Mubadalah.id – Eksistensi Tuhan dan kerasulan Muhammad SAW dalam ajaran Islam disebutkan bukan hanya untuk manusia semata, tetapi juga untuk alam semesta. Karunia alam raya ini oleh Tuhan diciptakan agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh manusia.
Karena itu, alam raya yang menyimpan berbagai potensi ini harus kita lestarikan sebagai karunia Tuhan yang berisi berbagai sumber energi kehidupan yang menjadi syarat utama keberlangsungan hidup.
Terkait dengan hal ini, ada dua istilah yang sering kita gunakan untuk menjabarkan kebesaran Tuhan berupa karunia alam semesta yang merupakan sumber utama energi kehidupan makhluk.
Pertama, kata rabbul ‘alamin (Tuhan semesta alam). Tuhan menyifati-Nya dalam Kitab Suci al-Qur’an sebagai Tuhan semesta alam. Jadi, Allah SWT pada hakekatnya bukan Tuhan untuk manusia, apalagi sekelompok manusia, saja. Melainkan Tuhan bagi seluruh alam: semuanya sama dan setara di hadapan Tuhan. Semua makhluk, Allah SWT berikan pelayanan.
Kasih dan sayang Allah SWT tercurah secara adil untuk seluruh umat manusia, tidak membeda-bedakan atas dasar agama, etnik, gender, ideologi, atau lainnya. Bukan sekadar manusia, alam (flora, fauna, air, udara, tanah, dil) juga dalam kasih dan sayang. Serta keseimbangan Allah SWT yang Maha Rahman dan Rahim.
Kedua, kata rahmatan lil ‘alamin (rahmat untuk semesta alam). Dunia ini tidak hanya dihuni oleh satu jenis makhluk, tetapi oleh jumlah makhluk yang tak terhingga. Tidak satu pun dari semua itu terlepas dari jangkauan rahmat Allah.
Manusia telah Allah berikan amanat untuk mewujudkan segala perilakunya dalam rangka kasih sayang terhadap seluruh alam. Manusia harus bertindak berdasarkan kasih sayang terhadap seluruh alam.
Apabila makna rabbul ‘alamin dan rahmatan lil ‘alamin kita pahami dengan baik, tentu manusia tidak akan tega merusak alam semesta ini. Hal ini karena sejatinya manusia dan alam adalah makhluk Tuhan yang saling membutuhkan, dan saling bergantung. Serta harus hidup secara harmonis, selaras, juga seimbang. []