• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Dr. KH. Faqihuddin Abdul Kodir dan Qiraah Mubadalah (Bagian 2)

Mamang Haerudin Mamang Haerudin
06/09/2019
in Publik
1
Dr. KH. Faqihuddin Abdul Kodir dan Qiraah Mubadalah (Bagian 2)
259
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Dr. KH. Faqihuddin Abdul Kodir merupakan lulusan kampus di Syiria, S2 di IIU Malaysia dan S3 di Universitas Gajah Mada (UGM). Pak Faqih juga belajar di Pesantren Dar Al-Tauhid, Arjawinangun, asuhan KH. Husein Muhammad. Jadi Pak Faqih mempunyai latar belakang keilmuan yang khas dan sempurna.

Keilmuannya terbukti ketika pak Faqihuddin Abdul Kodir sangat produktif menulis buku. Maka buku Qiraah Mubadalah pantas ketika saya anggap menjadi magnus opusnya Pak Faqih. Buku yang secara komprehenship merunut sebuah metodologi pembacaan teks dan realitas yang tidak adil menuju adil terhadap perempuan dan kemanusiaan.

Sepanjang saya belajar di mana pun, saya belum pernah menemukan dosen atau sosok cerdik-cendekiawan yang konsisten dalam berkarya dan memperjuangkan hak-hak perempuan dan kemanusiaan. Pak Faqih-lah jawabannya. Saya sangat apresiatif terhadap Pak Faqih.

Dan saya merasa takjub manakala qiraah Mubadalah mulai direspon dan diakui dunia. Salah satunya ketika salah satu LSM di Malaysia, Sisters in Islam namanya, justru menjadi lembaga yang turut menduniakan qiraah Mubadalah. Bahkan sebelumnya, Pak Faqih telah berkeliling ke beberapa Negara di Eropa untuk terus mendakwahkan Mubadalah.

Lalu apa urgensi Mubadalah? Ya Mubadalah merupakan konsepsi metodologi yang sangat efektif untuk menghadapi tafsir dan realitas yang tidak adil terhadap perempuan dan kemanusiaan. Bahkan Mubadalah melampaui tafsir sebab ia juga berbicara soal pemihakan terhadap siapapun yang mengalami kezaliman. Mubadalah juga mengedepankan makna dan hikmah. Ia merupakan cara baca yang tetap berangkat dari teks (Al-Qur’an dan hadits, kitab kuning) untuk kemudian mendapatkan kontekstualisasi sehingga tafsir atas teks tersebut akan senantiasa sesuai dengan segala zaman.

Baca Juga:

Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

Saya mengajak agar kita sekalian terus berjuang untuk tegaknya nilai-nilai keadilan bagi perempuan dan kemanusiaan. Terlebih atas konsepsi Mubadalah. Saya juga mengajak, bacalah buku Qiraah Mubadalah karya Pak Faqih. Mari kita buktikan kepada dunia bahwa Islam dan Indonesia itu satu nafas untuk menghadirkan kehidupan yang adil terhadap manusia dan kemanusiaan. Saya juga berdoa semoga upaya intelektual berharga dari Pak Faqih ini dapat bermafaat bagi khazanah intelektual dunia. Saya juga akan terus ikut mendakwahkannya, terus berkarya untuk Indonesia dan kemanusiaan.[]

Mamang Haerudin

Mamang Haerudin

Penulis, Pengurus LDNU, Dai Cahaya Hati RCTV, Founder Al-Insaaniyyah Center & literasi

Terkait Posts

Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Konten Kesedihan

Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

3 Juli 2025
SAK

Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Beda Keyakinan

    Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID