Mubadalah.id – Dalam Islam, banyak sekali catatan-catatan sejarah yang menjelaskan para perempuan awal Islam atau masa kenabian, yang memainkan peran politik yang cukup penting.
Di antara peran mereka adalah dukungan kuat terhadap proses kelahiran komunitas muslim di Mekkah, ikut serta berhijrah mencari suaka politik dari kekuasaan di luar Mekkah, pembentukan komunitas Madinah dan pertahanan diri dari serangan musuh. Termasuk peran mereka dalam menentukan kebijakan penanganan masyarakat Madinah. (lihat: al-Qaradhawi, Min Fiqh ad-Dawlah fi al-Islam, 1997: Dar asy-Syuriq, Beirut, hal. 161-162).
Tulisan ini menjelaskan lebih lanjut argumentasi yang kedua. Dengan mengetengahkan teks-teks hadis yang mencatat kiprah-kiprah aktif perempuan awal Islam, atau masa kenabian, di wilayah publik.
Catatan ini menjadi sangat penting, untuk mempertegas bahwa wilayah publik bagi perempuan adalah bukan sesuatu yang haram. Bahkan mungkin saja, menjadi awal dari suatu perubahan ke arah yang lebih baik dan lebih adil. Serta menjamin kesejahteraan bagi masyarakat banyak.
Masa Nabi Saw
Dalam berbagai catatan sejarah, orang yang pertama kali beriman kepada Nabi Muhammad SAW adalah Khadijah binti Khuwailid ra., perempuan agung yang memberikan dukungan penuh terhadap risalah kenabian.
Ketika Nabi SAW masih merasa ragu, khawatir, dan diselimuti rasa takut ketika menerima wahyu awal melalui malaikat Jibril AS, Khadijah lah yang meyakinkan:
“Tenanglah wahai anak pamanku, dan tabalilah. Demi Dzat yang menguasai Khadijah, aku yakin kamu terpilih menjadi Nabi bagi umat ini”. (Ibn Hisyam, As-Sirah an-Nabawiyyah, 1/191).
Kemudian Khadijah ra menenangkan Nabi SAW. Ia membawa beliau bertemu Pendeta Waraqah bin Nawfal, yang bisa meyakinkan bahwa yang ditemui Nabi SAW adalah benar Malaikat Jibril seperti yang juga datang kepada Nabi Musa AS.
Ketika Nabi SAW masih juga khawatir jika yang datang bukanlah malaikat. Tetapi sesuatu yang juga datang kepada para peramal (kahin) Arab, Khadijah sekali lagi meyakinkan. Nabi SAW sempat berkata:
“Wahai Khadijah, tidak ada sesuatu yang paling aku benci kecuali berhala dan para peramal itu. Aku khawatir aku akan diangkat menjadi peramal”. “Tidak,” kata Khadijah.
“Demi Allah, Dia tidak akan menghina kamu, karena kamu adalah orang yang baik terhadap keluarga, suka menjamu tamu, berani mengambil tanggung jawab besar, memberi orang yang kekurangan dan membantu orang-orang kesusahan. Kamu memiliki banyak sifat-sifat yang baik, yang dengan itu, kamu sama sekali tidak akan didatangi setan,” sambung Khadijah. (lihat: Amin Duwaidar, Sinwwarun min Hayat ar-Rasul, hal. 123). (Teks hadis diriwayatkan Imam Bukhari, lihat pada Kitab Nikah, Bab Man Qila La Nikdha illa bi Waliyyin).