• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Rumah Tangga yang Samara

Fitri Nurajizah Fitri Nurajizah
23/02/2018
in Kolom
0
38
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Hubungan anak dengan orang tua itu adalah hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Seorang anak wajib untuk menghormati orang tua dan menjalankan segala perintahnya selama itu tidak bertentangan dengan aturan agama Islam, begitupun sebaliknya orang tua mesti menyayangi dan menjaga anaknya. Tapi bagaimana dengan hubungan suami-istri? Bagaimana mewujudkan rumah tangga yang samara?

Banyak cara yang dilakukan orang tua untuk menjaga dan memastikan anaknya bahagia  salah satunya dengan menasehati atau berwasiat hal-hal yang bermanfaat.  Saya jadi teringat ibu angkat saya yang sering  menanyakan kapan saya  akan menikah?  Hingga sekarang jika waktu pulang kapung selain menanyakan hal tersebut beliau sering bercerita rasanya menjadi seorang istri itu bagaimana, istri yang baik terhadap suaminya harus begini dan begini.

Baca juga: Mewujudkan Keluarga Sakinah

Walaupun  hanya ditanggapi dengan senyuman tapi dalam hati saya bertanya mengapa menjadi seorang istri yang baik itu harus memperhatikan segala sesuatu yang dapat mendatangkan kebahagiaan suami. bukankan pernikahan itu dilakukan dengan dua orang, laki-laki dan perempuan, bukan satu orang, lelakinya saja atau perempuannya saja.

Kitab Uqudulujain juga menceritakan yang kurang lebih sama dengan pesan ibuku, bahkan lebih mendetil. Di kitab itu diceritakan ada seorang ibu yang berwasiat kepada anak perempuannya yang akan menikah. Ada sepuluh poin dalam wasiat tersebut.

Baca Juga:

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

  1. Istri harus menerima apa adanya keadaan si suami
  2. harus mendengarkan ucapan suami dan ta’at terhadap perintahnya
  3. harus menjaga pandangan suamim dari perilaku, penampilan yang jelek
  4. harus menjaga pandangan suaminya keadaan yang jelek
  5. harus menjaga penciuman suami dari bau busuk diri
  6. harus menyiapkan makanan untuk suami
  7. harus menyiapkan tempat tidur suami
  8. harus menjaga harta suami
  9. harus menjaga hubungan dengan keluarga suami
  10. harus menjaga rahasia suami dan jangan menceritakan kejelekannya kepada orang lain.

Sepuluh poin inilah yang harus diperhatikan oleh seorang istri dalam berumah tangga, menurut Uqudulujain. Jika tidak, maka akan menimbulkan kemarahan seorang suami. kalian yang belum menikah, apalagi kids zaman now pasti bertanya kok hanya suami sih yang harus mendapatkan 10 keistimewaan dari istrinya tersebut mengapa tidak istrinya juga yang mendapatkan keistimewaan serupa?

Kalau kita melihat tujuan dari pernikahan adalah terbangunnya kehidupan yang adil, dan bahagia atau biasa disebut dengan kata sakinah, mawaddah wa rahmah (Samara), mestinya, menurut saya, siapa pun wajib memberikan dan juga mendapatkan hak tersebut, baik istri maupun suami.

Jadi, jangan hanya istri yang menjalankan wasiat ibu tersebut tapi juga suami, sebab menurut Dr. Faqihuddin Abdul Qodir dalam buku pertautan Teks dan Konteks dalam Fiqh Muamalah, pernikahan yang bahagia itu akan terwujud apabila relasi yang terbangun dalam kehidupan suami-istri adalah relasi yang adil, setara, dalam arti tidak mau menang sendiri, serta sikap saling percaya, pengertian, saling mengingatkan dan saling memberi.

Selain itu, Prof. Dr. Nashruddin Baidan juga berpendapat dalam buku Relasi Jender Dalam Islam bahwa di antara suami dan istri itu harus tercipta hubungan kasih sayang yang sama dan seimbang.  Jangan ada istilah ‘aku’ dalam satu keluarga, yang ada hanya ‘kita’ karena istilah ‘aku’ telah berfungsi menjadi ‘kita’.  Karena dengan begitu akan tercinptalah keluarga yang harmonis. Bahkan Masdar F. Mas’udi  sampai menyebut pernikahan seperti itu adalam makam tertinggi dari pola relasi suami dan istri. Subhanallah, romantis sekali.

Sampai pada ujung tulisan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa tips untuk menciptakan pernikahan yang Samara itu cukup dengan tidak saling mempertahankan egoisme masing-masing, ciptakanlah hubungan yang saling berkasih sayang dan saling menghormati satu sama lain. []

Tags: harapan keluargakeluargaKesalinganKesetaraanMubaadalahpernikahanrumah tanggasakinah
Fitri Nurajizah

Fitri Nurajizah

Perempuan yang banyak belajar dari tumbuhan, karena sama-sama sedang berproses bertumbuh.

Terkait Posts

Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID