• Login
  • Register
Kamis, 22 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Suami Siram Air Keras ke Wajah Istri

Menatap wajah suami tentu bukan suatu kewajiban yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya.

Marzuki Wahid Marzuki Wahid
13/01/2021
in Aktual, Rekomendasi
0
Wajah

Wajah

137
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam kaitan dengan kasus di Jambi akhir-akhir ini, ada yang tanya ke saya bagaimana pandangan hukum Islam tentang suami yang menyiram air keras ke wajah istri karena tidak mau menatap wajah sang suami saat diminta.

Sa’il (penanya) menyoal bukankah sang istri telah melakukan nusyuz karena tidak menaati perintah suami untuk menatap wajahnya?

Saya menjawab, cara berpikirmu adalah blaming the victim (menyalahkan korban). Alih-alih membantu dan empati pada korban, malah menyalahkannya. Dengan menyalahkan korban, lalu pelaku terhindar dari tindak kesalahan dan kejahatannya. Menyalahkan korban berarti membenarkan pelaku.

Ini sama dengan cara berpikir menyalahkan korban perkosaan karena pakaiannya, kecantikannya, atau tindakannya, padahal jelas-jelas dia diperkosa. Sudah direnggut martabat kemanusiaannya dan dilecehkan seksualitasnya oleh pelaku yang biadab, korban malah disalahkan. Pelaku seolah-olah memperoleh pembenaran atau keringanan dari tindakan bejatnya.

Ini sering terjadi karena sesat pikir tentang relasi gender yang patriarkis. Seolah apapun yang dilakukan suami (laki-laki) memperoleh pembenarannya, karena suami adalah kepala keluarga dan otoritas ada pada suami (laki-laki).

Baca Juga:

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

Tidak Ada Cinta Bagi Ali

Kalau kepala keluarga dan otoritas dijadikan alasan, maka ini suatu contoh tipe pemimpin yang sewenang-wenang dan lalim yang ditentang oleh semua akal sehat, prinsip kemanusiaan, dan ajaran agama.

Kepala keluarga yang islami, baik dipegang laki-laki maupun perempuan, (ingat: sudah jutaan perempuan jadi kepala keluarga) adalah pemimpin yang mengayomi, mengasihi, dan membuat orang yang dipimpinnya merasa aman, selamat, dan nyaman.  Bukan pemimpin yang melakukan kekerasan,  ancaman, dan ketidaknyamanan orang lain.

Itu respons pertama saya. Respons kedua, penyiraman air keras ke wajah seseorang, apalagi wajah istri, tidak usah ditanyakan pandangan Islam. Itu sudah sangat gamblang, akal sehat kita, normalitas kita, dan semua tata aturan yang waras pasti menolaknya sebagai kejahatan, pidana, dan kekerasan. Apalagi ajaran Islam yang sangat menjunjung nilai kemanusiaan, keadilan, kedamaian, dan menolak keras segala bentuk kekerasan.

Apalagi penyiraman itu dilakukan kepada wajah sang istri. Seseorang yang beberapa tahun disetubuhinya, mengandung, melahirkan, dan mengasuh anak-anaknya, serta  pernah dijanjikan untuk setia dan membahagiakan saat akad nikah. Lebih-lebih, sang istri ini sedang mengandung janin dari benih sang penyiram (suaminya).

Sungguh penyiraman wajah ini tindakan biadab, keji, munkar, dan tidak berperikemanusiaan. Islam sudah pasti tidak membenarkannya, apapun alasan si pelaku. Ini bukan hanya tindak kriminal biasa, melainkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan pengkhianatan janji setia.

Terhadap pertanyaan apakah sikap istri yang tidak mau menatap wajah suami adalah bentuk nusyuz (durhaka, pembangkangan), saya jawab: tidak. Nusyuz terjadi dalam kaitan dengan pelanggaran atas kewajiban yang harus ditunaikan, baik oleh suami maupun istri. Oleh karena itu, terdapat nusyuz istri atas suami dan nusyuz suami atas istri.

Menatap wajah suami tentu bukan suatu kewajiban yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Apalagi kita tahu kasus ini terjadi dalam situasi perseteruan suami-istri, saat mereka hendak membicarakan perceraian.

Dalam konteks ini, tidak menatapnya istri pada wajah suami bisa jadi bukan karena ketidaktaatan, yang memang tidak ada kewajiban untuk ditaati, melainkan karena istri tidak mau bercerai atau tidak mau melihat wajah suami yang sedang atau akan marah. Banyak tafsir atas sikap istri ini. Yang pasti, sikap istri ini tidak bisa disebut nusyuz, dan tindakan suami adalah kekerasan, kezaliman, dan kebiadaban atas buah cintanya sendiri.

Demikian respons saya atas pertanyaan tadi. Wallahu a’lam bi ash-shawab. []

Tags: KDRTKesalinganNusyuzperceraianRelasi Suami-Istri
Marzuki Wahid

Marzuki Wahid

KH Marzuki Wahid. akrab di panggil Kang Zeky adalah pendiri Fahmina dan ISIF Cirebon

Terkait Posts

Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pengepungan di Bukit Duri

    Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB dalam Pandangan Fiqh
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl
  • Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan
  • Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version