• Login
  • Register
Kamis, 19 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Ramadan dan Lansia

Selama bulan puasa, jam tidur kaum perempuan berkurang. Terlebih jika tidak ada supporter ART atau masih punya balita menyusui

Lies Marcoes Natsir Lies Marcoes Natsir
29/03/2024
in Featured, Personal
0
Lansia

Lansia

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Penduduk lansia pada smseter pertama 2023 menurut Data Susenas  berjumlah 11,75 persen. Naik 1,3 persen dari tahun sebelumnya.

Dari jenis kelamin, jumlah perempuan lansia lebih banyak dibandingkan laki-laki (52,82 :  47,72 persen). Lalu dari segi domisili lansia di perkotaan lebih banyak daripada perdesaan (55,35: 44,65 persen).

Dari sisi umur, 63,59 persen dari lansia masuk ke dalam kelompok lansia muda (60-69 tahun). Jumlah ini menurun bersama naiknya usia menjadi lansia madya (70-79 tahun) berjumlah 27,76 persen, dan 8,65 persen lansia tua (80 tahun ke atas).

Hal yang penting untuk kita cermati adalah bahwa sekitar tiga dari sepuluh rumah tangga menampung lansia sebagai anggota rumah tangga, dan separuh di antaranya (55,32 persen) adalah kepala rumah tangga yang sebagian besarnya (65,25) persen berstatus kawin. Hanya 7,10 persen yang tinggal sendirian seperti saya. (https://www.bps.go.id/id/publication/2023/12/29/5d308763ac29278dd5860fad/statistik-penduduk-lanjut-usia-2023.html hal vii, hal viii)

Bagaimana membaca statistik ini kita lihat dengan dimensi gender di bulan Ramadan?  Jamak kita ketahui bahwa secara de facto beban pekerjaan di bulan Ramadan bertambah terutama untuk pekerjaan tak berbayar di rumah tangga. Meskipun frekuensi memasak berkurang dari tiga kali (Sarapan, Makan Sang, Makan Malam) menjadi dua kali ( Buka puasa dan Sahur). Namun volume pekerjaannya  bisa bertambah.

Baca Juga:

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

Merebut Tafsir: Membaca Kartini dalam Konteks Politik Etis

Persoalan Gender dalam Fikih Kesaksian

Wajah Perempuan Bukan Aurat, Tapi Keadilan yang Tak Disuarakan

Melihat dengan Dimensi Gender

Dimensi gender dalam mengamati situasi rumah tangga di Bulan Puasa penting untuk kita lihat. Sebab meskipun kewajiban ibadah puasa berlaku sama bagi lelaki dan perempuan, namun beban pekerjaan di sepanjang bulan puasa tidak berlaku sama pada mereka. Secara de facto beban pada perempuan bertambah dua atau tiga kali lipat dari hari-hari biasa.

Selama bulan puasa, jam tidur kaum perempuan berkurang. Terlebih jika tidak ada supporter ART atau masih punya balita menyusui. Pada lansia hal serupa juga terjadi. Mereka harus bangun lebih awal untuk menyiapkan sahur, dan tidur lebih akhir karena harus membersihkan perlengkapan dapur setelah berbuka atau setelah sahur.

Di sang hari, sebagaimana terlihat dalam statistik, sebagian mereka adalah pencari nafkah. Itu berarti mereka tak memiliki waktu yang cukup untuk istirahat.  Memasuki minggu ketiga bulan puasa beban mereka bertambah karena harga-harga merayap naik.

Jadi, tidaklah mengherankan jika banyak perempuan mengajukan gugatan cerai setelah Lebaran. Pengadilan Cibinong tahun 2023 mencatat, jumlah perkara talak atau gugat dari yang biasanya hanya 25 perkara perhari di sepanjang bulan Puasa bisa naik menjadi 100 perkara setelah Lebaran.

Secara umum alasan perceraian adalah nafkah yang tak memadai serta percekcokan dalam rumah tangga.

Beban Perempuan

Bulan Puasa, pada perempuan memang sebuah ujian iman yang luar biasa besar.  Sebuah ujian iman yang seharusnya dirasakan oleh laki-laki. Namun konstruksi gender menyebabkan beban itu lebih berat dipikul kaum perempuan karena peran-peran gendernya sebagai perempuan.

Mereka  tentu ingin meningkatkan amalannya dengan memperbanyak ibadah namun dalam waktu yang bersamaan mereka harus menanggung beban lebih banyak dibandingkan hari-hari biasa.

Jadi masih masuk akalkah, jika di dalam ceramah-ceramah Ramadan ada penceramah yang keukeuh menyatakan kelak perempuan adalah penghuni neraka yang paling banyak? []

 

Tags: GenderLansiaMerebut Tafsirpuasaramadan
Lies Marcoes Natsir

Lies Marcoes Natsir

Peneliti senior pada Kreasi Prasasti Perdamaian. Bisa dihubungi melalui Liesmarcoes17@gmail.com

Terkait Posts

Kesalehan Perempuan

Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras

16 Juni 2025
Pesantren Disabilitas

Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

16 Juni 2025
Catcalling

Mari Berani Bersuara Melawan Catcalling di Ruang Publik

15 Juni 2025
Jadi Perempuan

Katanya, Jadi Perempuan Tidak Perlu Repot?

14 Juni 2025
Perempuan Berolahraga

Membaca Fenomena Perempuan Berolahraga

13 Juni 2025
Humor

Humor yang Tak Lagi Layak Ditertawakan: Refleksi atas Martabat dan Ruang

13 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sister in Islam

    Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berproses Bersama SIS Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Indonesia-sentris, Tone Positif, hingga Bisentris Histori dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak
  • Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina
  • Berproses Bersama SIS Malaysia
  • Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia
  • Saatnya Mengakhiri Tafsir Kekerasan dalam Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID