• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Sepak Bola, Rasisme, dan Teladan Anti-Rasis Sang Nabi

Dengan tegas dan berani, Rasulullah membantah gagasan yang menilai orang dan kelompok hanya berdasarkan garis keturunan dan warna kulit saja

Rasyida Rifa'ati Husna Rasyida Rifa'ati Husna
14/05/2024
in Hikmah
0
Rasisme

Rasisme

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam sepak bola, rasisme adalah musuh paling nyata dan dibenci. Isu rasisme menjadi perhatian besar bagi FIFA. ‘Say no to racism’ menjadi slogan FIFA setiap menyelenggarakan pertandingan. Rasisme di sepak bola yang sudah mulai ditinggalkan, tetapi malah dihidupkan kembali oleh warganet culas yang mengaku sebagai suporter timnas Indonesia.

Kegagalan tim sepak bola nasional untuk lolos ke Olimpiade Paris 2024 usai Guinea kalahkan pada play-off pada Kamis 9 Mei 2024 lalu. Tidak menerima kekalahan sebagian netizen Indonesia dan menumpahkan kekesalannya dengan menyerang akun media sosial Guinea dan beberapa pemainnya dengan ujaran bernuansa rasisme.

Di media sosial beberapa netizen  memberikan serangan rasisme di media sosial milik Guinea. Banyak yang menggunakan emoji atau meme bergambar monyet. Ilaix Moriba yang mencetak gol tunggal kemenangan Guinea juga jadi sasaran serangan rasisme.

Namun sebenarnya, persoalan rasisme yang warganet Indonesia lakukan bukan kali pertama. Kasus rasisme dan diskriminasi terhadap yang cenderung berbeda warna kulit juga masih kerap kita temukan di ruang-ruang publik seperti media sosial.

Sebagai negara yang memiliki keberagaman suku, etnis, agama, dan ras, sekaligus negara dengan warga Muslim terbanyak di dunia, sudah sepatutnya masyarakat kita belajar dan paham bahwa hikmah dari penciptaan manusia yang beragam merupakan sunnatullah.

Baca Juga:

Film Pengepungan di Bukit Duri: Bagaimana Sistem Pendidikan Kita?

Dear Ahmad Dhani: Idenya Bukan Sekadar Out of the Box, Tapi Juga Seksis

Teladan Rasulullah SAW dan Pesan di Hari Ayah

Wasit dan Persoalan Kepemimpinan Tak Adil

Karenanya, berbagai tindakan rasis merupakan suatu sikap yang tidak sesuai dengan fitrah manusia itu sendiri. Dalam konteks sosial, larangan rasisme harus kita galakkan demi keharmonisan dan kerukunan bersama.

Dalam QS. al-Hujurat ayat 13, Allah berfirman:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS. al-Hujurat [49]: 13).

Dari ayat tersebut, dapat kita ketahui bersama bahwa hikmah dan tujuan penciptaan manusia dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku tidak lain untuk saling mengenal dan melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya. Bukan untuk saling membangga-banggakan suku, etnis, dan keturunan masing-masing orang.

Menurut Ibnu Abbas dalam Tafsir Tanwir al-Miqbas (1/437) sebab ayat di atas turun ialah untuk merespons sikap rasis sebagian orang Quraisy terhadap Bilal bin Rabah. Kisahnya, ketika penaklukkan Kota Makkah, Nabi saw. memerintahkan sahabat Bilal naik ke atas Ka’bah guna mengumandangkan azan.

Orang-orang Quraisy yang menyaksikan kejadiaan tersebut kemudian berkata, “Apakah Nabi Muhammad tidak menemukan orang lain untuk mengumandangkaan adzan selain budak hitam ini?” Kemudian turunlah ayat ini sebagai teguran atas sikap rasis mereka terhadap sahabat Bilal.

Rasisme dalam Sejarah Islam

Dalam sejarah Islam, tindakan rasis rupanya sudah eksis sejak masa kenabian bahkan jauh sebelumnya. Tindakan rasis telah mengakar dalam budaya masyarakat Arab terutama terhadap perbedaan warna kulit. Mereka yang memiliki warna kulit hitam biasanya terasosiasikan dengan budak atau kaum rendahan yang berasal dari rakyat jelata. Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya larangan rasisme dan diskriminasi.

Namun setelah kedatangan Rasulullah dengan mentalitas anti-rasisnya membantu orang-orang Arab keluar dari kegelapan dan masuk ke cahaya melalui membimbing ke jalan keadilan dan kesetaraan. Karenanya tidak heran sosiolog Barat menyebut Rasulullah tokoh pertama yang mengajarkan antirasialisme.

Nabi Muhammad sebelum terjadinya kampanye, gerakan, ataupun undang-undang tentang penghapusan diskriminasi ras dan etnis lahir, sudah terlebih dahulu berkecimpung dalam permasalahan-permasalahan rasisme di Arab.

Dengan tegas dan berani, Rasulullah membantah gagasan yang menilai orang dan kelompok hanya berdasarkan garis keturunan dan warna kulit saja. Manifestasi anti-rasisme yang paling mencolok dari Rasulullah dapat terlihat saat khutbah terakhir beliau saw di Arafat pada 362 M. Pesan terakhir Nabi Muhammad yang menguras air mata para sahabat kala itu sarat makna.

Nabi SAW berpesan, “orang Arab tidak lebih unggul dari non-Arab, atau orang non-Arab tidak lebih superior dari orang Arab, kecuali dengan ketakwaan. Dengarlah: sudahkah aku sampaikan?”

Para sahabat menjawab, “Sudah ya Rasul, engkau sudah menyampaikan dan kami telah mendengarnya.”

Nabi lantas melanjutkan khutbahnya, “Hendaklah yang menyaksikan menyampaikan kepada yang tidak hadir.”

Kita seharusnya mengikuti petuah Nabi Muhammad ketika Haji Wada’ tersebut. Nabi mengemukakan sebuah pesan yang universal, bahwa tidak ada orang yang derajatnya lebih tinggi. Dengan demikian, orang kulit kuning langsat atau sawo matang tidak lebih unggul daripada orang berkulit hitam. Begitu pula sebaliknya, kecuali karena kesalehan dan amal perbuatan yang baik. []

Tags: FIFAGuineaRasismesepak bolaTeladan NabiTimnas Indonesia
Rasyida Rifa'ati Husna

Rasyida Rifa'ati Husna

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version