• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Wahai Manusia, Kepada Ayah, Berbaktilah!

Alkisah, suatu hari sang ayah, Nabi Ya'qub menjenguk putranya yang telah menjadi raja, Nabi Yusuf as. Melihat kedatangan sang ayah, Nabi Yusuf tidak berdiri menghormatinya. Maka kemudiaan Allah mewahyukan kepada Nabi Yusuf

Imam Nakhai Imam Nakhai
29/07/2021
in Keluarga
0
Ayah

Ayah

320
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Alkisah, suatu hari sang ayah, Nabi Ya’qub menjenguk putranya yang telah menjadi raja, Nabi Yusuf as. Melihat kedatangan sang ayah, Nabi Yusuf tidak berdiri menghormatinya. Maka kemudiaan Allah mewahyukan kepada Nabi Yusuf.

“Apakah kamu merasa jumawa sehingga tidak berdiri untuk menyambut ayah mu? Sungguh jika itu kau lakukan lagi, saya tidak akan menurunkan nabi-nabi dari tulang rusukmu”. Begitu keras teguran Allah kepada seorang anak yang tidak menghormati ayahnya. Kisah di atas juga mengajarkan bahwa berdiri untuk menghormati orang tua itu dianjurkan. Petikan kisah ini, dikutip al Ghazali ketika membicarakan “hak hak orang tua dan hak hak anak” di dalam kitab karya besarnya.

Dengan mengutip banyak riwayat (hadist dan atsar), al Ghazali menyakinkan bahwa orang tua memiliki hak-hak, sebagaimana juga anak. Nanti di era modern, di era hak asasi manusia juga ditegaskan “Bahwa orang tua memiliki hak untuk memastikan pendidikan agama dan moral bagi anak anaknya”.

Bahkan hak ini, menurut prinsip prinsip Sirakusa-Italia, bisa membatasi hak kebebasan anak untuk memilih agama dan keyakinannya. Kebebasan anak untuk memilih, dibatasi oleh hak kedua orang tua untuk memastikan pendidikan agama dan moral bagi anak anaknya.

Kembali kepada keharusan anak menghormati kedua orang tua, al Ghazali mengutip beberapa sabda Nabi:
بر الوالدين افضل من الصلاة والصدقة والصوم والحج والعمرة والجهاد في سبيل الله
Berbakti kepada kedua orang tua lebih utama dari shalat, sedekah, puasa, haji, umrah, dan jihad fi sabilillah.
Jika hadist ini shahih (saya lebih percaya pada imam Ghazali sih), maka begitu luar biasa keutamaan berbakti kepada kedua orang tua.

Baca Juga:

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

Sebaliknya juga begitu besar dosa anak yang mendurhakainya. Nabi bersabda:
اكبر الكباءر الاشراك بالله وعقوق الوالدين
Dosa terbesar adalah menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.

Diriwayatkan, suatu ketika Allah berfirman kepada Nabi Musa “Wahai Musa, barang siapa yang berbakti kepada kedua orang tua dan durhaka kepadaKu, maka aku tulis ia sebagai orang yang berbakti, sebaliknya, siapa yang berbakti kepadaKu tetapi durhaka kepada keduanya, maka aku tulis ia sebagai orang yang durhaka.

Terlalu banyak hadis juga ayat ayat al Qur’an yang menegaskan kewajiban menghormati kedua orang tua sekalipun berbeda, sekali lagi, sekalipun beda keyakinan. Ini juga penting diingatkan pada anak anak yang mengkafir-kafirkan atau membodoh-bodohkan orang tua hanya karena belajar agama kemarin sore.

Maka, berbahagialah, sahabat sahabat yang masih memiliki kedua atau salah satu orang tua. Namun juga tidak perlu sedih bagi yang belum sempat berbuat baik, atau ingin terus berbuat baik sepeninggal kedua orang tua.

Nabi bersabda:
وعن أَبي أُسَيد مالك بن ربيعة الساعدي رضي الله عنه، قَالَ: بَيْنَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم إذ جَاءهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلَمَةَ ، فَقَالَ: يَا رسولَ اللهِ، هَلْ بَقِيَ مِنْ برِّ أَبَوَيَّ شَيء أبرُّهُما بِهِ بَعْدَ مَوتِهمَا ؟ فَقَالَ: (( نَعَمْ، الصَّلاةُ عَلَيْهِمَا، والاسْتغْفَارُ لَهُمَا، وَإنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِما، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتي لا تُوصَلُ إلاَّ بِهِمَا، وَإكرامُ صَدِيقهمَا )) رواه أَبُو داود .

Ya Rasulullah, masihkah tersisa kesempatan bagiku untuk berbuat baik sepeninggal kedua orang tuaku? Nabi menjawab, ada, yaitu (1) doakan (bacakan shalawat) keduanya, (2) mohonkan ampun keduanya, (3) laksanakan janji-janjinya, (4) bersilaturrahim lah kepada orang orang yang telah diikat silaturrahim oleh keduanya, (5) hormati sahabat sahabat baik keduanya. Itulah cara yang diajarkan Nabi bagaimana menghormati kedua orang tua sepeninggalnya. Wallahu a’lam. []

Tags: ayahIbuKeluagaKeluarga BahagiaKesalinganKisah Nabiorang tuaRelasiSejarah Islam
Imam Nakhai

Imam Nakhai

Bekerja di Komnas Perempuan

Terkait Posts

Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Sakinah

Apa itu Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah?

26 Juni 2025
Cinta Alam

Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

21 Juni 2025
Perbedaan anak laki-laki dan perempuan

Jangan Membedakan Perlakuan antara Anak Laki-laki dan Perempuan

17 Juni 2025
Ibu Rumah Tangga

Multitasking itu Keren? Mitos Melelahkan yang Membebani Ibu Rumah Tangga

17 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID