• Login
  • Register
Minggu, 5 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hukum Syariat

Relasi Suami Istri Mengasuh Anak Menurut Al-Qur’an

Nur Fitriani Nur Fitriani
23/07/2020
in Hukum Syariat
0
23
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Abu Hurairah Ra. Menuturkan dari Nabi Muhammad SAW bersabda; “Tidak ada seorang anak dilahirkan, kecuali dalam keadaan fitrah (suci dan bersih). Kedua orangtuanyalah yang membuatnya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (Shahih Bukhari, No. 1373)

Seperti hadis yang dipaparkan bahwa anak terlahir suci, bagaiamanapun karakter anak nantinya tidak akan lepas dari nilai-nilai yang tertanam sejak kecil dari orangtua dan keluarga sekitarnya, terlebih kondisi dan nilai-nilai yang diterapkan di dalam rumah tempat dia tumbuh dan berkembang.

Misalnya saja sejak kecil orangtua terbiasa membanding-bandingkan kemampuan anak dengan kemampuan saudara yang lain, maka anak tersebut bisa jadi tidak memiliki kepercayaan atas kemampuannya sendiri atau anak sering dimarahi ketika mengalami kegagalan dalam mencoba hal baru, sehingga ketika dewasa tidak mempunyai keberanian mencoba hal baru dan menghadapi kegagalan.

Secara sadar ataupun tidak sikap orangtua sekecil apapun yang dilakukan terus-menerus akan berpengaruh pada psikis dan karakter anak. Ada beberapa kasus orangb tua yang merasa tidak sengaja marah kepada anaknya karena merasa lelah dalam keseharian.

Misalnya ketika sang anak bertanya pada ibu atau ayahnya lalu dijawab dengan bentakan dan emosi meluap, padahal anak tidak melakukan kesalahan apapun dan hanya bertanya. Kenapa orangtua bisa membentak dan emosi? Ada banyak hal penyebabnya, seperti lelah melakukan pekerjaan sehari-hari tapi tidak bisa meminta tolong pada yang lain, ada masalah di pekerjaan yang tidak diceritakan kepada orang lain sehingga merasa terbebani, pada intinya keadaan merasa terbebani dan lelah akan menjadi pemicu utama emosi meluap pada anak.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Nizar Qabbani Sastrawan Arab yang Mengenalkan Feminisme Lewat Puisi
  • Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

Baca Juga:

Nizar Qabbani Sastrawan Arab yang Mengenalkan Feminisme Lewat Puisi

Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin

Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

Hal ini bisa terjadi pada ibu yang biasanya dibebankan seluruh tugas domestik, tanpa adanya kerjasama untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, bisa juga terjadi pada ayah karena beban perekonomian keluarga seluruhnya diberikan kepadanya, tanpa ada kerjasama untuk mengatur keuangan agar lebih efisien. Pekerjaan yang dikotak-kotakan dan tidak adanya saling kerjasama seperti ini akan menjadi beban bagi satu sama lain, tidak ada yang diuntungkan.

Hidup adalah proses belajar, begitupun menjadi orang tua, semua orang tua melalui proses belajar, tidak terkecuali dengan mengasuh anak, perlu belajar terus-menerus. Terkadang masalah pekerjaan ataupun masalah kehidupan lain secara tidak sengaja menjadikan orangtua meluapkan emosi kepada anak yang tidak tahu-menahu. Dibutuhkan kerjasama, pengertian hingga saling menghargai satu sama lain antara suami dan istri, karena dengan bekerjasama beban yang dirasakan bisa diselesaikan bersama, seperti yang tercantum dalam QS. Al-Baqarah [2]: 233

Sesungguhnya tidak dibebani kecuali (menurut) kesanggupannya (dan) janganlah seorang ibu dibuat menderita karena anaknya dan janganlah (pula) seorang ayah (dibuat menderita) karena anaknya. Demikian juga bagi ahli waris. Jika mereka berdua hendak menyapih atas kerelaan dan musyawarah mereka berdua, maka mereka tidaklah berdosa..” (QS. Al-Baqarah[2]:233)

Ayat di atas menjelaskan tentang sebuah komitmen untuk saling kerjasama dalam mengurus dan membesarkan anak, saling memperhatikan keadaan ayah dan ibu, tidak boleh ada yang terbebani, artinya keterbukaan komunikasi sangat diperlukan untuk mengasuh anak, selain itu perencanaan, kesiapan dan kerelaan. Jika menggunakan tafsir mubaadalah, dalam QS. Al-Baqarah [2]:233 ada frasa “taradhin baynakuma” dan “tasyawurin” yang secara struktur bahasa adalah bentuk kesalingan (mufa’alah) yang bermakna saling rela, saling bermusyawarah antara suami dan istri.

Saling rela berarti satu sama lain baiknya mengerti, menghargai, menerima dan merelakan pasangannya, sedangkan saling musyawarah artinya baik ayah maupun ibu berhak berpendapat dan membuka dialog dua arah sehingga menghasilkan keputusan yang disepakati kedua belah pihak.

Begitulah cara Islam memberikan amanah kepada orangtua dan cara mengasuh anaknya, dengan prinsip kerjasama dan saling membantu, agar tidak ada pihak yang terbebani sehingga rawan terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Allah SWT pun menjanjikan surga bagi setiap hamba-Nya yang tolong menolong.

Orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, adalah saling menolong, satu kepada uang lain; dalam menyuruh kebaikan, melarang kejahatan, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, dan menaati Allah dan rasul-Nya. Mereka akan dirahmati Allah. Sesungguhnya Allah Maha Agung dan Maha Bijaksana. Allah telah menjanjikan kepada para laki-laki dan perempuan yang beriman surga-surga, yang dibawahnya ada sungai-sungai mengalir. Mereka akan kekal di sana. (Allah juga menjanjikan kepada mereka) tempat-tempat yang baik di surga yang kekal. Keridhaan Allah adalah (nikmat) yang terbesar. Yang demikian itu adalah kemenangan yang agung (QS. At-Taubah [9] :71) []

Nur Fitriani

Nur Fitriani

Nur Fitriani merupakan magister UIN Malang. Gadis asal Pasuruan ini memiliki mimpi yang sangat sederhana, ingin bermanfaat untuk orang banyak, dan ingin ikut andil dalam perubahan yang berkeadilan jangka panjang. Saat ini dirinya menjadi anggota komunitas menulis Puan Menulis.

Terkait Posts

Pernikahan tanpa Wali

Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali

3 Februari 2023
Hukum Aborsi

Fatwa KUPI (Bukan) Soal Hukum Aborsi

29 Desember 2022
Khitan Perempuan

OIAA-Cairo: Mengharamkan Khitan Perempuan Sesuai Syari’ah Islam

19 Desember 2022
Khitan Perempuan

Ulama Dunia Desak Hentikan Khitan Perempuan

13 Desember 2022
Hukum Perempuan Haid Membaca Al-Quran

Hukum Perempuan Haid Membaca Al-Quran Menurut Syekh As-Sya’rawi

2 Desember 2022
Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

9 November 2022
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perempuan Miskin

    Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nizar Qabbani Sastrawan Arab yang Mengenalkan Feminisme Lewat Puisi
  • Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam
  • Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Indonesia Meloloskan Resolusi PBB tentang Perlindungan Pekerja Migran Perempuan - Mubadalah pada Dinamika RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, yang Tak Kunjung Disahkan
  • Lemahnya Gender Mainstreaming dalam Ekstremisme Kekerasan - Mubadalah pada Lebih Dekat Mengenal Ruby Kholifah
  • Jihad Santri di Era Revolusi Industri 4.0 - Mubadalah pada Kepedulian KH. Hasyim Asy’ari terhadap Pendidikan Perempuan
  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist