• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Harapan dan Apresiasi atas Pelantikan Rektor Baru ISIF

Saya kira, dengan apa yang telah dilakukan Nyai Afwah, Kiai Marzuki memperoleh dasar pijakan yang  kuat untuk melangkah lebih jauh mengembangkan ISIF ke arah yang dicita-citakan para pendiri ISIF

Helmy Ali Helmy Ali
29/08/2021
in Pernak-pernik
0
ISIF

ISIF

147
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa malam  yang lalu, tepatnya pada 25 Agustus 2021, saya ikut acara (online) pelantikan rektor baru ISIF (Institute Studi Islam Fahmina) Cirebon Kiai Marzuki Wahid.  Secara keseluruhan meriah dan bersemangat. Tetapi ada moment-moment yang terasa sakral; misalnya ketika Kiai Faqih membaca SK pelantikan (kebetulan saya berada di disampingya ketika dia membaca SK) itu.

Saya kira bersama rektor baru ini ISIF  menginjakkan kaki pada  era baru (yang bertumpu pada teknologi informasi), yang penuh tantangan; dan sangat berbeda dengan masa-masa sebelumnya.

Tetapi dengan semangat dan dukungan dari berbagai pihak (keluarga dan stakeholder Fahmina) yang ditunjukkan atdi malam (saya kira ini bisa menjadi energi yang sangat besar, jika bisa dikelolan dengan baik), dan dengan kapasitas serta karakter yang dimilikinya (memenuhi segala syarat dan cukup kuat mengatasi tantangan zaman), saya kira Kiai Marzuki bisa melangkah lebih jauh membawa ISIF sebagaimana yang diharapkan banyak orang.

Apalagi Kiai Marzuki sudah mempunyai dasar pijakan yang cukup kuat, untuk melangkah lebih jauh, dengan  pondasi mantap dengan bangunan di atasnya yang ditinggalkan oleh Rektor sebelumnya, yakni Ibu Nyai Dr. Afwah Mumtazah.

Menurut saya Nyai Afwah ini luar biasa. Nyaris sempurna (tentu tak ada yang sempurna).  Dia telah membawa ISIF sampai kepada tingkat tertentu, berdiri kokoh, bergengsi dan dihormati (dalam dunia Perguruan Tinggi) pada masa-masa sulit, (terjebak diantara kebutuhan praktis dan kepentingan idealisme). Ini bukanlah pekerjaan mudah. Apalagi Ibu Nyai Afwah, pada awalnya, seperti (di)datang(kan) diam-diam dari negeri antah berantah, dan ditempatkan di sebuah persimpangan jalan, sendirian, tanpa diberi bekal yang cukup memadai.

Baca Juga:

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Tetapi secara pelan dan pasti dia menunjukkan kapasitasnya, dan berhasil membawa ISIF ke bentuk sekarang ini. Itu saya kira karena karakter kepemimpinannya. Dia jernih melihat persoalan,  setia pada cita-cita, memegang komitmen, teguh pada pendirian; maka dia berani menghadapi tantangan, berani mengambil dan menerima resiko, penuh insiatif, dan tidak mudah goyah dengan berbagai macam provokasi yang berseliweran disekitarnya.

Dia  ikhas dan tidak egios, sehingga bersedia berkorban untuk ISIF;  tidak hanya pikiran, tenaga, waktu  yang dicurahkan untuk ISIF, tetapi juga materi. Padahal dia sendiri juga menangani Pondok Pesantrennya  yang cukup besar, secara langsung. Saya tidak bisa membayangkan seperti apa ISIF sekarang ini, jika tidak dinakhodai oleh Ibu Nyai Afwah. Dia memang memiliki karakter kepemimpinan yang dibutuhkan dalam membangun dan mempertahankan institusi yang berada dalam masa tidak stabil, dengan keseimbangan yang mencemaskan.

Sangat membanggakan mengenal dan berkawan dengan Nyai Afwah, dan apa yang telah dilakukannya selama ini. Saya mengenalnya dari dekat dalam waktu yang relatif cukup lama; mulai, ketika dia mengambil bagian dalam proses Pendidikan Ulama Perempuan Rahima yang memang bertujuan membangun karakter kepemimpinan ulama perempuan.

Saya kira, dengan apa yang telah dilakukan Nyai Afwah, Kiai Marzuki memperoleh dasar pijakan yang  kuat untuk melangkah lebih jauh mengembangkan ISIF ke arah yang dicita-citakan para pendiri ISIF. Sebagai bagian dari keluarga besar Fahmina saya harus mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nyai Afwah atas apa yg telah diberikan ke ISIF. Dan selamat untuk Kiai Marzuki. Terima kasih telah bersedia menerima mandat ini. Semoga sukses. []

 

Tags: isifKepemimpinan PerempuanPendidikan Ulama Perempuanrahimaulama perempuanYayasan Fahmina
Helmy Ali

Helmy Ali

Penulis bekerja di Rahima Jakarta

Terkait Posts

Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Boys Don’t Cry

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

2 Juli 2025
Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID