Mubadalah.id – Al-Razi dalam tafsirnya mengatakan bahwa kelebihan laki-laki atas perempuan meliputi dua hal ilmu pengetahuan/pikiran/akal (al’ilm) dan kemampuan (al-qudrah). Artinya bahwa akal dan pengetahuan laki-laki melebihi akal perempuan, dan bahwa untuk pekerjaan-pekerjaan keras ia lebih sempurna.
Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh para penafsir yang lain, seperti Ibnu Katsir, A-Zamakhsyari, Al-Qurthubi, Muhammad Abduh, Syeikh Muhammad Thahir bin Asyir, Al-Thabathaba’i, Al-Hijazi dan lain-lain.
Akan tetapi, semua superioritas di atas, dewasa ini tidak dapat lagi kita pertahankan sebagai sesuatu yang general dan mutlak. Artinya tidak setiap laki-laki pasti lebih berkualitas daripada perempuan.
Hal ini bukan saja karena dipandang sebagai bentuk diskriminasi yang tidak sejalan dengan dasar-dasar kemanusiaan universal. Melainkan juga karena fakta-fakta sosial sendiri telah membantahnya. Ini merupakan keniscayaan yang tidak bisa diingkari oleh siapapun. Zaman telah berubah.
Sekarang telah semakin banyak kaum perempuan yang memiliki potensi dan bisa melakukan peran-peran yang selama ini dipandang hanya dan harus menjadi milik laki-laki. Banyak perempuan di berbagai ruang kehidupan yang mampu tampil dalam peran kepemimpinan domestik maupun publik, baik dalam bidang politik, ekonomi dan sosial.
Karena itu karakteristik yang menjadi dasar argumen bagi superioritas laki-laki bukanlah sesuatu yang tetap dan berlaku sepanjang masa. Akan tetapi merupakan produk dari sebuah proses sejarah. Yakni sebuah proses perkembangan yang terus bergerak maju dari badawah (nomaden) menuju hadlarah (berkehidupan menetap, modern).
Termasuk dari ketertutupan kepada keterbukaan, dari kebudayaan tradisional kepada kebudayaan rasional, dan dari pemahaman tekstual kepada pemahaman substansial.
Semuanya merupakan sebuah proses sejarah yang berlangsung secara evolutif dan dinamis. Dan mungkin saja pada saatnya nanti sejarah akan kembali ke siklus awal.
وَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِۚ
Artinya: “Demikianlah hari-hari Kami gilirkan di antara manusia”. (QS Ali Imran, 3: 140). []