• Login
  • Register
Minggu, 5 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Perjuangan Cut Nyak Meutia

Mubadalah Mubadalah
29/07/2022
in Figur
0
Perjuangan Cut Nyak Meutia

Perjuangan Cut Nyak Meutia

67
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pirak merupakan salah satu daerah uleebalang di Aceh yang pada tahun 1870-an berada di bawah kepemimpinan seorang Ben yang bernama Teuku Ben Daud. Dia memperistri seorang anak uleebalang Ben Seuleumak yang bernama Cut Jah. Dari perkawinannya ini lahir di antaranya seorang anak perempuan bernama Meutia. Apa saja perjuangan Cut Nyak Meutia?

Sebagaimana lazimnya bagi setiap anak perempuan di Aceh, sebelum menanjak remaja, Cut Nyak Meutia dididik dengan pelajaran-pelajaran agama Islam di tempat-tempat pengajian. Selain itu, pendidikan juga diajarkan melalui seorang ulama yang didatangkan ke rumahnya. Oleh karena pendidikan agama yang diterimanya sejak kecil, ia merasakan dengan sungguh-sungguh kebesaran agama Islam yang dianutnya.

Menurut Meutia, untuk kepentingan agama  manusia di dunia haruslah mengorbankan segala-galanya, baik harta benda, pangkat, bahkan nyawa sekalipun. Demikian keyakinan yang tertanam di dalam dada Cut Nyak Meutia. Dia diperistri oleh Teuku Syamsarif pada 1890. Namun demikian ada pertentangan batin antara dirinya yang ingin berjuang mengusir orang kafir Belanda dengan suaminya yang bersedia bekerjasama dengan Belanda. Perbedaan prinsip ini membawa perceraian bagi keduanya. Kemudian Cut Nyak Meutia menikah dengan Teuku Cut Muhammad (lebih dikenal dengan sebutan Teuku Chiek Tunong, seorang uleebalang Keureutoe di bagian Tunong) dan mereka bersama-sama dalam berperang melawan Belanda.

Dalam perang menghadapi pasifikasi Belanda, Teuku Ben daud dibantu oleh anak-anaknya beserta para pengikutnya. Setelah daerah mereka dirampas musuh, mereka memindahkan pusat pemerintahan yang sekaligus menjadi pusat pertahanan, ke hulu Krueng Jambo Aye. Daerah ini sejak 1905 kemudian dijadikan pusat pasukan Cut Nyak Meutia yang terus melakukan perang gerilya meskipun Sultan Muhammad Daud dan Panglima Polim telah turun pada 1903.

Cut Nyak Meutia bersama suaminya bergerilya dari gunung ke gunung berjuang di jalan Allah untuk membantu kaum muslim dalam melawan kaum kafir. Cut Nyak Meutia tidak hanya bertindak sebagai seorang istri saja, tetapi ia sangat aktif mengatur taktik dan strategi pasukan muslimin dalam penyerangan terhadap musuh serta merampas persenjataan untuk memperkuat gerilyawan muslimin. Dalam setiap pertempuran yang terjadi di kawasan mereka, Cut Nyak Meutia selalu tampil sebagai panglima, berjuang di samping suaminya, bertempur, dan memimpin pertempuran. Pasukan Cut Nyak Meutia banyak berhasil menumpas patroli-patroli Belanda.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Laksamana Malahayati : Ketika Cita-Cita Anak Perempuan Mendapat Dukungan
  • Rahmah El Yunusiyyah dan Kemajuan Perempuan pada Zamannya
  • Refleksi Gender dalam Peringatan Hari Sejarah Nasional 14 Desember
  • Hari Guru: Mengenang Dewi Sartika pendiri “Sakola Keutamaan Istri”

Baca Juga:

