• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Tradisi Ngurisang dalam Perayaan Maulid Nabi

Selain sarat akan makna, tradisi ini sekaligus merupakan bentuk nyata relasi antara agama dan budaya di masyarakat Sasak

Suci Wulandari Suci Wulandari
18/09/2023
in Pernak-pernik
0
Tradisi Ngurisang

Tradisi Ngurisang

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tradisi Ngurisang adalah tradisi mencukur rambut bayi dan anak kecil, baik laki-laki maupun perempuan, pada perayaan maulid Nabi (kelahiran Nabi Muhammad SAW) dan perayaan hari-hari besar Islam lainnya.

Pelaksanaan Ngurisang ini biasanya bertempat di masjid, musala, atau pesantren.

Sampai sekarang, Ngurisang tetap eksis di berbagai daerah di Nusa Tenggara Barat, termasuk di Sembalun, Lombok Timur.

Tradisi Ngurisang bertujuan untuk mendoakan dan membersihkan anak dari hal-hal yang tidak diinginkan. Selain sarat akan makna, tradisi ini sekaligus merupakan bentuk nyata relasi antara agama dan budaya di masyarakat Sasak.

Salah satu keistimewaan tradisi Ngurisang adalah proses pemotongan rambut  oleh tuan guru dan pemberian doa keberkahan dari para tokoh adat dan tokoh masyarakat setempat.

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

Prosesi Tradisi Ngurisang pada Perayaan Maulid Nabi SAW di Sembalun

Secara bahasa, kata Ngurisang berasal dari kata kuris, yang berarti cukur. Secara istilah, Ngurisang berarti proses pencukuran rambut bayi, baik laki-laki atau perempuan. Di Lombok, ada yang menyebutnya dengan istilah Ngurisang (Lombok Timur) dan Ngurisan (Lombok Tengah).

Pada masyarakat Sasak, tradisi Ngurisang seringkali disandingkan dengan akikah untuk anak.

Dalam ritual akikah, masyarakat mengawali Ngurisang dengan menyembelih binatang yang sudah dirias sedemikian rupa (di Sembalun misalnya, masyarakat merias hewan akikah layaknya pengantin perempuan).

Pelaksanaan Ngurisang dan akikah ini juga hanya pada bayi yang usianya tidak lebih dari enam bulan.

Adapun tradisi Ngurisang saat perayaan maulid Nabi SAW berbeda dengan tradisi Ngurisang akikah. Dalam perayaan maulid Nabi, anak-anak, laki-laki dan perempuan, mulai dari usia balita hingga usia antara lima sampai enam tahun, bisa mengikuti prosesi Ngurisang.

Sebelum memulai prosesi Ngurisang dalam perayaan Maulid Nabi SAW di Sembalun, masyarakat memulainya dengan membaca al-Barzanji dengan tujuan untuk menceritakan kembali sejarah kelahiran Rasulullah.

Di sela pembacaan al-Barzanji, warga setempat mengantarkan penamat, susunan makanan dengan hiasan bunga-bunga dan terdiri dari nasi kuning, aneka kue, dan buah-buahan.

Warga juga mengantarkan dulang, makanan dengan porsi lengkap lauk pauk untuk para tamu undangan perayaan maulid Nabi.

Setelah pembacaan al-Barzanji, masyarakat memulai prosesi Ngurisang secara massal.

Selama Ngurisang berlangsung, masyarakat mengiringinya dengan membaca sholawat “ShollAllah ‘ala Muhammad, ShollAllah ‘alaihi wa Sallam” dan lirik sholawat Mahallul Qiyam sebagai bentuk penghormatan kepada Rasulullah SAW.

Para tuan guru, ustadz, tokoh agama, dan tokoh masyarakat, membentuk barisan panjang dan bersiap melakukan Ngurisang.

Masyarakat, bisa inaq (ibu), amaq (ayah), papuk (kakek/nenek), yang anak atau cucunya akan Ngurisang juga berbaris rapi. Mereka membawa wadah berisi air dan bunga, serta gunting.

Setelah Tuan Guru memotong sedikit rambut si anak, tokoh adat dan tokoh masyarakat secara bergilir memberikan doa dengan mencelupkan tangannya pada wadah air bunga dan mengusapkannya pada ubun-ubun si anak.

Tradisi Ngurisang; Relasi Agama dan Budaya

Tradisi Ngurisang merupakan warisan nenek moyang yang tetap lestari. Pelaksanaannya dalam perayaan Maulid Nabi adalah bentuk tabarrukan (ngalap berkah) atas lahirnya Nabi Muhammad SAW.

Adapun harapannya adalah agar anak yang mengikuti Ngurisang menjadi anak yang saleh dan salehah, yang mewarisi akhlak karimah Rasulullah.

Tradisi Ngurisang ini menandakan adanya relasi antara agama dan budaya dalam penghayatan kehidupan. Interaksi keduanya menimbulkan timbal balik yang positif. Agama tidak bisa diimplementasikan tanpa budaya. Pun sebaliknya, pengembangan budaya juga harus dipandu dengan nilai-nilai agama.

Sebagaimana kita ketahui, praktik ajaran Islam di Indonesia sangatlah beragam. Hal ini karena Islam berkontekstualisasi ketika disampaikan kepada masyarakat. Pola relasi agama dan budaya di Indonesia lebih pada pengadopsian nilai-nilai substantif agama ke dalam budaya sehingga budaya mengalami penyesuaian.

Dalam proses Ngurisang, salah satu bahan yang harus tersedia adalah wadah berisi air dan bunga. Dan ini termasuk dari tradisi. Pemilihan bunga juga tidak sembarangan. Orang tua biasanya memilih bunga favorit banyak orang. Tidak tersedianya syarat ini mengurangi keafdhalan tradisi Ngurisang.

Bunga dalam Ngurisang ini melambangkan sifat manis dengan harapan masyarakat akan menyukai anak-anak mereka dalam kehidupan sehari-harinya.

Pemberian doa oleh tokoh adat dan masyarakat dengan terlebih dahulu mencelupkan tangannya pada wadah air bunga dan mengusapkannya pada ubun-ubun si anak juga merupakan bagian tradisi yang melekat pada Ngurisang. Ini dilakukan untuk mendoakan anak dan membersihkannya dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Selain itu, prosesi Ngurisang melambangkan bentuk syukur dan kebahagiaan orang tua kepada Allah atas karunia berupa anak.

Seorang anak yang sudah pernah Ngurisang saat akikah, bisa ikut ngurisang lagi di setiap ada perayaan Maulid Nabi dan kegiatan hari besar Islam lainnya. Tradisi ini tentunya berbeda dengan tradisi-tradisi di tempat lain yang hanya memungkinkan pemotongan rambut anak saat akikah saja. []

Tags: agamaBudayalombokMaulid NabiNgurisangRelasiTradisi
Suci Wulandari

Suci Wulandari

Dosen Ilmu al-Qur'an dan Tafsir di STAI Darul Kamal, Lombok Timur, NTB

Terkait Posts

KB

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

20 Mei 2025
KB

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

20 Mei 2025
KB dalam Islam

KB dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version