• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Psychological First Aid Dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual

Psychological First Aid merupakan upaya untuk mengusahakan keselamatan dan menstabilkan kondisi psikologi seseorang dan menghubungkan dengan layanan bantuan

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
21/10/2022
in Personal
0
Penanganan Kasus Kekerasan Seksual

Penanganan Kasus Kekerasan Seksual

462
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Fenomena gunung es, sebutan yang sangat tepat untuk menggambarkan penanganan kasus kekerasan seksual dalam kehidupan ini. Mengapa demikian? Karena hanya beberapa kasus  saja yang nampak dalam permukaan. Selebihnya karam di dasar laut, terhalang dari pandangan dan perhatian masyarakat.

Tentunya, hal tersebut bukan hal yang kemudian bisa kita lumrahkan, namun harus kita garis bawahi bersama, betapa buruknya pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual baik secara personal maupun kolektif di lingkungan kita.

Seringkali kita dengan mudah menghakimi para korban dengan pertanyaan, ‘Mengapa tidak lapor saja kepada pihak yang berwenang?” Hei … tidak semudah itu! Untuk menceritakan apa yang terjadi dan yang korban rasakan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada beberapa faktor kompleks yang menjadikan korban lebih memilih bungkam daripada menyuarakan keadilan.

Dukungan dan rasa aman adalah hal yang sangat korban perlukan atas kekerasan yang menimpanya. Tapi seringkali hal tersebut terabaikan oleh beberapa pihak yang pada awalnya mengaku sebagai hero si penolong. Penanganan kasus kekerasan seksual berperspektif korban yang perlu kita terapkan bersama. Bukan berarti kita mengesampingkan hak maupun sanksi pelaku. Di  samping itu, kita perlu tengok bersama bagaimana keadaan korban baik secara fisik maupun psikisnya.

Psychological First Aid

Tidak semua kasus kekerasan seksual bisa langsung kita laporkan ke pihak yang berwenang. Namun, bagaimana kita sebagai elemen masyarakat menjadi pintu utama atau akses awal bagi si korban dalam penanganan kasus kekerasan seksual yang ia alami. Yaitu bisa kita lakukan melalui penanganan berbentuk Psychological First Aid.

Baca Juga:

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

Difabel dan Kekerasan Seksual: Luka yang Sering Tak Dianggap

Sebelum melangkah terlalu jauh, apakah kalian sudah pernah mendengar istilah Psychological First Aid ? Jika belum, mari kita berkenalan sedikit dengan Psychological First Aid.

Psychological First Aid merupakan upaya untuk mengusahakan keselamatan dan menstabilkan kondisi psikologi seseorang dan menghubungkan dengan layanan bantuan. Pertolongan pertama berbasis psikologi korban sangat perlu kita lakukan. Mungkin secara fisik korban tidak terlalu riskan, namun bagaimana dengan kondisi mentalnya? Guncangan psikis yang tidak kentara bahkan terabaikan, itulah yang perlu kita upayakan bersama untuk menindaklanjuti kebutuhan si korban.

Beberapa kondisi yang harus diciptakan dalam proses Psychological First Aid yaitu dengan memunculkan rasa aman terlebih dahulu. Pada umumnya korban akan merasa tertekan dan terancam oleh beberapa pihak terkait. Sehingga keamanannya perlu kita jamin.

Kemudian menenangkan korban dari segala perasaan negatif yang dimilikinya seperti rasa cemas, khawatir, takut, dan terguncang lainnya. Ketika korban sudah cukup merasa aman dan tenang, kita perlu meningkatkan self efficacy pada dirinya. Bagaimana korban diberdayakan untuk bisa melahirkan potensi positif atas konsep dirinya. Tingkatkan harapan korban untuk segera bangkit dan pulih atas kondisi yang dialaminya.

Dukungan terhadap Korban

Namun perlu kita pastikan, jangan memberi harapan yang berlebihan di luar kemampuan, karena semua akan berakhir seperti janji-janji kampanye yaitu non realisasi. Karena kita adalah orang yang punya keterbatasan. Jadi upayakan untuk mendorong keterhubungan korban dengan pihak-pihak yang kita rasa bisa membantunya sesuai dengan kebutuhan korban.

Penting untuk kita ingat bersama, bagaimana prinsip-prinsip dalam Psychological First Aid. Pertama, look (lihat). Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah melihat kondisi korban. Untuk menangani kasus kekerasan seksual hingga ke ranah pihak yang berwajib, kita memerlukan adanya data atau bukti fisik keadaan korban seperti visum maupun yang lainnya.

Setelah kita mengantongi bukti fisik, kita pegang prinsip yang selanjutnya yaitu listen (mendengar). Posisikan diri kita sebagai pendengar yang baik tanpa ada unsur menghakimi maupun mengintimidasi korban. Listen ini kita gunakan untuk menggali informasi dari korban.

Ingat, kita perlu mencatat, merekam, atau memvideo proses ini agar tidak terjadi pengulangan cerita dari korban yang akan menimbulkan rasa ketidakpercayaan dari korban. Yang terakhir, adalah link (koneksi). Kita perlu menghubungkan korban dengan lembaga yang terkait sesuai dengan kebutuhan korban.

Semua Orang Bisa Melakukannya

Psychological First Aid tidak hanya dilakukan oleh para konselor profesional saja. Melainkan semua orang bisa melakukannya sesuai dengan pemahaman atas prinsip-prinsip yang berlaku. Jadilah orang-orang yang peka terhadap kondisi dan problem sosial yang ada di sekitar kita. Jangan menjadi orang yang acuh dan menutup mata atas penderitaan orang lain.

Pertolongan pertama perlu kita berikan untuk menangani kondisi psikis korban agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih jauh. Berikan dan hubungkan korban dengan akses pelayanan yang ia butuhkan. Bayangkan jika korban adalah orang yang lemah secara kedudukan maupun kekuatan? Apakah kita tega membiarkan mereka merunduk sendiri dalam keterbatasan mereka yang memang secara sistem itu semua adalah konstruk sosial. Semoga ini bisa menjadi bahan untuk kita refleksikan bersama. []

Tags: Kekerasan seksualKesehatan MentalKonselorPendampingan KobanPsiikologi
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

26 Juni 2025
Menemani Laki-laki dari Nol

Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

25 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID