Mubadalah.id – Apa yang akan siswa perempuan baligh lakukan ketika ia mengalami haid hari pertama saat jam belajarnya di sekolah? Kebanyakan yang terjadi hari ini adalah, siswa yang menstruasi akan izin untuk pulang ke rumah. Kenapa? Karena darah menstrusinya tembus ke baju sekolah, tidak ada ganti, perlu pembalut, dan tidak enak badan.
Siswa Pulang Ketika Menstruasi Pertama di Sekolah
Apakah kondisi tersebut bisa berubah jika sarana dan prasarana yang ada di sekolah membantu siswa untuk menghadapi menstruasi hari pertama mereka? Idealnya, sekolah atau lembaga pendidikan yang ramah bagi siswa atau warga akademik yang perempuan.
Memiliki sumber air bersih, tempat cuci tangan, sabun cuci tangan, tempat sampah, pembalut, lemari penyimpan pembalut dan baju ganti bagi siswa perempuan. Tentu saja kebutuhan utama adalah toilet yang terpisah antara siswa perempuan dan siswa laki-laki,. Juga ketersediaan toilet yang seimbang dengan jumlah siswa.
Kembali ke pertanyaan awal, apakah situasinya akan berbeda jika sarana dan prasarana ramah bagi siswa perempuan yang sedang menstruasi. Jawabannya tentu saja iya. Ketika siswa perempuan mengalami menstruasi, dia hanya perlu ke tempat penyimpanan pembalut dan meminjam baju ganti, pergi ke toilet, cuci tangan pakai sabun, basuh vagina dan lalu mengganti pembalut dan atau mengganti baju.
Lalu, kembali belajar di kelas bersama guru dan teman-temannya. Jika merasa kurang sehat, ke ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS) untuk beristirahat.
Cara Pandang tentang Menstruasi yang Tidak Ramah
Perihal siswa memilih pulang ketika awal menstruasi karena darah yang tembus di baju seragamnya juga bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga cara pandang terhadap darah menstruasi. Kebanyakan orang merasa malu ketika darah haid tembus di baju mereka, karenanya berusaha menutupi dan segera berganti baju.
Ada yang merasa jijik, ada yang malu karena teman-temannya tidak mau mendekat, banyak orang menyebut ini dengan period shaming. Menurut UNICEF, period shaming adalah jenis diskriminasi yang secara tidak adil menargetkan perempuan dan anak perempuan demi fungsi tubuh yang sehat dan alami.
Saya yang sudah dewasa saja tidak lepas dari periode shaming, pernah suatu hari saya berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan. Seseorang dari jarak yang cukup jauh dengan tergesa mendatangi saya dan menyampaikan,
“Bu, maaf, Ibu lagi haid ya, darahnya tembus banyak banget”.
Saya mengucapkan terima kasih dan menyampaikan, “iya Bu, saya tahu, terima kasih”.
Karena sebenarnya saya sudah menyadari itu, tetapi saya merasa tidak masalah. Sebenarnya maksud orang tersebut baik, memberi tahu. Tapi bagi saya justru membuat saya risih, padahal awalnya saya merasa baik-baik saja. Walaupun darah tembus, toh saya sudah berganti pembalut dan celana dalam.
Pentingnya Edukasi tentang Menstruasi
Mengenai period shaming ini, rasanya kita perlu memberikan edukasi kepada siswa-siswi kita, para remaja yang sudah mulai puber. Bahwa menstruasi itu hal yang normal, itu adalah kodrat sebagai perempuan yang memiliki organ reproduksi, peran dan mekanisme tertentu yang menyebabkan menstruasi.
Kedua, period shaming ini adalah diskriminasi. Jadi jangan mengejek atau memandang jijik perempuan yang sedang menstruasi lalu darahnya tembus di baju. Ketiga, menstruasi yang memalukan dapat memengaruhi harga diri dan kepercayaan diri siswa perempuan.
Bagaimana cara mendukung siswa perempuan kita yang sedang menstruasi? UNICEF dalam website-nya memberikan panduan yang cukup baik bagaimana kita melakukannya. Saya akan mengambil beberapa hal yang bisa sekolah atau lembaga pendidikan lakukan.
Pertama, memberikan pendidikan terkait hak kesehatan seksual dan reproduksi terutama berkaitan dengan pubertas. Gunakan metode yang partisipatif, mulai dengan percakapan intensif, menggali pengalaman-pengalaman siswa.
Kedua adalah mendukung dengan produk sanitasi dan kebersihan. Terutama untuk sekolah dasar dan sekolah menengah, penting untuk memberikan informasi bagaimana cara menggunakan pembalut atau kain pembalut. Membersihkan pembalut atau kain secara higienis, membuangnya, dan bagaimana menjaga dan merawat kebersihan diri.
Ketiga, memberikan informasi tentang rasa malu dan tabu saat menstruasi. Karena sekarang ini masih banyak yang merasa tabu membicarakan menstruasi. Apalagi dengan lawan jenis walaupun itu Ayah, Kakak laki-laki, apalagi guru laki-laki.
Dukungan Sumber Daya Pengetahuan tentang Menstruasi
Ketika menstruasi tiba, jangan hentikan mereka untuk melakukan sesuatu. Berolahraga, bermain bersama teman-teman kelasnya, dan lain sebagainya, selagi dia mau. Dorong mereka untuk melakukan aktivitas yang mereka sukai. Selanjutnya, bagikan sumber daya untuk mrmbantunya memahami menstruasi, antar lain:
- Oke : Aplikasi pelacak menstruasi oleh perempuan, untuk perempuan
- Panduan periode untuk guru : Ditulis oleh para ahli di UNICEF Asia Selatan
- SOCHAI berbicara tentang cangkir menstruasi : Inovator muda menyarankan penggunaan cangkir menstruasi
- Gelang menstruasi SOCHAI : Pelajari bagaimana gelang dapat membantu melacak menstruasi
- Saluran YouTube Menstrupedia: Penuh dengan video menarik dan mudah dipahami tentang menstruasi.
Mari kita dukung siswa-siswi kita untuk saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Termasuk dengan kondisi biologis yang terjadi pada temannya, yaitu menstruasi. Semoga dengan semakin baiknya pendidikan dan infrastruktur terkait hak kesehatan seksual dan reproduksi berbanding lurus dengan kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia. []