• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Tiyaitiki: Konservasi Laut ala Masyarakat Adat di Papua

Melalui Tiyaitiki, masyarakat adat di Kampung Tablanusu sangat menjaga ekosistem laut seperti terumbu karang dan juga ikan-ikannya

Karimah Iffia Rahman Karimah Iffia Rahman
20/09/2022
in Pernak-pernik
0
Konservasi Laut

Konservasi Laut

440
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Mungkin tidak semua dari kita pernah ke Papua, termasuk saya yang menulis artikel ini. Namun siapa tahu melalui artikel ini, saya bisa berkunjung ke Papua dan menyaksikan keindahan alamnya. Tujuannya untuk bertafakur dan bersyukur atas apa yang Tuhan ciptakan, lalu berbagi pada penduduk Indonesia lainnya, khususnya tentang  Tiyaitiki yakni konservasi laut di Papua.

Setelah melihat video berdurasi 14 menit 41 detik ini, saya jadi teringat akan materi yang disampaikan oleh Bapak Soeryo Adiwibowo dosen Fakultas Ekologi Manusia IPB dalam Lokakarya Faith-Inspired Changemaking Initiative Masterclass Indonesia (FICI) yang dilaksanakan di Villa Marcolina 57 pada 26-30 Agustus 2022 yaitu tentang kenyataan yang saat ini kita hadapi yakni kearifan lokal yang semakin tergerus.

Beliau menyampaikan, agar kita dapat mempercepat pertumbuhan keartifan lokal. Maka kita harus menerapkan prinsip ekologi di dalamnya. Di mana keterikatan alam dengan masyarakat adat sangat lah penting. Seperti yang dipaparkan pada video konservasi laut di Papua yang masyarakat adat di Kampung Tablanusu lakukan.

Mengenal Tiyaitiki

Berdasarkan pemaparan Efraim Suwae Ketua Adat di Kampung Tablanusu, melalui Tiyaitiki, masyarakat adat di Kampung Tablanusu sangat menjaga ekosistem laut seperti terumbu karang dan juga ikan-ikannya.

Seorang jurnalis yaitu Christopel Paino yang pernah menyelam di sekitar kawasan yang menerapkan Tiyaitiki dan kawasan yang tidak menerapkan Tiyaitiki menyatakan ada perbedaan kualitas ekosistem laut yang signifikan.

Baca Juga:

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

Tana Barambon Ambip: Tradisi yang Mengancam Nyawa Ibu dan Bayi di Pedalaman Merauke

Tamasya “Wisata” Kota Sampah dan Pandangan Kritis Seyyed Hossein Nasr

Membaca Ensiklik Katolik Laudato Si’ Menggunakan Perspektif Mubadalah

Prinsip Tiyaitiki Marga Suwae kampung Tablanusu, Kecamatan Deprape, Kabupaten Jayapura, Papua adalah memberikan kesempatan secara alami kepada laut untuk meregenerasi ekosistemnya dengan organik setelah penduduk sekitar mengambil hasil laut untuk kepentingan tertentu. Istilah lain dari Tiyaitiki adalah Sasi.

Sedangkan kita saat ini menamainya dengan sebutan konservasi laut. Di mana berdasarkan Watchdoc Image, pemerintah Indonesia telah menetapkan bahwa hanya 5 juta ton dari 12,5 juta ton yang boleh mereka ambil tiap tahunnya. Sedangkan sisanya atau sekitar 7,5 juta ton siapapun harus membiarkan ikan-ikan tersebut agar dapat regenerasi dan diambil di tahun berikutnya.

Kesepakatan Melalui Tiyaitiki

Melalui Tiyaitiki, masyarakat adat sepakat untuk menerapkan penutupan suatu wilayah dalam rentang waktu tertentu untuk menjaga kelestarian laut secara berkala mulai dari 6 bulan, 1 tahun, hingga 2 tahun. Sehingga laut dapat meregenerasi ekosistemnya secara organik.

Selain rentang waktu tertentu, masyarakat juga sepakat hanya mengambil ikan dengan ukuran besar pada saat rentang waktu Tiyaitiki habis. Sedangkan untuk ikan berukuran kecil terlarang untuk mereka ambil.

Pengambilan ikan pun dilakukan dengan alat-alat sederhana atau jala khusus yang dapat menjaring ikan besar sedangkan ikan kecil akan dapat lolos dari jejaring jala tersebut. Penggunaan jala tersebut masyarakat lakukan setelah adanya pelatihan penangkapan ikan yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Penggunaan jala ini menunjukkan bahwa masyarakat marga Suwae sangat terbuka dengan hal-hal baru yang bertujuan dan berkaitan untuk kelestarian alam. Sehingga berdasarkan pemaparan Efraim Suwae, mereka sangat terbuka apabila hal-hal baru yang ditawarkan oleh masyarakat dapat mempermudah aktivitas masyarakat namun tidak merusak lingkungan sekitar.

Penggunaan Racun Alami

Sebelum ada jala, mereka biasanya menggunakan racun alami yang berasal dari getah akar tanaman Tuba. Mereka lakukan dengan cara mematahkan akar-akar tanaman dan mengumpulkannya menjadi satu. Lalu mereka rendam di dalam air. Saat hari H mereka masukkan ke dalam laut setelah mereka tumbuk dengan batu berukuran besar.

Ada pula yang setelah mereka tumbuk lalu menaruhnya di sekitar terumbu karang. Jadi ketika ada ikan lewat di sekitar terumbu karang tersebut akan segera mati dan mudah untuk mereka tangkap. Racun ini memang masyarakat gunakan hanya untuk memanen ikan laut karena tidak berefek samping terhadap manusia.

Dalam Tiyaitiki juga terdapat peraturan yang tidak boleh mereka langgar. Jika mereka lakukan dapat terkena sanksi atau hukum adat. Yakni dengan cara menangkap masyarakat yang melanggar peraturan tersebut dan menghukumnya dengan sanksi sosial. Yaitu berkeliling kampung sambil mengalungkan hasil tangkapan ikan yang ia dapat sebagai peringatan pertama.

Menutup ulasan tentang konservasi laut ala Tiyaitiki, Efraim Suwae mengajak kita untuk lebih peduli dengan kelestarian alam, ekosistem laut khususnya terumbu karang. Karena ia berfungsi sebagai tempat ikan berkumpul, tempat ikan berteduh, tempat ikan mencari makan dan tempat ikan-ikan menaruh telurnya. Tujuannya agar dapat berkembang dan bisa kita manfaatkan kembali dengan kapasitas yang sewajarnya oleh generasi yang akan datang. []

 

Tags: Isu Lingkungankearifan lokalKekayaan LautKonservasi AlamPapuaTiyatiki
Karimah Iffia Rahman

Karimah Iffia Rahman

Alumni Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan Kebijakan Publik SGPP Indonesia. Karya pertamanya yang dibukukan ada pada antologi Menyongsong Society 5.0 dan telah menulis lebih dari 5 buku antologi. Founder Ibuku Content Creator (ICC) dan menulis di Iffiarahman.com. Terbuka untuk menerima kerja sama dan korespondensi melalui [email protected].

Terkait Posts

KB

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

20 Mei 2025
KB

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

20 Mei 2025
KB dalam Islam

KB dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version