

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

Hidup yang sempurna menurut pandangan orang pada umumnya. Selalu saja saya mendengar ucapan orang-orang merepresentasikan perasaan mereka terhadap kehidupan yang sahabatku jalani. “wis enak, koyo tuan putri, omah kari manggoni” (sudah enak seperti tuan putri, punya rumah yang tinggal nempati).

Ya, begitulah kalimat-kalimat yang orang-orang seringkali lontarkan untuk sahabatku, meskipun terkadang ia sendiri tak mendengarnya secara langsung.

Menjadi Tuan Putri yang Harus Beradaptasi di Rumah Sendiri

Obrolan kami semakin dalam saat kami melihat anak bayi yang ia gendong sudah tertidur pulas. Ia memulai cerita tentang bagaimana ia harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Bagaimana memahami karakter anggota keluarga baru seperti mertua, adik ipar dan bahkan tetangga sekitar rumah.

Perbedaan culture keluarga juga seringkali membuatnya kikuk dan tak tau harus bagaimana. Basis perempuan karir dan mertua yang merupakan ibu rumah tangga atau sebaliknya tentu saja membentuk pola pikir yang berbeda. Baik dalam mengatur jadwal aktifitas harian sampai pada bagaimana bersikap terhadap suatu hal.

Hal-hal semacam ini memang kerap kali terjadi dan pasti akan terjadi. Bagaimana mempertemukan culture keluarga dan pola pikir yang berbeda pada akhirnya akan menjadi tantangan tersendiri bagi si tuan putri untuk beradaptasi bahkan di rumahnya sendiri.

Melihat apa yang terjadi, boleh lah jika Penulis berargumen, bahwa problem dan hambatan dalam masa adaptasi memiliki level keberhasilan yang tinggi untuk bisa terlewati, khususnya jika pasangan sudah memiliki finansial yang mapan saat menikah. Persiapkan aspek finansial kita secara matang, seperti dengan melakukan financial check up atau frugal living untuk berinvestasi jangka panjang!.

Bagi perempuan, tinggal di rumah suami sendiri lebih meminimalisir resiko konflik yang timbul saat beradaptasi dengan culture keluarga baru dari pada  mereka yang harus tinggal satu atap dengan mertua. Bisa kita bayangkan jika finansial saja belum mapan, maka akan lebih banyak problem yang perlu terselesaikan, misal dengan bertambahnya problem pada aspek emosional.

Bagaimana agar Si Tuan Putri Bisa Beradaptasi?

Semua memang tidak melulu soal finansial, namun setidaknya jika satu aspek sudah terselesaikan, kita akan mudah untuk fokus dalam menyelesaikan aspek yang lain. Terlebih kehidupan berumahtangga mengharuskan setiap pasangan untuk bertanggungjawab terhadap keluarga, khususnya bagi keberlangsungan hidup seorang anak yang tentu butuh biaya hidup dan pendidikan.

Nilai tambah juga bagi perempuan yang sudah memiliki banyak bekal kehidupan seperti memiliki manajemen emosional dan pendewasaan diri yang baik. Namun bagi perempuan yang ketika menikah belum memiliki kesiapan mental yang matang, hal semacam ini tentu menjadi beban dan tantangan yang berat.

Bahkan Penulis pernah menjumpai, seorang perempuan yang saya anggap sudah cukup dewasa dalam menyikapi konflik-konflik kecil dalam beradaptasi, pada akhirnya juga menemui titik lelah dalam masa adaptasinya.

Problem kecil yang kerap kali terjadi memang tidak bisa terprediksi, apalagi jika sudah meluas cakupanya. Bisa saja mertua mulai memahami, akan tetapi belum tentu ipar dan saudara yang lain memiliki pikiran yang sama.

Namun hal-hal semacam ini harusnya tidak lantas membuat kita menyerah. Sejatinya kehidupan memang menjadi sebuah pembelajaran pendewasaan dan keimanan. Terkadang keluarga kita diberikan kedamaian tapi bisa saja pada tempat dan dimensi yang lain kita bertemu dengan berbagai problem. Hidup sejatinya menuntut kita menjadi.

Guna meminimalisir kegagalan dan konflik-konflik yang terjadi, tentu kerjasama antara suami istri menjadi sebuah keharusan. Kerjasama tersebut bisa dengan adanya kesalingan, saling memahami, menghargai dan men-support satu sama lain. []

Tags: BudayakeluargaperempuanRelasirumah tanggaTradisiTuan Putri
Indah Fatmawati

Indah Fatmawati

Sebagai pembelajar, tertarik dengan isu-isu gender dan Hukum Keluarga Islam

Terkait Posts

Narasi Hajar

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

6 Juni 2025
Berkurban

Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

6 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

5 Juni 2025
Kesehatan Akal

Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

4 Juni 2025
Tubuh yang Terlupakan

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Kurban

Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

2 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berkurban

    Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Raya dalam Puisi Ulama Sufi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Istilah “Kurban Perasaan” Pada Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha
  • Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang
  • Makna Wuquf di Arafah
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID