Kita diberikan hak untuk memanfaatkannya. Namun, agama juga menyatakan bahwa di dalam milik kita yang merupakan pemberian Tuhan itu, ada hak milik orang lain yang tertindas, yang tidak beruntung dan yang terlunta-lunta.
Mubadalah.id – Indonesia hari ini masih terus diimpit nestapa. Kemiskinan dan keterbelakangan masih terus menggelayut begitu masif dan menghantui masa depan masyarakatnya.
Indonesia adalah negeri yang aneh. Betapa tidak? Seluruh warga negeri ini adalah orang-orang yang beragama dan semua agama pasti dan elalu membawa misi pembebasan manusia dari ketertindasan dan mendeklarasikan prinsip-prinsip kemanusiaan.
Agama Islam mengajarkan kepada umat manusia untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dan untuk mendapatkan rezeki sebesar-besarnya. “Begitu usai shalat, bergeraklah mencari anugerah Tuhan,” kata al-Qur’an.
Bahkan, semua yang ada di muka bumi ini adalah milik Tuhan dan dihadiahkan untuk manusia dan makhluk-Nya yang lain.
Kita diberikan hak untuk memanfaatkannya. Namun, agama juga menyatakan bahwa di dalam milik kita yang merupakan pemberian Tuhan itu, ada hak milik orang lain yang tertindas, yang tidak beruntung dan yang terlunta-lunta. Hak milik orang lain itu harus kita berikan. Nabi Muhammad Saw mengatakan:
“Siapa saja yang membebaskan kesusahan dan kesulitan hidup seseorang yang beriman, Tuhan akan membebaskan kesusahannya pada hari kiamat. Siapa saja yang meringankan beban hidup orang lain, Allah akan meringankan segala urusannya di dunia dan akhirat. Tuhan senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim).”
Jangan Merendahkan
Agama juga memperingatkan manusia agar tidak menganiaya dan merendahkan orang lain, tidak menipu dan tidak mengambil hak orang lain dengan jalan yang salah. Allah Swt berfirman,
وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ
“Janganlah kamu memakan harta di antaramu dengan jalan yang batil/salah” (QS. al-Baqarah (2): 188).
Nabi Muhammad Saw. memperingatkan mereka yang makan “harta haram” akan menerima balasan api neraka. Katanya, “Setiap daging yang tumbuh dari barang haram, maka neraka lebih utama baginya.”
Apabila agama begitu indah, tetapi realitas pemeluknya begitu memilukan, bukankah itu ironi, keanehan? Maka, adakah yang salah dari kita dalam memahami agamanya? Atau adakah kita sejatinya sudah tidak beragama?