• Login
  • Register
Sabtu, 1 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Transformasi Para Princess Disney dan Ruang Imajiner Anak

Kisah-kisah Disney seringkali menjadi pedoman moral dan nilai sosial yang dianggap mapan sehingga mampu menggiring pembaca, khususnya anak-anak untuk mengintenalisasikan nilai budaya melalui tokoh-tokoh yang dijadikan idola bahkan panutan.

Cut Novita Srikandi Cut Novita Srikandi
25/11/2020
in Film, Pernak-pernik
0
mendongeng untuk anak
142
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kata ‘Disney’ melekat erat dalam ruang imajiner ‘kita’. Mengapa demikian? Sadar atau tidak, kebanyakan dari ‘kita’ sangat mengenal dan mengidolakan tokoh-tokoh dalam dongeng ciptaan Disney. Begitu melekatnya Disney dalam ingatan, membuat sebagian besar anak-anak khususnya perempuan, mendambakan hidup sebagai seorang princess layaknya yang digambarkan Disney dalam dongengnya.

Berwajah cantik, menarik, berpakaian indah, dan menjadi tuan putri yang senantiasa menunggu datangnya seorang pangeran untuk dijadikan permaisuri di dalam istana yang megah. Ya, Disney telah berhasil mengkonstruksi dunia imajiner anak-anak melalui keindahan yang ditawarkan dalam setiap dongengnya.

Snow White adalah princess yang pertama kali diciptakan oleh Disney pada tahun 1937. Seiring berjalannya waktu, Disney kembali menciptakan princess lainnya seperti Cinderella (1950), Aurora (1959) , Ariel (1989),Belle (1991), Jasmine (1992), Pocahontas (1995), dan Mulan (1998). Pada awalnya, Disney mengkonstruksi pola yang mirip dalam setiap cerita yang menghadirkan para princess-nya.

Mereka digambarkan sebagai perempuan anggun, berwajah cantik, lemah, pasif, selalu menjadi korban, dan selalu menunggu tokoh pangeran untuk datang menyelamatkannya. Pola semacam ini dapat dilihat pada kisah Cinderella, Aurora, Ariel, Belle, dan Jasmine. Konstruksi kisah princess kelima tokoh ini sangat melekat dalam ingatan anak-anak karena penggambaran mereka di dalam cerita-cerita begitu indah dan sempurna.

Tokoh Pocahontas dan Mulan digambarkan sangat berbeda dengan kelima tokoh di atas. Mereka adalah tokoh yang sudah mulai berani untuk mendobrak tradisi dan adat masyarakatnya. Terlebih tokoh Mulan, yang sudah mulai mempertanyakan bahkan mendobrak nilai-nilai patriarki dalam masyarakat terkait gendernya sebagai seorang perempuan yang selalu dianggap lemah.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Dalam Relasi Pernikahan, Perempuan Harus Menjadi Subjek Utuh
  • Dalam Al-Qur’an, Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Bekerja
  • Bisakah Perempuan Haid atau Nifas Mendapat Pahala Ibadah di Bulan Ramadan?
  • Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

Baca Juga:

Dalam Relasi Pernikahan, Perempuan Harus Menjadi Subjek Utuh

Dalam Al-Qur’an, Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Bekerja

Bisakah Perempuan Haid atau Nifas Mendapat Pahala Ibadah di Bulan Ramadan?

Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

Mulan yang diciptakan pada tahun 1998 dalam bentuk animasi, terlihat sangat berbeda dari tokoh-tokoh princess sebelumnya. Ia digambarkan sebagai perempuan yang kuat, pahlawan perempuan, petarung hebat, dan berhasil meraih kemenangan di medan perang. Mulan melawan patriarki dengan menawarkan nilai-nilai feminisme dalam setiap representasinya di dalam cerita.

Sayangnya, tokoh ini tidak terlalu diidolakan anak-anak perempuan seperti princess-princess Disney lainnya, termasuk saya sendiri yang dulu tidak terlalu tertarik dengannya. apa yang salah dari Mulan? Mungkin karena dari segi sinematografis, penggambaran animasi tokoh Mulan kurang berwarna seperti para princess sebelumnya.

Dari segi fisik, gaya berpakaian dan gaya rambut, Mulan kurang mendapat perhatian di hati anak-anak. Ini dapat pula terkait dengan ruang imajiner anak-anak yang menganggap seorang Princess selalu identik dengan segala sesuatu yang berbau keindahan, misalnya wajah cantik, menarik, dan gaun yang indah.

Pada tahun 2013, Disney kembali merilis sebuah film animasi yang berjudul Frozen. Dalam film ini terdapat dua tokoh utama perempuan, kakak beradik yang bernama Elsa dan Anna. Tokoh Elsa mendapat tempat khusus di hati anak-anak hingga saat ini. Seolah menggantikan para princess Disney yang cengeng sebelumnya, Elsa telah berhasil merebut perhatian anak-anak dan sukses menjadi idola di tengah mereka.

Tokoh Elsa digambarkan memiliki kecantikan yang luar biasa dengan gaun dan tatanan rambut yang indah. Namun berbeda dari lima princess sebelumnya yang digambarkan juga memiliki kecantikan yang luar biasa, Elsa bukanlah perempuan yang lemah dan selalu menunggu pangeran. Seperti halnya Mulan, ia adalah petarung yang hebat, dan merupakan pemimpin kerajaan menggantikan orang tuanya.

Tokoh Elsa juga merupakan representasi dari perempuan modern. Ia cantik, cakap, hebat, kuat, berani, dan tidak bergantung pada laki-laki. Apa yang ditawarkan Disney pada tokoh Elsa menyisipkan nilai-nilai baru yang tidak lagi terikat pada budaya patriarki dalam masyarakat.

Sebagaimana dongeng yang merupakan salah satu produk budaya yang dianggap sebagai gudangnya nilai-nilai dan perilaku yang berlaku di masyarakat, Disney telah berhasil mewujudkannya. Disney sebagai salah satu pelopor dongeng dunia telah berhasil membentuk ruang imajiner bagi anak-anak dalam memahami dunia sekitar.

Apalagi kisah-kisah Disney seringkali menjadi pedoman moral dan nilai sosial yang dianggap mapan sehingga mampu menggiring pembaca, khususnya anak-anak untuk mengintenalisasikan nilai budaya melalui tokoh-tokoh yang dijadikan idola bahkan panutan. Transformasi pada Princess ciptaan Disney juga menciptakan nilai-nilai baru bagi anak-anak perempuan, khususnya terkait kesadaran gender. Hal ini sangat baik mengingat ‘melek gender’ yang harusnya sudah diperkenalkan sejak dini pada setiap anak. []

Tags: Disneyfilm keluargaFilm MulanKisah Negeri DongengperempuanPerempuan Inspiratif
Cut Novita Srikandi

Cut Novita Srikandi

Alumni Women Writers Conference Mubadalah tahun 2019, Dosen dan Peneliti Sastra

Terkait Posts

Momen Ramadan

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

1 April 2023
kerja rumah tangga

Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga

1 April 2023
Pekerjaan rumah tangga suami istri

Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

1 April 2023
Rumah Tangga

Hadis Relasi Rumah Tangga

31 Maret 2023
Melestarikan Tradisi Nyadran

Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran

31 Maret 2023
Kemaslahatan Pernikahan

Dalam Ralasi Pernikahan Suami Istri Harus Saling Memberikan Kemaslahatan

31 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Melestarikan Tradisi Nyadran

    Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadis Relasi Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Kembali Hadis-hadis Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan
  • Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist