Mubadalah.id – Sebagai seorang perempuan yang memiliki banyak aktivitas di luar rumah dan sekaligus seorang ibu dengan anak-anak kecil, pengalaman saya ketika datang ke masjid yang tidak ramah terhadap perempuan dan anak-anak adalah sangat menantang.
Salah satu masalah yang sering terjadi adalah kondisi tempat wudu yang licin dan berbahaya bagi anak-anak. Saya sering merasa cemas ketika melihat anak-anak saya berusaha untuk mengambil wudhu di sana, khawatir mereka akan terpeleset.
Selain itu, tempat salat yang terletak di lantai dua tanpa akses yang nyaman bagi ibu hamil atau perempuan yang membawa anak kecil adalah masalah serius lainnya. Saya sering kali merasa kesulitan untuk mencapai lantai dua dengan aman, dan hal ini tentu saja menjadi hambatan dalam beribadah dengan khusyuk.
Tidak hanya itu, ketidakramahan masjid juga tercermin dalam fasilitas wudu yang tidak terpisah antara laki-laki dan perempuan serta kamar mandi yang kurang higienis. Hal ini menciptakan suasana yang tidak nyaman bagi perempuan yang ingin menjalankan ibadah dengan baik. Apalagi di beberapa masjid ada plank bertuliskan “anak-anak dilarang bermain-main, berlari-lari atau membuah kegaduhan/kebisingan”.
Sebagai seorang ibu, saya merasa sangat penting untuk membawa anak-anak saya ke masjid agar mereka bisa belajar tentang agama. Tetapi kondisi yang tidak ramah seperti ini sering kali membuat saya meragukan keputusan tersebut. Masjid seharusnya menjadi tempat yang mendukung dan menyambut semua jamaah, tanpa memandang jenis kelamin atau usia, dan kondisi seperti ini jelas mengecewakan.
Mengapa Masjid Ramah Perempuan dan Anak Penting?
Sebelum kita membahas apakah masjid sudah ramah perempuan dan anak-anak, penting untuk memahami mengapa hal ini begitu penting. Masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat komunitas bagi umat Islam. Oleh karena itu, mereka seharusnya mencerminkan nilai-nilai kesetaraan dan inklusi yang diajarkan oleh Islam.
Pertama-tama, perempuan adalah bagian integral dari masyarakat Muslim. Mereka beribadah dan memiliki hak yang sama dalam menjalankan ajaran agama. Oleh karena itu, masjid harus memberikan akses yang setara bagi perempuan dalam menjalankan ibadah mereka. Ini mencakup akses fisik ke masjid, tempat ibadah yang nyaman, serta peluang untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan dan sosial di masjid.
Kedua, anak-anak adalah generasi penerus umat Islam. Masjid seharusnya menjadi tempat yang ramah dan mendukung bagi anak-anak untuk belajar tentang Islam, mengembangkan nilai-nilai agama, dan merasa terlibat dalam kegiatan sosial yang positif. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan edukatif bagi anak-anak di dalam masjid adalah investasi dalam masa depan komunitas Muslim.
Tantangan dalam Menciptakan Masjid Ramah Perempuan dan Anak
Meskipun penting, menciptakan masjid ramah perempuan dan anak-anak bukanlah tugas yang mudah. Ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi oleh komunitas Muslim dalam upaya ini.
Pertama, Tradisi dan Budaya. Beberapa masjid masih mendasarkan praktik mereka pada tradisi yang lebih konservatif, yang dapat membatasi peran perempuan dan anak-anak dalam masjid. Budaya patriarki yang kuat juga dapat menjadi hambatan dalam menciptakan inklusivitas.
Kedua, keterbatasan sumber daya. Beberapa masjid mungkin memiliki keterbatasan sumber daya finansial dan manusia untuk melakukan perubahan yang diperlukan. Ini termasuk membangun fasilitas yang ramah anak-anak, menyediakan tenaga pengajar untuk anak-anak, dan melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan di masjid.
Ketiga, resistensi terhadap perubahan. Perubahan selalu sulit, dan ada kemungkinan resistensi terhadap usaha untuk menjadikan masjid lebih inklusif. Beberapa orang mungkin merasa tidak nyaman dengan perubahan atau merasa bahwa ini melanggar tradisi mereka.
Langkah-langkah Menuju Masjid yang Ramah Perempuan dan Anak
Meskipun ada tantangan, banyak masjid di seluruh dunia telah mengambil langkah-langkah positif untuk menjadi lebih inklusif. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk menciptakan masjid yang ramah bagi perempuan dan anak-anak.
Pertama, membangun fasilitas yang ramah anak-anak. Masjid dapat menyediakan ruang bermain anak-anak yang aman dan sesuai usia dapat membantu orang tua dalam beribadah tanpa gangguan. Sejauh pengalam saya ada Masjid Raya Mujahidin di kota Bandung yang menyediakan ruang laktasi dan ada Masjid Islamic Center UAD yang menyediakan penitipan anak saat pelaksanaan salat Tarawih
Kedua, pendidikan dan kesadaran. Menyelenggarakan program pendidikan Islam yang sesuai usia untuk anak-anak dapat membantu mereka memahami ajaran agama dengan cara yang lebih menyenangkan dan mudah dicerna. Selain itu penting untuk mengedukasi jamaah tentang pentingnya inklusivitas dalam masjid dan bagaimana hal ini sejalan dengan ajaran Islam.
Ketiga, partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan. Mengikutsertakan perempuan dalam pengambilan keputusan di masjid dapat membantu memastikan bahwa perspektif mereka dihargai dan bahwa kebutuhan mereka dipertimbangkan.
Terakhir, mendorong kepemimpinan perempuan. Mendukung perempuan untuk mengambil peran aktif dalam kepemimpinan masjid, dan komite-komite terkait dapat membantu mempromosikan kesetaraan.
***
Masjid sebagai pusat ibadah dan komunitas harus menjadi tempat yang ramah bagi semua umat Islam, termasuk perempuan dan anak-anak. Meskipun ada tantangan dalam menciptakan masjid yang ramah perempuan dan anak-anak, langkah-langkah konkret dapat diambil untuk mencapai tujuan ini.
Dengan kesadaran, pendidikan, dan komitmen, kita dapat menjadikan masjid tempat yang inklusif dan mendukung bagi seluruh umat Islam. Dengan demikian, kita akan membangun komunitas Muslim yang lebih kuat, berdaya, dan meresapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. []
*Disclaimer : tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mewakili Lembaga/organisasi