Laksamana Malahayati : Ketika Cita-Cita Anak Perempuan Mendapat Dukungan

Rahmah El Yunusiyyah dan Kemajuan Perempuan pada Zamannya

Refleksi Gender dalam Peringatan Hari Sejarah Nasional 14 Desember

Hari Guru: Mengenang Dewi Sartika pendiri “Sakola Keutamaan Istri”

Dalam perkembangannya, masa suram perjuangan Cut Nyak Meutia terjadi ketika suaminya dihukum tembak oleh Belanda. Namun Cut Meutia tidak berhenti berjuang. Setelah menjanda, kemudian ia diperistri oleh Pang Nanggro (mantan panglima pasukan Teuku Chiek Tunong). Hal ini berlangsung demi perjuangan yang tidak terhenti, sesuai dengan wasiat dari Teuku Chiek Tunong sebelum dihukum mati. Perjuangan melawan Belanda pun diteruskan secara bergerilya bersama Pang Nanggro. Belanda dengan gencar dan bersusah payah melakukan perlawanan terhadap pasukan Pang Nanggro dan Cut Nyak Meutia.

Dalam sebuah pertempuran pada akhir September 1910, Pang Nanggro akhirnya gugur, tetapi Cut Meutia bersama anaknya dapat meloloskan diri dan meneruskan perjuangan. Pasukan Cut Nyak Meutia kemudia bergerilya. Pasukan Belanda terus melakukan pengejaran. Ketika berada di daerah Lhok Reuhat, pasukan Belanda berhasil mengepungnya. Dalam pertempuran itu Cut Nyak Meutia dengan gagah berani dan tanpa rasa sakit bertempur dan memberi komando untuk menyerbu dengan menggunakan pedang, rencong, dan senjata lain. Akhirnya, tiga butir peluru mengenai badannya. Ia roboh ke bumi dan syahid sebagai pahlawan pejuang Islam yang gagah berani.

Penulis: Prof. Dr. Hj. Sri Suhandjati Sukri, at al.
Sumber: Ensiklopedi Islam & Perempuan (Penerbit NUANSA, 2009)

Tags: Cut Nya MutiaPahlawan AcehPahlawan PerempuanUang seribu
Mubadalah

Mubadalah

Portal Informasi Popular tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang mengarah pada kebahagiaan dan kesalingan dalam perspektif Islam.

Terkait Posts

Nizar Qabbani

Nizar Qabbani Sastrawan Arab yang Mengenalkan Feminisme Lewat Puisi

5 Februari 2023
Mufassir Perempuan

Mufassir Perempuan dalam Khazanah Keilmuan

26 Januari 2023
Laksamana Malahayati

Laksamana Malahayati : Ketika Cita-Cita Anak Perempuan Mendapat Dukungan

24 Januari 2023
Mengenal Sosok S,K. Trimurti

Mengenal Sosok S.K. Trimurti: Perempuan Berpena Tajam

13 Januari 2023
Pemikiran Qasim Amin

Pemikiran Qasim Amin dan Gagasan Tahrir Al-Mar’ah Untuk Pendidikan Kesetaraan Gender

11 Januari 2023
Lubna al-Qurtubi

Lubna al-Qurtubi : Budak Perempuan Pejuang Literasi

10 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Industri Halal

    Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 5 Cara Mendidik Anak Ala Nabi Muhammad
  • Nizar Qabbani Sastrawan Arab yang Mengenalkan Feminisme Lewat Puisi
  • Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

Komentar Terbaru

  • Indonesia Meloloskan Resolusi PBB tentang Perlindungan Pekerja Migran Perempuan - Mubadalah pada Dinamika RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, yang Tak Kunjung Disahkan
  • Lemahnya Gender Mainstreaming dalam Ekstremisme Kekerasan - Mubadalah pada Lebih Dekat Mengenal Ruby Kholifah
  • Jihad Santri di Era Revolusi Industri 4.0 - Mubadalah pada Kepedulian KH. Hasyim Asy’ari terhadap Pendidikan Perempuan
  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist