• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Perjuangan Pahlawan Saat Ini adalah Memerangi Kemiskinan dan Kebodohan

Saat ini, kemiskinan dan kebodohan adalah penjajahan terhadap jiwa raga manusia yang harus diperangi

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
11/11/2023
in Publik
0
Perjuangan Pahlawan

Perjuangan Pahlawan

846
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bergembiralah, karena setiap tanggal 10 November 2023 kita semua sebagai bagian dari Tanah Air Indonesia bersama-sama merayakan Hari Pahlawan Nasional. Secara resmi dan formal, Kementerian Sosial mengeluarkan surat edaran untuk tata cara upacara peringatan Hari Pahlawan di seluruh institusi pemerintahan.

Tidak hanya upacara, sebagian rakyat juga melakukan pengibaran bendera merah putih setengah tiang sebagai wujud empati terhadap duka yang mengiringi  lahirnya Hari Pahlawan. Selain itu, beberapa tokoh agama, tokoh masyarakat, aparat negara, dan komunitas maupun warga sipil juga melakukan refleksi bersama di taman pahlawan terdekat. Tidak lupa, di tengah-tengah sarasehan mereka semua menyempatkan untuk menabur bunga di atas makam-makam pahlawan.

Hari Pahlawan akan terus dikenang sebagai upaya untuk mengingat cita-cita mulia para pahlawan bahwa kemerdekaan adalah tujuan bersama. Sesuai dengan pernyataan heroik dari Teuku Nyak Arif bahwa Indonesia merdeka harus menjadi tujuan hidup kita bersama. Maka, sangat tidak berlebihan, jika langkah kita menyelaraskan cita-cita Bangsa Indonesia.

Sejarah Singkat Hari Pahlawan

Tabiat sejarah adalah menyesuaikan kepentingan dan pemahaman para naratornya. Begitupun sejaran Hari Pahlawan yang ramai di media mainstream sebatas pada pertempuran pasukan Inggris dengan rakyat Surabaya. Pertempuran tersebut memuncak setelah terbunuhnya Brigadir Mallaby dalam baku tembak dengan rakyat Surabaya.

Akibat pertempuran itu, sebanyak 20.000 rakyat Surabaya menjadi korban. Selain itu, kurang lebih 150.000 rakyat Surabaya harus mengungsi dan keluar dari Surabaya. Kelamnya peristiwa tersebut yang kemudian muncul peringatan 10 November sebagai Hari Pahlawan untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur dalam medan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga:

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

Marsinah, RUU PPRT, dan Janji Prabowo

Sejarah Kartini (1879-1904) dan Pergolakan Feminis Dunia Saat Itu

Mengenal Ratu Kalinyamat, Pahlawan dan Pemimpin Perempuan dari Jepara

Namun, yang perlu kita ketahui juga adalah kayu bakar semangat para pejuang yang dengan berani menyeru perang. Mengingat, alat tempur mereka sangat sederhana yaitu hanya bambu runcing.  Saat itu, beberapa hari sebelum meletusnya pertempuran di Surabaya. Terlihat Bung Karno berkunjung ke kediaman KH. Hasyim Asy’ari (Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur) untuk meminta wejangan sekaligus bantuan tentara dari kaum santri. Mengingat, jumlah santri saat itu sangat banyak karena pondok pesantren menjadi basis dalam pendidikan masa itu.

Perintah perang langsung terucap dari KH. Hasyim Asy’ari selaku pendiri NU. Pernyataan tersebut kelak yang akan melahirkan peringatan Hari Santri setiap tanggal 22 Oktober. Aksi licik para pasukan Sekutu sangat tidak manusiawi karena memiliki motif untuk menjajah Indonesia lagi. Artinya, mereka tidak menghargai proklamasi kemerdekaan Indonesia yang sudah berlangsung pada tanggal 17 Agustus 1945.

Tanpa keraguan apalagi gentar, Bung Tomo berseru kalimat takbir Allahu Akbar di depan para pemuda. Seketika, semangat juang langsung mengalir di setiap aliran darah mereka. Subhanallah, begitu besar manfaat kalimat mulia tersebut sesuai dengan maknanya yaitu Allah Maha Besar. Sesungguhnya, kekuatan para Sekutu tidak ada maknanya di hadapan Allah.

Mengapa Harus Memerangi Kemiskinan dan Kebodohan?

Hari Pahlawan Nasional tahun 2023 memiliki tema yang berbunyi “Semangat pahlawan untuk masa depan bangsa dalam memerangi kemiskinan dan kebodohan”. Artinya, warisan semangat para pahlawan dulu harus terus mengalir hingga saat ini. Meskipun medan perjuangannya berbeda, namun tujuannya sama yaitu mempertahankan kemerdekaan Indonesia secara utuh.

Dewasa ini, kemiskinan dan kebodohan adalah penjajahan terhadap jiwa raga manusia yang harus diperangi. Berdasarkan situs resmi Badan Pusat Statistik, jumlah kemiskinan di Indonesia per bulan maret 2023 mencapai 25,90 juta orang atau setara dengan prosentase 9,36 persen.

Selain itu, situs resmi worldtop20.org menuliskan adanya urutan 20 pendidikan terbaik di dunia. Namun, Indonesia tidak termasuk di dalamnya. Bahkan Indonesia menempati peringkat 67 dari 203 negara di dunia. Rendahnya pendidikan di Indonesia beririsan langsung dengan tingkat literasi rakyat Indonesia. Data dari UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia berada pada peringkat kedua dari bawah untuk bidang literasi. Tingginya indeks kemiskinan dan kebodohan akan mengganggu stabilitas dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Bahkan, ini menjadi sebab kurang baiknya pandangan dunia luar terhadap Indonesia.

Semua Orang Bisa Menjadi Pahlawan!

Tidak harus berdarah-darah untuk menunjukkan sisi pahlawan kita, karena masanya sudah berbeda. Setiap orang memiliki potensi untuk menjadi seorang pahlawan. Mengingat dalam KBBI, pahlawan memiliki arti sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Penekannya terletak pada keberanian untuk membela sekaligus memperjuangkan kebenaran. Maka, tidak harus menjadi Ironman, pendekar, atau bahkan jawara untuk menjadi pahlawan.

Segala sesuatu yang berpijak pada unsur kebenaran, maka kesengsaraan sebagai akibat dari kemiskinan dan kebodohan dapat berkurang sedikit demi sedikit. Sudah bukan rahasia lagi, tingginya angka korupsi di Indonesia menjadi penyumbang yang cukup besar dalam kondisi kemiskinan di negeri tercinta ini. Bagaimana tidak? Anggaran yang berasal dari rakyat yang seharusnya teralokasi ke rakyat justru mengalir santer ke dalam dompet para pejabat terkait. Maka sisanya adalah kemiskinan yang mengakar di tubuh negara, yaitu rakyat.

Justru, pelaku korupsi berasal dari orang-orang yang pintar nan cerdas secara akademik. Bahkan, sebagian dari mereka adalah lulusan terbaik universitas ternama di dalam maupun luar negeri. Miris sekali bukan? Ini semua karena mereka melupakan nilai-nilai kebenaran. Alhasil keburukan yang akan menghiasi langkahnya sekaligus membingkai ilmunya. Jika tidak ada upaya yang sungguh-sungguh untuk memberantas penyakit kronis (korupsi) tersebut, maka indeks kemiskinan negara kita akan tetap tinggi.

Kebodohan itu sangat merugikan diri sendiri sekaligus orang-orang di sekitarnya. Siapapun yang sengaja memelihara kerugian, maka hal tersebut termasuk bentuk penjajahan. Membatasi bahkan menghilangkan hak orang lain yang akan mengakibatkan kebodohan juga termasuk penjajahan. Maka, sangat tepat jika tema Hari Pahlawan tahun ini adalah bermuara pada memerangi kemiskinan dan kebodohan sebagai penyakit yang menjajah sekaligus mengikis kemerdekaan Bangsa Indonesia. []

Tags: Hari Pahlawanpahlawan nasionalPerang KemerdekaanPerjuangan PahlawanResolusi Jihad
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pemukulan

    Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version