• Login
  • Register
Sabtu, 2 Juli 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Perselingkuhan; Soal Memahami Makna Cinta dan Gagal Tumbuh Kepribadian

Ada banyak orang yang tetap setia pada pasangan bahkan dalam situasi yang dalam berbagai segi kehidupan sangat sulit. Namun ada orang yang hidupnya serba bahagia termasuk mendapatkan kebahagiaan dari pasangan, tetapi tetap selingkuh. Artinya soal kesetiaan pada komitmen terkait kekuatan pengendalian diri

Listia Listia
31/01/2022
in Keluarga
0
Diri Sendiri

Diri Sendiri

255
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Besarnya perhatian pada film ‘layang-layang putus’ ini tampaknya seperti memotret suasana kebatinan masyarakat banyak yang ‘menikmati’ drama kehidupan yang disebut perselingkuhan.  Mengapa saya sebut ‘menikmati’, karena banyak yang hanyut dalam kisah itu, yaitu mengikuti jalan cerita tanpa muncul sikap kritis; Mengapa orang melakukan itu? Mengapa melakukan dengan sembunyi-sembunyi atau takut ketahuan pasangan resmi dan orang lain? Mengapa ketika jatuh cinta lagi tidak berterus terang dan berganti pasangan secara terbuka? Mengapa pelaku merasa harus memiliki kedua-duanya dan kehilangan empati pada pasangan lama?

Istilah perselingkuhan hanya dipakai dalam suatu hubungan dengan adanya komitmen setia dengan pasangan atau setia dengan tujuan yang disepakati, bila bukan menyangkut person. Ungkapan ini terasa seperti sebutan korupsi untuk perbuatan mencuri berbagai hal yang tidak hanya barang, sejenis eufimisme. Perselingkuhan istilah lainya adalah pengkhianatan.

Mungkin saja perasaan cinta adalah sesuatu yang tak terduga atau bukan sesuatu yang dapat direkayasa datangnya, tapi benarkah tidak dapat dikendalikan sehingga membuat seseorang berperilaku sebagai penghianat? Dalam masyarakat Jawa ada istilah ‘tresna jalaran saka kulina’ (tumbuh cinta karena kebiasaan bersama).

Ada banyak orang yang tetap setia pada pasangan bahkan dalam situasi yang dalam berbagai segi kehidupan sangat sulit. Namun ada orang yang hidupnya serba bahagia termasuk mendapatkan kebahagiaan dari pasangan, tetapi tetap selingkuh. Artinya soal kesetiaan pada komitmen terkait kekuatan pengendalian diri.

Mengapa ada orang yang berkepentingan dengan pengendalian diri sehingga memilih setia tapi ada juga orang  karena rasa cinta membuatnya tidak berdaya, sehingga disebut mabuk cinta? Namun cinta tidak selalu membuat semua orang mabuk.

Baca Juga:

Ingin Nikah Muda? Jangan Gegabah Sebelum Memenuhi Syarat Berikut Ini!

Pentingnya Memberikan Dasar Pendidikan Islam bagi Anak-anak

Anjuran Hadits; Pasangan Suami Istri Harus Saling Berbuat Baik

6 Cara Penangan saat Menjadi Korban KDRT

Apa yang membuat (ada juga) orang yang jatuh cinta pada selain pasangan, tapi tidak kehilangan rasionalitas dan mampu mengendalikannya sehingga tidak ada pengkhianatan yang merusak hubungan dengan pasangan? Apakah ini terkait pemahaman mereka tentang cinta itu bagaimana?

Ada contoh orang yang ketika tidak dapat menghentikan cinta pada orang lain, menyadari bahwa hubungan itu akan menyakiti pasangannya. Memilih putus pun menyakitkan,  tapi ia tahu, berkhianat akan lebih menyakitkan (dan toh tidak akan mengambalikan rasa percaya pasangannya), maka ia berterus terang bahwa ia telah jatuh cinta pada orang lain, kemudian berpisah secara baik-baik. Kejujuran di sini dijunjung  sebagai nilai yang penting karena dapat memulihkan perasaan terluka dari mantan.

Contoh kedua, orang yang sudah memiliki pasangan dan jatuh cinta pada orang lain, tapi kemudian meminta bantuan pasangannya, sahabat atau konsultan keluarga untuk menetralisir perasaannya agar tidak merusak hubungan dengan pasangan, dan rumah tangganya tidak hancur. Dan seiring waktu situasi cinta pada orang lain tidak terlalu mengganggu kehidupannya.

Dua kisah ini mengisyaratkan pemahaman tentang cinta yang berbeda, namun sama-sama tampak adanya kepedulian pada pasangan dengan menjunjung nilai kejujuran. Bedanya contoh yang pertama perasaan dan kepentingan pribadinya sangat diunggulkan, sementara pada contoh kedua nilai-nilai keluarga sangat dipentingkan dari pada perasaan dan kepentingan pribadinya.

Namun yang lebih banyak terjadi, istilah perselingkuhan mengacu pada perilaku hubungan sembunyi-sembunyi, pelaku  ingin tetap memiliki pasangan resminya, selingkuhannya, sekaligus keluarganya (bila menikah). Ia memilih tidak jujur  dan menggunakan berbagai narasi untuk membela kepentingannya.

Apa yang dapat kita baca dari contoh-contoh ini? Ada orang yang menjalin komitmen dengan merdeka, penuh kesadaran dan tanggung jawab, dan ada orang yang menjalin komitmen bukan dengan merdeka, dan penuh kesadaran sehingga tidak disertai tanggung jawab. Orang yang sadar, dan bertanggung jawab tentu memilih pengendalian diri, minimal tidak melanggar nilai-nilai kejujuran sehingga tetap ada dorongan untuk menghargai pasangan, dan lingkungannya, meski terpaksa menyakiti dengan perpisahan.

Sementara dalam contoh ketiga, di pengkhianatan itu satu sisi juga terbaca sebagai hasrat berkuasa yang menimbulkan pengabaian pada nilai kejujuran, dan menghargai pasangan demi kepemilikan, namun kerakusan untuk memiliki itu juga bukti kelemahan tidak mampu mengendalikan diri, dan bertangggung jawab.

Pada contoh pertama dan kedua, cinta tampak bermakna sebagai spiritualitas untuk pertumbuhan hidup individu, dan pada contoh kedua plus kemaslahatan bersama dalam keluarga, sementara pada contoh tiga, prasangka tentang cinta yang diliputi ketidakjujuran kurang lebih adalah sejenis daya dari obsesi memiliki, dan menikmati.

Saya teringat judul buku Eric Fromm tentang being or having yang saya tafsirkan dalam pertumbuhan kedewasaan individu dalam hal ini, dimana makin dewasa kepribadian seseorang, egonya bertransformasi dalam realisasi nilai-nilai yang memekarkan, memperindah dan mendamaikan kehidupan, sementara kepribadian yang belum tumbuh dewasa selalu membutuhkan penopang sehingga selalu larut, dan hanyut pada obsesi  memiliki dan menikmati berbagai romantisme yang diciptakan oleh ego yang berkepentingan.  Apakah demikan? []

Tags: Cintaistrikeluargaperkawinansuami
Listia

Listia

Pegiat pendidikan di Perkumpulan Pendidikan Interreligus (Pappirus)

Terkait Posts

Nikah Muda

Ingin Nikah Muda? Jangan Gegabah Sebelum Memenuhi Syarat Berikut Ini!

28 Juni 2022
Pendidikan Islam

Pentingnya Memberikan Dasar Pendidikan Islam bagi Anak-anak

25 Juni 2022
emosi anak

Mengenal 6 Ciri Khas Emosi Anak

25 Juni 2022
Saling berbuat baik

Anjuran Hadits; Pasangan Suami Istri Harus Saling Berbuat Baik

25 Juni 2022
kekerasan fisik pada anak

Memahami 4 Macam Kekerasan Fisik pada Anak Akibat Kelalaian Orang Tua

24 Juni 2022
Perempuan Bekerja

Laki-laki Penganguran Bukan Salah Perempuan Bekerja

24 Juni 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Era Digital 4.0

    Teknologi dan Tantangan Manusia Memasuki Era Digital 4.0

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergolakan Hidup Perempuan dan Obrolan Menarik Bersamanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Simbol dan Hikmah Ibadah Haji (Bagian Kedua)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bolehkan Menggabungkan Niat Puasa Dzulhijjah dengan Bayar Hutang Puasa Ramadhan ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fikih Haji Perempuan: Sebuah Pengalaman Pribadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Catat, Ini Keutamaan Shalat Sunah pada Malam Hari di Bulan Dzulhijjah
  • Ini 10 Keutamaan Bulan Dzulhijjah
  • Bagaimana Menyikapi Perbuatan Baik yang Bertepuk Sebelah Tangan?
  • Puasa Dzulhijjah Tidak Sampai Sembilan Hari, Bolehkah ?
  • UU TPKS Melarang Menikahkan Korban Kekerasan dengan Pelaku

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist