• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Potret Kerukunan Umat Beragama Masyarakat Cigugur

Pikukuh tilu merupakan pedoman hidup masyarakat adat terkait dengan kehidupan yang baik melalui hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan alam

Khotimah Khotimah
08/01/2023
in Pernak-pernik, Rekomendasi
0
Kerukunan Umat Beragama

Kerukunan Umat Beragama

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id- Indonesia merupakan negara yang majemuk, terdiri dari berbagai suku, ras, agama dan adat budaya. Keberagaman merupakan fitrah, yang nilainya harus kita terima. Kerukunan umat beragama juga merupakan suatu tantangan sekaligus anugerah, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Di beberapa daerah sering terjadi perpecahan karena perbedaan, entah perbedaan agama, suku, budaya maupun ras.

Salah satu penyebab terjadinya konflik ialah akibat lemahnya pemahaman dan pemaknaan masyarakat tentang sikap toleransi pada masyarakat plural. Misalnya terdapatnya perbedaan agama dan kepercayaan pada masyarakat menjadi salah satu penyebab terjadinya prasangka.

Rasa prasangka ini sangat sensitif akan mengakibatkan kesalahpahaman antar kelompok. Padahal, keberagaman merupakan inti dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Namun, tidak semua masyarakat Indonesia memiliki sikap intoleran, banyak dari masyarakat Indonesia yang hidup rukun beriringan di tengah beragamnya masyarakat. Salah satu contohnya yakni masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Dalam masyarakat Cigugur terdapat kerukunan antar umat beragama.

Praktik Keagamaan

Dalam praktek kehidupan keagamaan, Cigugur merupakan suatu wilayah dengan jumlah pemeluk agama dan/atau kepercayaan yang beraneka ragam. Sebagian besar penduduk memeluk agama Islam (57,9%), Katolik (38,7%), Kristen (1,4%) dan aliran kepercayaan (1,9%). Ada beberapa warga yang memeluk agama Buddha dan Hindu walaupun sedikit.

Baca Juga:

Transformasi Al-Qur’an dalam Kehidupan Umat Manusia

Larangan Jalsah Salanah Jemaat Ahmadiyah, di Manakah Negara?

Nabi Muhammad Saw Selalu Memanjatkan Doa untuk Seluruh Umat Manusia

“Pembubaran Jalsah Salanah JAI Manis Lor”: Bagaimana Sikap Toleran yang Sesungguhnya?

Namun demikian, keberagaman yang ada pada masyarakatnya, kehidupan yang rukun dan damai tercipta oleh adanya karakter toleransi beragama yang sudah mendarah daging dalam jiwa setiap masyarakatnya. Perbedaan agama yang dimiliki warganya tidaklah menjadikan mereka hidup dalam ketegangan yang mampu menimbulkan sebuah konflik seperti konflik-konflik yang seringkali terjadi dewasa ini yang dilatarbelakangi oleh perbedaan agama.

Dari hal tersebut ada nilai-nilai tersembunyi yang jarang kita pahami sebagai anggota masyarakat yang beragam, berikut adalah pesan-pesan keberagaman yang bisa kita ambil dari masyarakat Cigugur:

Satu Keluarga, Namun Berbeda Agama

Sebagaimana yang telah saya uraikan di atas, bahwa masyarakat Cigugur hidup rukun tanpa perpecahan meskipun banyak sekali perbedaan. Kilas balik 5 tahun lalu saya pernah berkunjung di daerah Cigugur Kuningan, bahkan sempat menginap di rumah salah satu warga Cigugur. Kebetulan saya sedang melaksanakan kegiatan, saya bersama 3 kawan lainnya menginap di salah satu rumah yang sederhana namun menyejukkan.

Di dalam rumah itu terdapat foto yang terpampang di dinding ruang tamu, sekilas memang layaknya seperti foto keluarga biasanya. Namun uniknya, di dalam foto tersebut ada seorang lelaki yang mungkin suami dari perempuan pemilik rumah itu, memakai peci layaknya gambaran laki-laki muslim pada biasanya. Akan tetapi mata saya menerawang di sisi dinding lainnya, terdapat patung salib. Awalnya memang saya bersama kawan saya agak tercengang dan bertanya-tanya apa bisa satu keluarga berbeda agama?

Pagi harinya kami berkunjung ke rumah kawan lainnya yang menginap, tepat diseberang. Sembari makan siang kami sembari bercengkerama hangat, dan ketika kami bertanya soal bagaimana konsep beragama dalam keluarga di sini, ia menjawab “Kami membebaskan anak-anak kami untuk memilih agamanya sendiri, jadi sangat memungkinkan apabila dalam satu keluarga, namun agama kami berbeda,” Ucapnya.

Selepas ini kita benar-benar memahami bagaimana konsep saling menghargai, menerima, dan memberikan kemerdekaan yang penuh bagi setiap orang. Salah satunya kehendak memilih keyakinan mereka. Kebetulan acara yang waktu mereka usung memang bertema keberagaman. Pesertanya beragam, dari mulai penganut agam Khatolik, Kristen, Islam, Hindu, Budha bahkan kelompok penghayat seperti Sunda Wiwitan.

Nilai-Nilai Adat Pikukuh Tilu

Dalam masyarakat Cigugur tidak hanya diisi oleh beragam keyakinan beragama yang sudah Negara akui. Melainkan ada pula kelompok penghayat sebut saja Sunda Wiwitan. Salah satu kunci kerukunan umat beragama mereka perkuat dengan keyakinan nilai-nilai adat yakni Pikukuh Tilu.

Pikukuh tilu merupakan pedoman hidup masyarakat adat terkait dengan kehidupan yang baik melalui hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan alam. Adat Pikukuh Tilu adalah pedoman masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur yang mengajarkan mengenai filosofi kehidupan manusia yang penuh dengan harmoni dan keselarasan.

Pikukuh Tilu sama dengan pedoman hidup orang islam yakni Hablum minallah, Hablum Minanaas, dan Hablum minal alam. Pada keyakinan hidup masyarakat Cigugur, menjaga kebebasan individu dalam beragama untuk menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat, merupakan implementasi dari nilai menjalin hubungan baik sesama manusia.

Perihal penghormatan terhadap Tuhan, masing-masing rumah memasang simbolisasi agama di rumah meskipun berbeda. Selain itu di daerah tersebut terdapat tempat ibadah Gereja dan Masjid yang berdampingan. Dalam keyakinan masyarakat sunda wiwitan alam adalah penyeimbang dan penyelamat hidup kita. Penghormatan kita terhadap alam adalah suatu kewajiban. Karena jika alam rusak, maka kehidupan manusia akan tidak menentu.

Gotong Royong Masyarakat yang Masih Terjaga

Dalam adat tatar Sunda ada ciri atau penanda makam saja. Uniknya di daerah tersebut proses pembangunan makam hingga pemindahan batu penanda itu yang butuh waktu lama. Sehingga dalam prosesnya banyak melibatkan warga sekitar untuk gotong royong dalam pembangunan tersebut. Bangunan bakal makam tersebut berada di kawasan Curug Go’ong Desa Cisantana Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat.

Menurut Darman, penanggung jawab pembangunan bakal makam tokoh adat Sunda Wiwitan Cigugur mengatakan bahwa bangunan itu mereka siapkan untuk tokoh adat sepuh Sunda Wiwitan Cigugur. Yakni  Pangeran Djatikusumah dan istri Ratu Emalia Wigarningsih.

Semangat gotong royong dan keberagaman sangat lekat dan sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Bahkan Darman mengatakan bahwa untuk mengangkut batu penanda membutuhkan waktu sekitar tiga bulan.

Potret kehidupan masyarakat yang sangat harmonis dan menjunjung tinggi pluralisme, serta kerukunan umat beragama inilah yang ditampilkan di Cigugur. Selain mengakui keberadaan hak yang sama pada agama lain, masyarakat Cigugur juga berupaya untuk memahami setiap perbedaan dan persamaan yang masing-masing penganut agama miliki. Hal ini terbukti dari adanya interaksi positif dalam lingkungan masyarakat di sekitar mereka. []

 

Tags: BeragamaCigugurKerukunanKuninganumat
Khotimah

Khotimah

Khotimah. Saat ini, ia tengah menjalani studi pasca sarjananya di Universitas Pendidikan Indonesia. Selain bercita-cita sebagai pendidik, ia juga ingin menjadi seorang penulis.

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version