• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Sosial Eksperimen Salah Kaprah! Lagi-Lagi Hijab Dijadikan Standar Kesalihan Perempuan

Dari banyaknya akun-akun syar’i yang ada, kita sebagai bagian dari pengguna media, harus bisa memfilter dan bijak dalam menggunakan media

Nuril Qomariyah Nuril Qomariyah
31/08/2022
in Personal, Rekomendasi
0
Kesalihan Perempuan

Kesalihan Perempuan

608
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Belum usai keramaian jagad dunia maya dengan dugaan kasus pemaksaan jilbab di salah satu sekolah negeri di Yogyakarta. Dalam sepekan ini, media sosial ramai-ramai menyuarakan untuk mereport salah satu akun youtube. Bahkan lebih parah ia memaksakan standar kesalihan perempuan kepada orang-orang yang dia temui dalam videonya untuk memakai hijab hingga menanyakan hal-hal privasi yang berhubungan dengan agama.

Akun Youtube dengan nama Zavilda TV ini, melabeli kontennya sebagai bentuk sosial eksperimen untuk mengajak orang lain hijrah. Yang membuat netizen geram, dalam konten-konten yang mereka buat tak jarang muncul narasi-narasi pemaksaan dalam beragama dan mengintimidasi kesalihan perempuan-perempuan yang mereka jadikan objek dalam videonya.

Kalis Mardiasih dalam postingan Instagramnya menyebutkan bahwa apa yang akun Youtube ini lakukan justru membuat malu agama Islam. Tidak ada tujuan dakwah hanya sebatas ngonten untuk viral dan komersil belaka. Kalis juga menyebutkan dalam salah satu tulisannya di buku Muslimah Yang Diperdebatkan, bahwa jilbab bukanlah simbol kesalihan perempuan.

Sehingga, ketika muncul konten yang mengatasnamakan pemaksaan memakai hijab sebagai bentuk hijrah, menjadi keresahan bersama. Karena hal ini membawa citra yang kurang sesuai dengan ajaran Islam bagi banyak orang. Terlebih disalah satu konten di Zavilda_TV ini menamplikan pemaksaan penggunaan hijab pada perempuan non muslim.

Senada dengan apa yang disebutkan Kalis, dalam pandangan penulis istilah sosial eksperimen yang dipakai pada akun ini sangat tidak tepat. Gerakan sosial yang seharusnya membebaskan dan tanpa paksaan, menjadi berubah konteksnya. Ditambah lagi, host dari konten ini seorang perempuan yang justru mengobjetivikasi sesama perempuan yang tidak menggambarkan gerakan sosial yang memanusiakan-manusia.

Baca Juga:

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

Jangan Tanya Lagi, Kapan Aku Menikah?

Sosial eksperimen yang salah kaprah ini justru tidak menggambarkan ajaran dakwah Islam yang ramah. Karena mereka kemas dalam bentuk pemaksaan untuk berhijab dengan dalih sebagai bentuk hijrah. Selain itu jika kita artikan istilah sosial eksperimen memiliki arti percobaan sosial. Yang dalam konten ini menjadikan perempuan sebagai objek uji cobanya, hal ini benar-benar mengobjektifikasi perempuan.

Hijab Bukan Standar Kesalihan Perempuan

Buya Husein Muhammad dalam bukunya Jilbab dan Aurat telah menyebutkan bahwa persepsi masyarakat yang menjadikan hijab maupun jilbab sebagai ukuran untuk perempuan baik-baik, salihah, dan berakhlakul karimah merupakan sebuah problem yang terjadi, bahkan hingga hari ini.

Namun, dijelaskan pula dalam buku tersebut bahwa realitas sosial yang ada saat ini memperlihatkan justru beberapa perempuan yang tidak memakai jilbab memiliki perilaku yang jauh lebih salih dibandingkan perempuan berjilbab. Dan tidak menolak kenyataan bahwa sebaliknya, di luar sana ada bahwa ada banyak perempuan berjilbab yang berakhlak mulia.

Sehingga keduanya adalah suatu hal yang relatif. Jilbab ataupun hijab tidak dapat kita jadikan indikator kesalihan dari seseorang. Jika melihat dalam konteks akun Zavilda_TV di atas, host perempuan berhijab yang mengintimidasi dan mengobjektifikasi sesama perempuan untuk tujuan komersil semata, justru menimbulkan banyak pertanyaan dari netijen. Karena perbuatannya justru bertentangan dengan gagasan hijrah yang ia bawakan.

Gerak Bersama Melahirkan Konten Media yang Ramah Perempuan

Saya ingat dengan pesan Dr. Faqihuddin Abdul Kodir pada beberapa forum, beliau menyampaikan dalam gerakan-gerakan sosial di media jangan berfokus pada konten negatif yang orang lain buat. Atau bingung mencari narasi yang kontra produktif. Akan tetapi fokuslah untuk membuat konten sebagai penguatan gagasan dan gerakan yang kita bawa.

Jadi dalam konteks isu akun youtube Zavilda_TV ini selain melakukan gerakan untuk mereport akunnya. Sudah seharusnya kita semua terus memperkuat gerakan-gerakan sosial yang kita punya. Jangan sampai muncul sosial eksperimen salah kaprah lainnya, yang justru memperburuk citra gerakan sosial, lebih-lebih gerakan Islam yang ramah.

Hadirnya media sosial yang menyuarakan kesetaraan dan kemanusian bagi perempuan harus terus kita dorong dan perkuat dengan konten-konten yang ramah terhadap perempuan. Karena sudah menjadi tugas kita yang memilih jalan dakwah menggunakan media, harus bijak dalam menghadirkan konten-konten yang ramah bagi kemanusiaan.

Jika kita lihat ada begitu banyak akun-akun media sosial yang melabeli akunnya sebagai akun syar’i yang sangat islami namun tidak mencerminkan Islam yang rahmatan lil’alamin. Mulai dari akun khitbah islami, pacaran islami, parenting islami, fashion islami bahkan poligami yang dilabeli syariat islam pun ada, dan yang ramai dalam sepekan ini akun yang memaksakan berhijab sebagai bentuk hijrah yang juga tidak lepas dari label bentuk fashion islami.

Dari banyaknya akun-akun syar’i yang ada, kita sebagai bagian dari pengguna media, harus bisa memfilter dan bijak dalam menggunakan media. Lebih jauh kita juga dapat ikut serta berkontribusi melahirkan konten-konten dengan wawasan yang meluruskan dakwah salah kaprah ini.

Ingat! Bukan sebatas mengkritik atau mereport akun-akun yang salah kaprah ini. Namun sebisa mungkin kita turut andil ambil bagian mendakwahkan Islam yang ramah. Minimal melalui media sosial pribadi kita sebagai bentuk gerakan sosial yang massif. Terlebih jika kita turut andil dalam gerakan-gerakan bersama saling berkolaborasi lintas komunitas untuk memperkuat gerakan yang kita miliki untuk menekan viralnya konten-konten dari akun pendakwah yang salah kaprah. []

 

Tags: HijabHijrahHijriyyahJilbabperempuanZavilda TV
Nuril Qomariyah

Nuril Qomariyah

Alumni WWC Mubadalah 2019. Saat ini beraktifitas di bidang Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak di Kabupaten Bondowoso. Menulis untuk kebermanfaatan dan keabadian

Terkait Posts

Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Fiqh Al-Usrah

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

28 Juni 2025
Sejarah Indonesia

Dari Androsentris ke Bisentris Histori: Membicarakan Sejarah Perempuan dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

27 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID