• Login
  • Register
Jumat, 27 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Kisah Khuzaimah Ibn Tsabit yang Bergelar Dza Al-Syahadatain

Atas dasar inilah Rasulullah saw menetapkan kesaksian khuzaimah setara dengan kesaksian dua orang laki-laki dewasa

Raehanun Raehanun
15/01/2024
in Hikmah
0
Khuzaimah Ibn Tsabit

Khuzaimah Ibn Tsabit

2.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Khuzaimah Ibn Tsabit merupakan sahabat Rasulullah saw yang satu-satunya nilai kesaksian dia sebanding dengan kesaksian dua orang laki-laki. Rasulullah Saw tidak serta merta memberikan keistimewaan ini kepada khuzaimah. Tentu saja ada sebab yang membuat Rasulullah saw mengatakan bahwa kesaksian khuzaimah setara dengan kesaksian dua orang laki-laki.

Kronologi

Suatu hari Rasulullah Saw membeli seekor kuda dari seorang Badui. Setelah melakukan transaksi jual beli dan melunasi harga jual yang telah disepakati, Rasulullah segera berjalan. Akan tetapi, anehnya orang badui tersebut memperlambat jalannya. Lalu datanglah beberapa orang yang menemui si badui untuk menawar harga kudanya, karena mereka tidak tahu jika kuda tersbut telah dibeli oleh Nabi.

Maka si badui itu berteriak memanggil Nabi saw, “Hai Muhammad! Jika sekiranya engkau serius membeli kudaku ini, maka bayarlah segera. Kalua tidak, aku akan menjualnya kepada orang lain.”

Mendengar perkataan orang Badui tersebut, lantas Rasulullah saw berkata,

”Bukankah aku telah membeli kuda itu darimu?”

Baca Juga:

Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang

Kisah Ibunda Hajar dan Sarah dalam Dialog Feminis Antar Agama

Tujuan Utama Rumah Tangga Menurut Al-Qur’an

Menyemarakkan Ajaran Ekoteologi ala Prof KH Nasaruddin Umar

“Tidak, demi Tuhan! aku belum menjual kuda ini kepadamu”, Jawab si Badui.

“Sungguh, aku telah membelinya darimu,” tegas Nabi saw.

“Datangkanlah seorang saksi!”, pinta orang Badui.

Maka majulah Khuzaimah Ibn Tsabit memberikan kesaksiannya dengan mengatakan, “Sungguh, aku menyaksikan bahwa engkau telah membelinya Ya Rasulullah!”, ucapnya lantang.

Setelah orang-orang yang berkerumun membubarkan diri, Rasulullah saw bertanya kepada Khuzaimah, “Atas dasar apa kamu bersaksi, sedangkan kamu tidak hadir ketika berlangsungnya transaksi antara aku dan si badui itu?”.

“Atas dasar keyakinanku akan kebenaranmu Ya Rasulullah! Mungkinkah aku mempercayaimu terkait segala berita dari langit yang engkau bawa. Lalu aku mendustakanmu dalam masalah ini?”, jelas Khuzaimah.

Atas dasar inilah Rasulullah saw menetapkan kesaksian Khuzaimah setara dengan kesaksian dua orang laki-laki dewasa. Sejak saat itulah Khuzaimah mendapat sebutan “Dza al-Syahadatain”, atau orang yang mengantongi hak dua kesaksian.

Pembukuan Ayat Al-Qur’an

Lantaran kisah Khuzaimah, maka dilakukanlah pembukuan ayat Al-Qur’an dalam surah Al-Ahzab ayat 23 yang artinya :

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada yang menunggu, sedangkan mereka tidak mengubahnya sedikit pun, (tetap konsisten pada janjinya),” (QS al-Ahzab [33] : 23).

Ayat di atas tidak kita temukan kecuali dalam dada khuzaimah Ibn Tsabit. Maka para sahabat menganggap kesaksian saksi yang satu ini sama dengan kesaksian dua orang laki-laki berdasarkan penetapan dari Nabi saw.

Pelajaran dari Kisah Khuzaimah

Lalu apa yang bisa kita pelajari dari kisah sahabat nabi yang satu ini? yaitu Keimanan dan kepercayaan beliau kepada Nabi Muhammad Saw patut kita teladani. Walau kita tidak pernah bertemu dengan beliau seperti halnya Khuzaimah yang saat itu sering bertemu dengan Rasulullah. Tapi kita bisa mengenal Rasulullah lewat akhlak, tutur kata, perilaku serta ajaran beliau mengenai Islam dan segala sesuatu yang berkaitan denganya.

Ingat kata Khuzaimah tatkala Nabi saw bertanya mengenai dasar kesaksian yang ia berikan. Padahal saat itu khuzaimah tidak menyaksikan transaksi yang dilakukan Nabi.

“Atas dasar keyakinanku akan kebenaranmu Ya Rasulullah! Mungkinkah aku mempercayaimu terkait segala berita dari langit yang engkau bawa. Lalu aku mendustakanmu dalam masalah ini?”.

Jawaban yang sangat cerdas, lugas dan tulus dari hati. Perkataan ini hanya bisa dikatakan oleh seseorang yang sudah mempercayai kebenaran dan keyakinan terhadap kekasihnya. Sikap ini yang perlu kita contoh dari khuzaimah, mempercayai walau tidak pernah berjumpa. Meyakini kebenaran risalah Nabi, menjalankan ajaran nabi Muhammad Saw terutama dalam perjanjian, serta mencintai kekasih Allah swt yakni Nabi Muhammad Saw.

Jika nabi saja mengatakan rindu dan ingin berjumpa dengan umatnya yang berada di akhir zaman, lantas mengapa kita tidak merindukan beliau? Semoga kelak kita menjadi umat yang diakui Nabi Saw. Aamiin. []

 

Tags: al-quranDza Al-SyahadatainislamKhuzaimahQS. Al-Ahzab ayat 23Rasulullah SAWsejarah
Raehanun

Raehanun

Terkait Posts

Fitnah Perempuan

Meluruskan Pemahaman Keliru terhadap Konsep Fitnah Perempuan

26 Juni 2025
perempuan adalah fitnah

Menimbang Ulang Makna Fitnah: Tubuh Perempuan Bukan Sumber Keburukan

26 Juni 2025
Perempuan yang rentan

Saat Fikih Menjadikan Perempuan Kelompok Paling Rentan

25 Juni 2025
Fitnah Perempuan

Mengurai Bias Fitnah Perempuan dalam Wacana Keislaman

25 Juni 2025
Khitan Perempuan

Khitan Perempuan: Upaya Kontrol atas Tubuh Perempuan

25 Juni 2025
Sehat

Membangun Kehidupan yang Sehat Dimulai dari Keluarga

24 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nurhayati Subakat

    Nurhayati Subakat, Perempuan Hebat di Balik Kesuksesan Wardah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menafsir Ulang Perempuan Shalihah: Antara Teks dan Konteks

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Dari Androsentris ke Bisentris Histori: Membicarakan Sejarah Perempuan dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia
  • Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan
  • Apa itu Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah?
  • Nurhayati Subakat, Perempuan Hebat di Balik Kesuksesan Wardah
  • Menafsir Ulang Perempuan Shalihah: Antara Teks dan Konteks

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID