Mubadalah.id – Manusia hanyalah makhluk lemah nan papa tanpa sifat Ar Rahman dan Ar Rahim Allah, dimana Sang maha pencipta dengan kasih Nya, selalu ada bagi tiap hamba. Yang begitu dekat dengan hamba, sebagaimana yang Allah katakan dalam firmannya QS. Qaf [50]: 16
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهنَفْسُه ۖوَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ
Artinya:
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”
Dari sekian banyak sifat-sifat Allah yang telah disematkan kepada-Nya, ada dua sifat Allah yang akan menjadi pembahasan dua tulisan ini, yaitu sifat Ar Rahman dan Ar Rahim yang terdapat dalam QS. Al-Fatihah [1]: 3.
Sebuah ulasan menarik tentang QS. Al-Fatihah [1]: 3 yang dipaparkan oleh M. Quraish Shihab – salah satu mufassir Indonesia- dalam Tafsir Al-Mishbah. Ayat tersebut berbunyi,
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ
Artinya:
“Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,”
Seputar Akar Kata Sifat ar Rahman dan ar Rahim
M. Quraish Shihab menerangkan, beberapa ulama ada yang berpendapat jika kata sifat ar Rahman dan ar Rahim memiliki akar kata yang sama, yakin kata Rahmat. Namun ada pula yang berpendapat kalau kata ar Rahman tidak memiliki akar kata. Oleh karena itu menurut pendapat ini orang-orang musyrik tidak mengenal siapa ar Rahman sebagaimana yang tertulis dalam firmannya pada QS. Al-Furqan [25]: 60.
Kelompok ini pula berpendapat jika kata ar Rahman ini berasal dari bahasa ibrani رخمان (dengan titik atas pada huruf ha) dan oleh karenanya pada basmallah yang terdapat di ayat pertama dalam Surat Al-Fatihah diikuti dengan kata ar-Rahim untuk menerangkan maknanya.
Di sisi lain, M. Quraish Shihab lebih condong kepada pendapat jika kata sifat ar Rahman dan ar Rahim berasal dari akar kata yang Rahmat. Hal ini berdasarkan sebuah hadis qudsi, Allah berfirman,
“Aku adalah ar Rahman, aku menciptakan Rahim, Ku ambilkan untuknya nama yang berakar dari nama Mu, siapa yang menyambungnya (silaturrahim) akan Ku sambung (rahmat-Ku) untuknya, dan siapa yang memutuskannya Kuputuskan (rahmat Ku baginya)” (HR. Abu Daud).
Interpretasi Sifat Ar Rahman dan Ar Rahim dalam Q.S 1:3
Pada ayat ke dua dalam QS. Al-Fatihah [1], yang menjadi pembahasan oleh para mufassir terkait pemeliharaan dan pendidikan Allah lakukan kepada hambanya. Maka dilanjutkan ayat setelahnya yang mengulas rahmat dan kasih sayang Allah.
Bukankan pemeliharaan dapat diaplikasikan dengan baik jika diiringi dengan rahmat dan kasih sayang?
Pemeliharaan Allah kepada hambaNya bukan semau-mauNya saja, melainkan sejalan dengan rahmat serta kasih sayang yang selalu dilimpahkan olehNya.
Dalam Tafsir Al Mishbah, mengulas jika ayat ketiga dari QS. Al-Fatihah [1]. Karena tujuan dari ayat ini ialah sebagai penjelas jika pendidikan dan pemeliharaan yang Allah lakukan, sebagaimana ulasan dalam QS. Al-Fatihah [1]: 2, sekali-kali tidak dimaksudkan atas kepentingan Allah. Karena pemeliharaan dilakukan semata-mata hanyalah cucuran rahmat dan kasih sayang Tuhan kepada hamba Nya.
M. Quraish Shihab juga mengungkapkan makna lain dari sifat ar Rahman dan ar Rahim ini. Penegasan terhadap ar Rahman dan ar Rahim bertujuan untuk menghilangkan kesan atau anggapan dari kata Rabb (terdapat dalam QS. Al-Fatihah [1]: 2) yang bermakna Tuhan memiliki kekuasaan mutlak condong terhadap sifat semena-mena.
Penyebutan sifat ar Rahman dan ar Rahim seakan meleburnya menjadi satu antara sifat kekuasaan mutlak Tuhan dengan sifat rahmat dan kasih sayangnya. Maka kesan yang diberikan ialah Allah mengajak para hamba-Nya untuk hadir ke hadapan-Nya agar memperoleh ridha dari Nya, dan menjadikan hati tiap makhluknya lebih tenang, dan lapang karena ia selalu ada untuk hamba Nya.
Oleh karena itu M. Quraish Shihab mengingatkan, setiap kali seorang hamba mengucapkan kata sifat ar Rahman dan ar Rahim, jiwanya akan diisi oleh Allah dengan limpahan rahmat dan kasih sayang. Dan di saat itu pula rahmat dan kasih sayangnya akan terpancar dalam bentuk aktivitas-aktivitas yang dilakukan.
Dapat pula dipahami bahwa jika seseorang benar-benar menghayati jika Allah adalah ar Rahman, yakni Allah telah memberikan rahmat kepada tiap-tiap ciptaanNya di setiap sisi kehidupan, karena Allah adalah ar Rahim, yakni melekat pada Diri Nya sifat rahmat. Jika seorang menghayati kedua sifat ini, maka pribadi dari seseorang ini akan terus berupaya agar dapat mencerminkan kedua sifat ini dalam pribadinya. Wallahu ‘alam bi asshawab. []